Disebuah kastil ditengah hutan hiduplah seorang anak perempuan yang terkurung di atap kastil tersebut.
Disana bukan hanya ada dia tapi juga seorang penyihir buruk rupa yang merawatnya. Bukan merawat lebih tepatnya menculik gadis tersebut.
Gadis itu adalah seorang putri raja yang sombong dan anggkuh, raja itu yang merupakan ayahnya tidak peduli sama sekali dengan anak itu semenjak dia dilahirkan didunia. Dan saat putrinya itu menghilang dia juga tidak panik atau mencarinya.
"Cepat bersihkan. Darah yang ada di lantai ini." Tunjuk sang penyihir kepada anak perempuan berambut hitam panjang itu.
Sedangkan anak tersebut segera mengelap lantai batu yang berceceran bercak darah tersebut.
Dia tidak takut, atau menjerit seperti anak-anak pada usianya ketika melihat darah ataupun jeritan manusia yang sering didengarnya ketika tengah malam setiap bulan purnama.
Karena itu adalah pemandangan sehari-harinya.
Pernah satu kali ia keluar biliknya di atap kastil menuju sebuah ruangan rahasia penyihir itu. Dan mengintip apa yang dilakukan penyihir itu, ditengah malam purnama.
Anak itu melihat penyihir, yang mengaku sebagai nenek nya itu sedang memotong pergelangan tangan seseorang.
Dan memasukanya disebuah kuali besi yang berukuran sedang. Sedangkan orang yang dipotong pergelangan tangannya itu sudah pingsan. Tidak tau kalau sebenarnya orang itu telah mati.Sejak saat itu dia tidak takut lagi dengan darah, luka ataupun jasad seseorang.
"Apa anda akan pergi hari ini nenek?" Tanya anak itu setelah selesai membersihkan darah di lantai.
"Tentu, hari ini adalah hari paling bersejarah bagi para penyihir mana mungkin saya tidak pergi." Jawabnya sambil mengelap tongkat sihirnya.
"Kau akan pergi selama 1 bulan, dan itu cukup lama. Bagaimana denganku?"
"Kau hanya perlu menjaga kastil ini. Dan akan ku beri hak selama 1 bulan penuh agar kau bisa keluar kastil untuk berjaga- jaga. Jangan sampai ada manusia yang datang ketempat ini. Atau kalau tidak bunuh saja." Penyihir memberikan kunci dan sebuah pisau yang dibungkus kain putih.
"Jaga dirimu cucuku!, Dan jangan lupa saat bulan purnama kau harus menggantikan ritual ku, hihihihi." Penyihir tua berjubah hitam pekat. Sepekat malam dengan rambut putih serta topi lancip itu mengelus kepala cucunya.
setelahnya dia pergi, terbang dengan sapu membelah langit malam bersama para burung gagak disampingnya.
***
Udah baca?
Vote?
Komen?
Thanks to watching:)
