1

1K 120 3
                                    

Maroon (c) faihyuu

Naruto (c) Kishimoto Masashi

Rated T

Warning(s): AU, Miss Typo(s), OOC (sebisa mungkin untuk dibuat IC), lil bit harsh word, etc.

Untuk #NHFD12/2021 NaruHina Annual Event 12 / 2021

• Crush at School •

Penulis tidak mendapat keuntungan materiil apa pun dari cerita ini selain kepuasan batin. Cerita ini tidak untuk dijuri, semata untuk meramaikan saja.

#1

|•|•|•|•|

Hari kasih sayang empat hari lagi.

Para gadis sudah meributkan hal tersebut. Membicarakan apa saja bersama dengan kawan-kawan terdekat mereka—entah bagaimana cara mendapatkan ataupun membuat cokelat. Musim dingin dan salju yang masih bertahta hingga bulan ini tak menjadi alasan mereka untuk merasa takut.

Tak kalah dengan para gadis, para lelaki juga tengah bertaruh siapa yang akan mendapatkan cokelat terbanyak. Pertaruhan yang dibumbui tawa dengan angan tak pasti.

Hinata menghela napas, menutup Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupéry yang telah dibacanya entah berapa ratus kali itu dengan pelan.

Cokelat, nyatanya gadis itu sudah memikirkan hal tersebut jauh-jauh hari. Bahkan sepulang sekolah nanti Hinata sudah bisa bertempur di dapur untuk membuat cokelat manis untuk diberikannya kepada orang terkasihnya nanti.

Namun, lagi-lagi rasa takut dan ragu menghantui. Membuat Hinata selalu tak dapat menyerahkan cokelat buatannya selama ini, hanya berakhir memakan cokelat itu untuk dirinya sendiri. Atau terkadang dibagi pada sang adik, Hanabi. Menjadikannya bagai gadis yang tampak seperti tak memiliki tambatan hati sama sekali. Lebih-lebih gadis menyedihkan yang tak bisa bersosialisasi, walaupun itu fakta menyakitkan yang harus ia akui.

Kelas yang berisik tak dihiraukannya, manik kecubung pucatnya hanya menatap kosong ke papan tulis yang masih menampilkan beberapa rumus matematika—papan tulis yang belum dihapus juga walaupun sang waktu mengajar sang guru telah habis. Lagi-lagi gadis itu merasa resah sendiri, Hinata memainkan jemarinya. Bibirnya pun menjadi korban akan gigitan dari giginya sendiri. Dalam benak, Hinata terus merapalkan hal sama; berikan dan tidak sama sekali.

Tentu saja, seperti gadis seusianya yang lain, Hinata juga memiliki ketertarikan pada manusia lainnya. Memiliki perasaan yang dinamakan suka dan terkadang berkembang menjadi cinta.

"Hahahaha, aku menang lagi! Bagaimana bisa kalian mengharapkan cokelat dari para gadis kalau bermain tic-tac-toe saja tidak bisa." Tawa penuh kesombongan itu terdengar sangat keras, membuat beberapa orang yang merasa terganggu melirik dengan tajam ke arah sumber suara. Seorang pemuda berambut kuning—pirang dan bermata biru kini tengah menangkupkan kedua tangannya, seakan-akan mengungkapkan permintaan maaf kepada yang merasa terganggu.

Hinata tersenyum manis menatap pemuda itu diam-diam. Uzumaki Naruto yang disukainya. Oh tidak, bahkan kini rasa sekadar suka itu telah berevolusi menjadi cinta. Gadis itu meringis pelan kalau mengingat perasaannya itu.

MaroonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang