4

545 103 13
                                    

Maroon (c) faihyuu

Naruto (c) Kishimoto Masashi

Rated T

Warning(s): AU, Miss Typo(s), OOC (dibuat agar se-IC mungkin), lil bit harsh word, etc.

Untuk #NHFD12/2021 NaruHina Annual Event 12 / 2021

• Crush at School •

Penulis tidak mendapat keuntungan materiil apa pun dari cerita ini selain kepuasan batin. Cerita ini tidak untuk dijuri, semata untuk meramaikan saja.

#4

|•|•|•|•|

L’Étranger karya Albert Camus menjadi teman baik Hinata saat ini. Kegugupan menyerang sang gadis tanpa ampun, apalagi ketika pemuda yang senantiasa bersamanya sejak sepulang sekolah tadi mendekat—dengan membawa dua potong pastri. Tak lupa juga dengan senyum di bibi terus-menerus terpatri.

Sekali lagi, tolong ingatkan Hinata bahwa mereka ini baru menyelesaikan belajar bahasa Prancis bersama. Dikarenakan pemuda yang kini duduk di hadapannya sangat sulit memahami bahasa Prancis, tepatnya pembeda mana kata yang biasanya feminin dan maskulin. Hanya itu saja. Bukan sedang kencan—seperti yang terpikir liar begitu saja oleh sang gadis. Hyuuga Hinata juga tidak bisa mengerti dan tidak boleh berharap terlalu banyak ketika tiba-tiba saja seusai pembelajaran bersama nan agak canggung itu selesai—Naruto malah mengajaknya sebentar untuk datang ke kafe ini. Pemuda itu bilang sebagai rasa terima kasih. Bagi Hinata sih, rasanya seperti tercekik mati kecanggungan dan rasa percaya diri berlebihan yang mampu membuat gadis itu meledak kapan saja. Walau tidak dapat memungkiri bahwa lebih banyak rasa bahagianya.

"Maaf, ya, Hinata. Aku benar-benar merepotkanmu." Pemuda itu menyodorkan sepiring—gulungan kayu manis. Yang diterima Hinata dengan mata mengerjap heran.

Dari sekian banyaknya menu pastri yang tersedia di kafe kecil ini, mengapa bisa Naruto harus menyediakan pastri cinta matinya ini?

Hinata berusaha untuk tersenyum dan mengucapkan terima kasih untuk yang keberapa kalinya dengan pelan.

Pemuda itu menggeleng santai. "Harusnya aku yang berterima kasih, aku yang telah merepotkanmu."

Hinata memasukkan buku karya Camus yang baru saja dipinjam dari perpustakaan tadi ke dalam tas jinjing. Gadis itu menggeleng pelan. Berusaha mengurvakan senyum dan menahan jeritan senang dalam hati di tengah wajahnya yang mungkin telah serupa gunung berapi akan erupsi. "N-Naruto-kun tidak merepotkanku, kok. Aku memang senang mempelajari bahasa Prancis. M-mengajari Naruto-kun seperti tadi, membantuku juga agar tetap ingat materinya."

Naruto tersenyum manis. "Kau memang orang yang sangat baik Hinata. Aku menahanmu lama-lama begini, tidak akan ada yang marah, 'kan?"

Hinata yang akan memotong sedikit demi sedikit gulungan kayu manisnya untuk disantap terhenyak. Gadis itu dengan yakin menggeleng.

"Ayahku tidak akan marah selama aku pulang sebelum makan malam," Dan jam memang masih menunjukkan bahwa Hinata memang masih memiliki lebih banyak waktu lagi untuk bersama dengan sang Uzumaki. "Kakak dan adikku juga tidak akan marah, mereka sering bosan ketika aku selalu berada di rumah tepat waktu."

Bayangan Neji dan Hanabi yang seringkali menyuruhnya untuk sekadar jalan-jalan terbayang. Apalagi dengan ejekan Hanabi yang senantiasa mengatainya seperti tidak punya kehidupan karena jarang sekali menghabiskan waktu di luar rumah. Sekarang mereka semua kalah dalam imajiner Hinata, gadis itu bahkan tengah menghabiskan waktunya bersama orang yang ia cintai—di kafe yang bahkan baru Hinata ketahui sudah berdiri sejak lama karena dirinya memang jarang mengelilingi kota. Apalagi dengan menu gulungan kayu manis yang tampak cantik dan menggiurkan seperti ini. Baunya juga sangat wangi.

MaroonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang