"ada apa lagi antara kau dan dia? Bukankah kalian berdua sudah berbaikkan?" tanya Gigi.
"tidak. Uhm... I mean, belum. Aku tidak bisa menghubunginya sejak kemarin. Padahal aku ingin memberitahunya, bahwa aku sudah memaafkannya. Sepertinya ia marah padaku karena aku tidak memaafkannya." jawabku.
"seriously?! Lalu, apa yang sudah kau lakukan sejak kemarin?" tanya Gigi.
"aku hanya mengirimkannya sebuh voice note berisi permintaan maaf dan pemberian maaf."
"well, entahlah. Aku tidak yakin jika Harry marah padamu lalu ia tidak mau berkomunikasi denganmu sama sekali. Uhm... wait! Apa kau sudah mencoba menghubungi Gemma? Kau bisa menghubungi Harry melalui Gemma."
"belum. Aku tidak enak dengan Gemma jika harus menghubungi Harry melalui dirinya."
"come on Alice! Buang perasaan itu. Kau tidak perlu merasa seperti itu lagi terhadap Gemma. Aku yakin, Gemma tidak masalah jika kau melakukan hal itu. Ia pasti dengan senang hati membantumu. Gemma pasti sudah menganggap kau layaknya adik atau sahabatnya sendiri." ujar Gigi.
"jadi menurutmu aku harus -" ujarku yang langsung dipotong oleh Gigi.
"ya! Kau harus melakukannya. Kau harus menghubungi Harry melalui Gemma. Percaya padaku, Gemma akan dengan senang hati membantumu."
Tiba-tiba saja seseorang menekan bel pintu kamar aku dan Ele. Ele yang saat itu sedang terlelap tiba-tiba terbangun karena mendengar suara bel tersebut.
"biar aku saja yang membukanya. Kau lanjutkan percakapanmu dengan temanmu." ujar Ele beranjak menuju pintu untuk membukanya.
"Alice, it's Louis. You have to go to sleep. Louis akan marah jika ia melihatmu masih dengan handphonemu. Sebelumnya aku sudah berkata kepada Louis bahwa kau sudah tidur." ujar Ele kepadaku dari arah pintu.
Mendengar ucapan Ele, aku langsung menyudahi percakapanku dengan Gigi dan beranjak tidur.
...
Keesokan paginya, aku dan Ele berencana untuk bergegas ke lobby hotel untuk sarapan. Aku baru saja selesai mandi dan duduk di meja rias, sedangkan Ele sudah rapi sejak beberapa saat yang lalu.
"Kau turun duluan saja ke lobby. Aku masih harus mengeringkan rambutku." ujarku kepada Ele.
"well, baiklah. Aku tunggu kau di bawah ya. See ya." ujar Ele bergegas pergi dengan tak lupa mencium kepalaku.
Tak lama setelah Ele meninggalkan kamar, tiba-tiba saja seseorang menekan bel kamarku. Aku berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu bagi orang tersebut.
...
"Liam? Ada apa? Kau tidak sarapan di lobby?" tanyaku kepada Liam sambil menyuruhnya masuk ke dalam kamar.
"well, Alice. Aku minta maaf, aku lupa menyampaikan hal ini padamu." ujar Liam duduk di ranjangku.
"what do you mean? Mengatakan hal apa?" tanyaku bingung sambil mengerutkan dahi.
"beberapa hari lalu, Gemma mengirimkan aku sebuah pesan singkat. Ia berpesan padaku jika kau hendak menghubungi Harry, kau bisa melalui Gemma." jelas Liam.