5

856 119 55
                                    

Maroon (c) faihyuu

Naruto (c) Kishimoto Masashi

Rated T

Warning(s): AU, Miss Typo(s), OOC (dibuat agar se-IC mungkin), lil bit harsh word, etc.

Untuk #NHFD12/2021 NaruHina Annual Event 12 / 2021

• Crush at School •

Penulis tidak mendapat keuntungan materiil apa pun dari cerita ini selain kepuasan batin. Cerita ini tidak untuk dijuri, semata untuk meramaikan saja.

#5

|•|•|•|•|

Kamera pengawas yang diletakkan di sudut ruangan tentunya menjadi saksi bisu acara menaruh cokelat di loker pemuda yang disukai—ataupun langsung memberikannya jika memiliki tingkat keberanian di atas rata-rata—pada pagi dalam hari kasih sayang ini.

Mungkin kamera pengawas itu akan menjadi saksi kegagalan Hinata yang kesekian kalinya, ataupun jika sedang ada penjaga—maka siapa pun beliau akan menjadi saksi drama perhelatan batin gadis itu.

Loker milik Naruto kini berada di hadapannya. Ruangan loker tempat ganti uwabaki sekolahnya ini memang masih sangat sepi—hanya ada beberapa orang yang tadi berlalu lalang setelah memberikan cokelat. Itu juga mereka tak saling mengenal. Lagi pula, barisan loker milik kelas mereka juga cukup tersembunyi. Membuat Hinata cukup yakin tak akan ada yang menyadarinya—selain kamera pengawas, tentunya.

Loker Uzumaki Naruto tampak masih kosong, seakan-akan menunggu Hinata untuk mengisinya dengan sebuah kotak kecil berisikan cokelat. Gadis itu memainkan ujung rambutnya dengan resah. Ragu untuk sekadar meletakkan cokelatnya di sana.

Hyuuga Hinata nyatanya adalah manusia penuh dengan aura negatif—selalu terdapat banyak hal yang menahannya untuk melakukan sesuatu. Hampir rata-rata semua itu datang dari segala ketakutannya yang berpikir terlalu jauh.

Hinata takut cokelatnya tidak dapat diterima Naruto; gadis itu takut Naruto malah menganggap cokelat yang diberikannya sebuah misteri karena pastinya pemuda itu mengetahui dengan pasti bahwa sang pujaan hati tidak memberikannya. Ataupun Hinata juga takut ketahuan bahwa gadis itulah yang memberikan si Uzumaki cokelat, Hinata tak memiliki banyak kata untuk menjelaskannya jika dia tertangkap basah.

Dengan ragu, Hinata mulai membuka loker milik Naruto. Aroma citrus menyapanya, membuat pipi Hinata yang tadi sudah memerah—makin menjadi merah. Bagai gunung berapi yang siap untuk erupsi.

Aroma ini, aroma Naruto. Pemuda itu memang berbau wangi jeruk segar—dan terkadang ramen. Aneh, tetapi namanya juga sudah jatuh cinta se-begini dalamnya—apa pun sah-sah saja.

"Apakah tidak usah saja?" Hinata ragu meletakkan sekotak sedang cokelat itu di dalam sana. Sang gadis Hyuuga memainkan pita yang berada di atas kotak cokelatnya itu dengan gugup.

Tak lama, beberapa suara—lumayan berisik mulai menyapa telinga sang gadis. Yang paling membuat gadis nila ini panik ialah suara tawa si Uzumaki juga ikut terdengar di sana. Diikuti pula beberapa suara yang tidak terlalu asing.

Seketika Hinata melirik jam digital agak besar yang menghiasi dinding ruang loker uwabaki. Waktu baru saja menunjukkan pukul tujuh pagi kurang lima menit, kegiatan sekolah baru akan dilaksanakan pukul setengah delapan. Hal itu membuat gadis itu mengernyit heran sejenak. Batinnya bertanya-tanya mengapa Naruto sudah datang sepagi ini.

MaroonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang