✧ Jaminan ✧

345 28 7
                                    

Siap untuk komen tiap paragraf?
Ditunggu vote and comment-nyaa

Siap untuk komen tiap paragraf?Ditunggu vote and comment-nyaa ✿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⑅ — ☆ — ⑅

"Assalamualaikum, Hazel pulang!" sapa Hazel dengan nada riang, tak ketinggalan dua pet cargo yang senantiasa ia bawa.

"Wa'alaikumussalam, wah kesayangan kita darimana, nih?" balas Valdo menggoda.

"Dari pet shop terus ke mal. Ah, iya, Val, tolong dong Luna sama Luki dibawa ke kamarnya, gue mau ambil hasil jalan-jalan," pintanya, dalam sekejap kucing tersebut raib dari pandangan.

"Non, ini ditaruh mana?" tanya Pak Surya.

"Eh? Aduh, maaf Pak, Hazel ngerepotin Bapak. Udah sini Hazel aja yang bawa Pak, Hazel jadi gak enak, nih." Sungguh tak enak rasanya, padahal bisa saja ia membawa belanjaan itu sendiri.

Joshua sendiri yang sedari tadi hanya memicingkan matanya terkesiap melihat raut wajah Hazel yang kesal, bagaimanapun kesalnya seorang Hazelna itu bisa tertutup rapat dengan ekspresi yang lain. Namun, tetap saja Joshua bisa menerkanya.

"Ndak papa, Non. Ya udah, Bapak mau ke depan lagi."

"Pak! Joshua mau bicara," panggilnya setelah Hazel beranjak dari tempat. Disusul Valdo yang kembali ke tempat semula. "Tadi Hazel ketemu siapa aja, Pak? Kayak lagi kesel tuh bocah."

"Anu, Den, kalau pas di mal ketemu temen-temennya tapi pas di pet shop ketemu sama Rei-rei gitu, Den. Bapak sekilas dengar ada kata balikan, gitu. Eh? Aduh, amit, loh, Den. Bapak kesannya malah ngadu."

"Gak apa kok, Pak. Ya udah, Bapak bisa lanjutin kerjaan Bapak. Makasih, ya, Pak."

Setelah Pak Surya meninggalkan tempat, Valdo dan Joshua melanjutkan perbincangan mereka yang tertunda karena kedatangan Hazel. Kepala Valdo sejenak mendongak menatap kamar Hazel yang tertutup rapat.

"Mantannya Hazel si Rei-rei itu anak Rigel bukan, Jo?" tanya Valdo tetapi kepalanya belum berubah posisi.

Joshua mengangguk walaupun Valdo tak melihat, ia yakin lelaki berkaus abu itu tahu. Netra tajamnya menatap ponsel sembari menjawab, "Mereka putus gara-gara Rei selingkuh, tapi Rei ngelak katanya gak selingkuh. Gak tau dah gue siapa yang bener."

Mereka bertatap sejenak saat indra pendengaran mereka menangkap suara isakan dari atas.

"Suara mbak kunti? Eh, suara Hazel, Bodoh!" Awalnya takut-takut akhirnya mereka bahkan terpontang-panting di tangga saking terburu-burunya.

Tangan Joshua yang terangkat diurungkan, lagi-lagi isakan Hazel yang menyayat hati tak sanggup menahan diri untuk tidak membuka pintu secara paksa yang ternyata tak dikunci.

"Hazelna! Lo ngapain sih nangis-nangis gak jelas di pojokan gini, hah?! Lo punya gue, lo punya Valdo buat diajak cerita. Lo kenapa? Cerita sama gue, lo kenapa?!" serunya panik. Bahu Hazel bergetar hebat akibat tangisan juga karena diguncang sang sepupu.

(Bukan) Sepupu IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang