Sejak lama Junkyu sudah memendam rasa sukanya kepada adik Yoshi, Haruto.
Setiap ia ke rumah Yoshi untuk sekedar bermain atau menginap ketika orang tua mereka sedang tidak ada di rumah, ia pasti merasa gembira karena dapat melihat orang yang ia sukai.
Sesekali Junkyu mencuri pandang di ruang tamu dimana Haruto berada sekarang. Junkyu sedang duduk di ruang keluarga, bermain game di sofa bersama Yoshi.
Seseorang memencet bell rumah dan Haruto melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu tersebut.
"Sudah lama menunggu?" tanya seseorang yang langsung mengalungkan lengannya di ceruk leher Haruto. Haruto menggelengkan kepalanya dan membalas pelukan lelaki tersebut dengan memeluk pinggangnya. Iya, Haruto sudah memiliki kekasih.
"Hyung, aku pergi dulu sama Jeongwoo!" teriaknya di depan pintu kemudian ia langsung menutup pintunya.
"Lihatlah, aku tidak terlalu menyukai pacarnya, setidaknya mereka masuk dulu." celoteh Yoshi yang masih memegang stick di tangannya. Namun ia tidak menyadari raut muka Junkyu yang berubah karena kejadian barusan. Seharusnya ia tidak terlalu berharap dengan adik temannya tersebut.
Namun takdir berkata lain, Haruto pada akhirnya dijodohkan dengan Junkyu, anak dari sahabat orang tua kakak beradik Yoshi dan Haruto. Mungkin jika Yoshi belum memilik Mashiho sebagai pasangan hidupnya, Junkyu akan dinikahkan dengan Yoshi.
Sebelum pernikahan berlangsung, Haruto bersama Junkyu menyepakati untuk menikah tapi dengan syarat Haruto akan menceraikannya ketika usia pernikahannya mencapai 6 bulan. Haruto masih memiliki Jeongwoo, kekasihnya. Junkyupun juga mengerti dan ia menyepakati tawaran Haruto.
Junkyu dan Haruto tinggal di apartemen yang sama namun memiliki kamar masing-masing. Junkyu tetap menjalani tugasnya sebagai pasangan Haruto. Menyiapkan sarapan, membersihkan apartemen dan juga menyiapkan baju Haruto untuk pergi kerja.
Suatu malam, Haruto mengajak Jeongwoo untuk makan malam di apartmennya. Junkyu juga sudah mengetahuinya dan telah mempersiapkan yang terbaik untuk mereka bertiga. Namun di tengah makan malam tersebut, Jeongwoo bersikap agak kasar terhadap Junkyu.
"Jeongwoo, aku mohon kamu bisa bersikap lebih baik ke Junku hyung? Sekarang dia adalah pasangan resmiku. Walaupun aku pacarmu, tapi kumohon jangan berbuat kasar kepadanya." ucap Haruto menarik Junkyu untuk berlindung di belakangnya.
"Hah! Sekarang kamu lebih membela dia daripada aku? Baiklah, terserah! Aku pulang saja!" Jeongwoo pun mengmbil mantel yang sebelumnya Haruto letakkan di sandaran kursi Jeongwoo. Harutopun mendengus dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku pacarnya, Jeongwoo.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Haruto kepada Junkyu yang sedari tadi menunduk.
"M-maafkan aku Haruto. Maafkan aku yang membuat Jeongwoo marah padamu." ucap lirih Junkyu yang masih menundukkan kepalanya. Harutopun menangkup wajah Junkyu dengan kedua tangannya. Menghapus air yang turun dari kedua kelopak mata Junkyu dengan kedua jempolnya.
"Ini bukan salahmu, hyung." ucap Haruto seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia layangkan senyum terbaiknya agar Junkyu dapat sedikit terhibur. Ternyata ia salah, Junkyu bukannya sedikit terhibur, jantungnya berdegup kencang. Ini pertama kalinya ia melihat Haruto dari dekat, belum lagi ketika Haruto tiba-tiba memeluknya. "Terima kasih untuk makan malamnya, hyung."
Jangan tanya keadaan jantung Junkyu sekarang. Apakah setiap hari ia harus mendapat cacian dan makian dari Jeongwoo dulu agar mendapat perlakuan manis dari suaminya ini? Kalau iya, Junkyu rela. Ini adalah saat-saat dimana ia menunggu setelah ia menikah dengan adik sahabatnya ini. Mendapatkan pelukan hangat saat ia dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.