4. Sesuatu Di Kediaman Nafa

10 6 64
                                    

"Salah, jika aku ingin mencoba sesuatu yang berbeda?"

-Anara Ditya

Happy Reading 🍃

.
.
.
.
.

Gadis mungil, dengan tas kecil yang digendongnya kini sudah ada di depanku. Napasnya yang masih terengah-engah belum menyapa atau bicara. Ia mulai mendongakan wajahnya yang putih dengan keringat yang bercucuran. Setelah dipikir-pikir, jarak antara aku dan pohon mangga tidak terlalu jauh, tetapi kenapa ia malah sudah berkeringat?

"Kak Nara, 'kan?" Napas terengah-engah masih setia mendampinginnya.

"Iya. Kamu Nafa?" Aku menjawab bertanya. Jika memang ia Nafa berarti ia yang membutuhkan guru privat, tetapi jika bukan, siapa?

"Iya, aku Nafa, Kak. Mau belajar sekarang?" ujar Nafa dengan napasnya kembali normal.

"Terserah." Hanya kata itu yang bisa aku keluarkan. Kenapa? Karena memang Nafa yang akan belajarnya.

Nafa melirik sebentar jam tangan mungil yang menempel di tangan putihnya itu. Seketika ia menarik tanganku cepat menuju ke depan gerbang sekolah. Aku yang ditarik pun awalnya kaget, tetapi lama-kelamaan sudah mengerti.

"Duduk di sini dulu, Kak. Jemputan aku bentar lagi sampai, kok," ajak Nafa sambil menepuk bangku putih yang kosong.

Aku segera duduk dan menatap fokus ke depan. Bagimana tidak? Ini baru pertama kalinya aku duduk di sisi perempuan, belum kenal pula, tuh. Sudah beberapa kali ia melihat ponselnya yang terus bersuara. Beberapa dengusan pun sudah banyak ia keluarkan.

Tidak jauh dari sini, terlihat mobil hitam yang bersih dan mengkilap itu berjalan perlahan ke arah sini. Seketika mobil itu berhenti di depanku dan menampilkan sopir dengan seragamnya yang hitam.

"Ayo, Kak!" Nafa tiba-tiba mengajakku masuk ke dalam mobil itu. Takut dan khawatir sudah sedari tadi ada dalam pikiranku.

Aku jawab ajakan Nafa hanya dengan anggukan. Pikiran buruk itu segera kutepis dan mencoba hal yang baru. Kini, mobil sudah berjalan. Jujur, baru kali ini aku naik mobil yang mewah ini, sungguh mengesankan. Mungkin, di mata Nafa aku terlihat kampungan karena belum pernah naik mobil sebagus ini.

"Non, siapa pemuda ini?" tanya sopir Nafa yang kira-kira sudah berumur empat puluh sembilan tahun itu.

"Eh, iya. Ini Kak Nara, Pak. Kak Nara, ini Pak Suryo, supir keluargaku," balas Nafa memperkenalkan kami.

Aku hanya tersenyum lewat kaca yang tertempel di depan, yang kebetulan Pak Suryo juga sedang menatapku lewat kaca.

"Nara, nama yang sangat bagus."

Meski bersuara kecil, tetapi gumam Pak Suryo masih bisa kudengar. Aku hanya tersenyum kembali. Diri ini seakan bingung akan melakukan sesuatu. Jadi, hanya diam saja dan main ponsel.

"Non, tadi Nyonya Arni menyuruh untuk masuk les!"

Perkataan yang Pak Suryo keluarkan mampu membuat wajah Nafa yang tadinya berseri-seri kini cemberut dan marah. Ia terlihat menatap tajam Pak Suryo dan sedikit menggerutu.

"Terus, Bapak jawab apa?" tanya Nafa ketus.

Aku baru tahu, ada sifat tersembunyi pada Nafa. Ya, itu, agak gampang marah dan kalau marah, sangat menyeramkan seperti tadi.

"Bapak hanya mengangguk dan langsung jemput, Non," ucap Pak Suryo dengan tenang.

Aku hanya menonton mereka berdua yang sedang berbicara itu. Pasalnya, aku tidak mengerti apa yang mereka maksud. Les? Bukannya Nafa sedang mencari guru privat. Kenapa harus masuk les?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia di Atas AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang