-
-
-
-
Ifa baru saja selesai membersihkan lantai atas. Dengan membawa sampah mulai turun dari tangga. Sembari menuruni anak tangga Ifa mengikat kantong hitam tempat sampah.
Berjalan dengan cerobohnya tanpa memperhatikan jalan ke depan. Saat hendak mengikat simpul terakhir Ifa merasa kakinya menginjak sesuatu yang empuk dan lunak. Ternyata itu roti krim yang tergeletak di tangga. Berusaha turun pelan-pelan tanpa membuat kaki bertambah belepotan, namun tidak disangkanya begitu sampai anak tangga terakhir Ifa tidak bisa menjaga keseimbangan dengan kakinya yang jinjit.
Ifa mencoba menyeimbangkan badan dengan berpegangan pinggiran tangga tanpa mengotori lantai lebih banyak dengan kakinya tersebut. Bukannya bisa seimbang malah oleng dan supaya tidak terjatuh Ifa berdiri dengan satu kaki. Sehingga membuat Ifa melompat-lompat tanpa arah dengan sebelah kakinya. Tanpa disadari mendekati Dudley yang sedang menonton acara TV yang menampilkan membuat makanan lezat yang dapat dikonsumsi oleh penderita obesitas.
Ifa yang tidak bisa terus menahan dengan satu kaki, mencoba berdiri dengan dua kaki. Meskipun harus sedikit jinjit agar roti dan krim di kaki ya tidak menyebar kemana-mana. Saat berdiri dengan dua kaki Ifa malah terpeleset oleh roti krim di kakinya. Kantong sampah yang belum sepenuhnya terikat terlempar lalu isinya mengenai televisi tepat pada saat sang tukang masak menyajikan hidangan dengan berkata "makanan lezat yang sehat" bernada memuji sambil menampakkan raut wajah berselera.
"Apa yang kau lakukan dengan televisiku!" Raung Dudley.
"Jika kau mau tinggal disini setidaknya lakukan pekerjaan mu dengan benar," kata Dudley sinis.
"Aku terpeleset. Roti ini..." Ifa berkata sambil menghentakkan kakinya, ".... ulahmu 'kan?"
"Jika memang benar kenapa? Kau mau mengadukan? Tidak akan ada yang mau membenarkan mu. Lagipula bagaimana seseorang yang bahkan tidak bisa bicara dengan benar sepertimu dapat menjelaskan kepada orang lain bahwa kau merasa tidak adil," ejek Dudley.
"Aku tidak tahu yang kau katakan," ujar Ifa tenang. Itu benar, Ifa memang tidak bisa menangkap maksud apapun dari perkataan panjang kali lebar tersebut selain bahwa Dudley merendahkannya.
"Bolehkah kuberitahu? Sebenarnya jika kau tadi mengejekku aku tidak akan tahu apapun ejekan yang kau katakan untukku Kak. Lagipula jika aku mendengar diriku ini diejek oleh orang yang tidak terlalu kukenal, maka aku sama sekali tidak akan sakit hati. Jika aku sudah cukup lama mengenalmu 'mungkin' aku akan menangis," kata Ifa sambil mengendikkan bahunya.
"Jika ada seseorang yang diejek dan direndahkan itu adalah orang seperti Kakak. Aku tahu sebenarnya kau tidak jahat, hanya tidak mau dipandang rendah dan lemah apalagi di depan sepupumu yang jelas-jelas lebih 'luar biasa' darimu. Tetap saja itu tidak menghilangkan kenyataan bahwa kau bersikap buruk. Dasar gendut! Bagaikan.. bagai.. b.. ba.. bab.. bab-hiik-i," kata Ifa panjang lebar setelah kemudian cegukan tepat di kata terakhir.
Begitu selesai mengatakannya Ifa langsung ke kamarnya setelah mencuci kaki. Meninggalkan Dudley yang meneriaki nya.
Ifa duduk dengan gugup bersandar dinding. Dia menampar mulutnya sendiri.
"Benar-benar buruk, sangat buruk," gumam Ifa sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Sebelum ini Ifa tidak pernah mengatai apapun mengenai temannya sekalipun diperlakukan tidak adil bagaimanapun juga. Pertama kalinya Ifa mengejek orang dengan keras dan terang-terangan.
Hal ini sama sekali tidak dibenarkan. Dirinya merasa sedikit lebih tenang karena Dudley sama sekali tidak mengerti perkataannya.
Hmph! Tenang? Kenapa aku berpikiran begitu. Aku tidak akan membela diri. Perkatanku memang buruk, pikir Ifa dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemana Mimpi Membawaku? [Harry Potter Fanfiction]
FanfictionA Hᴀʀʀʏ Pᴏᴛᴛᴇʀ Fᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ Dia adalah seorang anak perempuan berusia 10 tahun baru masuk tahun ajaran baru kelas 5 SD di sebuah sekolah negeri di Indonesia. Sejak kelas 4 SD dia sangat menyukai kisah Harry Potter berawal dari buku Harry Potter and th...