(Name) bangun tersentak dari tidurnya, tadi malam dia bergadang untuk sekedar mengisi perutnya yang lapar. Seperti biasa, dia akan melakukan aktifitas rutin bekerjanya. Kakinya beranjak turun dari tempat tidur dan pergi mandi, "Hoaam... aku masih mengantuk..." Air dibasuhkan kewajah polosnya, jika diperhatikan lagi wajah (Name) memang sudah cantik alami sejak lahir. Tanpa polesan bedak dan alat kosmetik lainnya saja, wajah gadis itu sudah bisa disandingkan dengan wanita bangsawan yang cantiknya dipuja-puja. Tetapi karena bangsawan derajatnya lebih tinggi, tetap saja gadis itu dibilang memiliki wajah yang biasa dan kotor seperti rakyat jelata pada umumnya.
Bahkan, beberapa bulan yang lalu ada yang ingin melamar (Name). Tetapi ditolak mentah-mentah oleh gadis itu, sebab dia masih belum boleh menikah dan merasa tidak pantas bersama dengan orang yang derajatnya lebih tinggi darinya. Setelah ditolak, lelaki itu malah menghina (Name) dan mengatakan kalau gadis itu sok jual mahal, memangnya apa yang salah? Toh dia itu memang tidak mengenal dan tidak menyukai lelaki itu jadi tidak masalah. "Air saja sudah cukup!" (Name) meneguk segelas air yang ada dimeja dan segera pergi dari rumahnya untuk kembali bekerja.
Semangatnya seperti sudah kembali, wajahnya saja berseri-seri dari awal. Sembari berlari gadis itu menyapa balik orang-orang yang dilewatinya tidak lupa ia juga melempar senyum terbaiknya. Begitu sampai, dengan cepat gadis itu menyelesaikan pekerjaannya. "Hari ini kamu semangat sekali ya." Komentar si nenek. (Name) cengengesan, "Ehehe... tidak juga."
"Ini imbalanmu." Nenek memberikan tiga kantung seukuran kepalan tangan pada gadis itu, "E-eh? Apa ini tidak terlalu banyak?" Tanyanya pelan.
"Kamu tidak perlu lagi bekerja disini, pergilah ke ibu kota. Kamu juga mencari kakakmu'kan? Siapa tahu nanti kalian bertemu disana." Ujar nenek menepuk pundak gadis itu. "Ah, iya... k-kalau begitu aku pulang dulu!" (Name) membungkuk dan pamit pada nenek untuk segera pulang.
***
(Name) mengemasi beberapa barang yang akan dibawanya, ia membawa roti serta botol air. Tidak lupa dengan kantung berisi Yul dan Grimoire miliknya, "Yosh!" Gadis itu menatap sebentar rumah tempat dia tinggal kemudian berjalan kerumah si nenek untuk pamit. Selain melatih kontrol sihirnya diperjalanan menuju ibu kota, gadis itu harus siap mentalnya jika berhadapan dengan para bandit atau dihina karena seorang rakyat jelata.
Ia berjalan keluar dari desa dengan santai, menuju ibu kota memerlukan waktu agar bisa sampai. Lagi pula ia tidak boleh membuang-buang tenaga, karena bisa saja ada bahaya yang akan menghampirinya terlebih lagi dia hanya sendiri dan perlu digaris bawahi kalau dia adalah seorang gadis. Sudah hampir satu jam gadis itu terus berjalan dan ia memutuskan untuk beristirahat sebentar, "Melelahkan..." (Name) melepaskan jubah panjang berwarna coklat pucatnya karena gerah, lengannya juga meraih botol air yang ada didalam tas. Ia meneguk air tersebut lalu mengembalikan botol tadi kedalam tas, "Ayo (Name), kuatkan hati dan mentalmu jangan sampai emosimu meledak ketika dihadapkan dengan para bangsawan itu dan jangan lupa senyum terbaikmu!" (Name) menyemangati dirinya sendiri sambil menepuk kedua sisi pipinya.
Gadis itu mengenakan jubahnya kembali dan menyematkan tas dibahu kirinya, ia tidak boleh berlama-lama disini dan harus kembali melanjutkan perjalanannya ke ibu kota. Kakinya kembali melangkah ditanah, jika sudah sampai di ibu kota gadis itu harus membeli pakaian baru. Yang ia pakai sudah lusuh apalagi ia tidak mengenakan alas kaki, untung saja ia memiliki uang yang cukup untuk membeli nantinya.
Angin bertiup dan menerbangkan helaian rambutnya pelan, sepertinya butuh waktu tiga sampai empat hari barulah gadis itu sampai di ibu kota. Waktu telah berlalu, hari sudah semakin gelap. (Name) memutuskan untuk berhenti terlebih dahulu, api unggun sudah dinyalan tetapi ada yang kurang. Bodohnya gadis itu lupa membawa tenda, jadi ia terpaksa tidur diatas rumput dengan beralaskan tasnya sebagai bantal. Cukup lama tidur semalaman, (Name) terbangun ketika sinar mentari mengenai wajahnya. Ia celingukan mencari sungai untuk mandi, "Untung saja aku mempelajari ilmu bertahan hidup kalau tidak, sedari dulu aku sudah mati dan tidak pernah ada didunia ini." Gadis itu membasuh wajah dan badannya dialiran sungai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Clover - Second of Demonic
FanfictionAwalnya kamu bergabung dengan Ksatria Sihir hanya agar bisa bertemu dengan kakakmu lagi. Namun, setelah keinginan tersebut kamu capai sekarang kamu malah bimbang mencari tujuan kamu yang selanjutnya, maka dari itu dimulailah kisahmu sebagai Ksatria...