2.0 Hari Duka

585 80 7
                                    

Tepat hari ini, hari Rabu dimana kebetulan seluruh jadwal mata pelajaran akan melaksanakan ulangan harian. Sejak pagi pula kelas 2-C bersiap-siap belajar untuk tes tersebut.

Tak terkecuali Jennie, yang sudah berada di mejanya pagi-pagi sekali. Siap dengan beberapa buku dan catatan serta di ponsel. Kendati begitu, ia merasa sedikit gelisah oleh teman yang tak kunjung datang. Bahkan saat bel pertanda pelajaran telah dimulai pun, sang sahabat-- Ten-- belum menampakkan batang hidungnya.

"Kayaknya Ten nggak masuk deh," ujar seseorang di depan Jennie, Kun.

Jennie menipiskan bibir. "Iya, harusnya dia nggak masuk karena hari ini adalah hari peringatan. Tapi hari ini juga tes harian, dia bilang akan datang."

Kun mengangguk, yang kemudian kembali membaca buku. Sedang Jennie terus memandangi pada pintu kelasnya.

"Dia pasti sibuk sih, harus mengurus peringatan kematian sendirian," ujar Kun lagi. "Aku juga belum sempat mengucapkan bela sungkawaku. Tragis sekali, keluarganya meninggal saat kebarakan itu."

Bersamaan dengan itu, seseorang mendekat.

"Jen, Ten beneran tidak datang?" Itu Doyoung, seraya duduk di bangku kosong milik Ten sebelah Jennie. "Dia bilang semalam akan datang dan terlambat. Memang sih, kebetulan sekali hari ini. Tapi serius? Hanya dia sendirian? Dia tidak ada kakek atau nenek dan saudara ayah ibunya, begitu?"

Jennie mengangguk. Wajahnya tampak muram memandang pada bukunya. "Kau tahu itu, Doyoung. Dia sendirian. Aku ingin membantu, tapi tidak hari ini. Aku juga tidak sanggup saat melihat dia berdiri menatap foto keluarganya."

Doyoung menipiskan bibir, tampak iba. Begitupun Kun. Hingga selang beberapa saat bertepatan dengan sang guru masuk, sosok Ten datang seraya tersenyum.

"Ah, maaf saya terlambat." Ucap Ten pada sang guru, yang kemudian mendapatkan balasan dari sang guru.

Jennie mendongak, menatap penuh pada Ten yang berjalan menuju kursi di sampingnya. "Kau datang tepat sebelum Ibu Jung memberikan soal. Kupikir kau akan datang saat pelajaran kedua."

Ten tersenyum seraya duduk. "Ah, ya. Kupikir juga begitu, tapi aku disuruh untuk cepat pergi ke sekolah."

Jennie mengernyit. "Lalu peringatan kematian?"

"Ah itu, ayah dan ibuku yang mengurus."



"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lapak ini ngajakin kalian mikir sih sebenernya wkwkwk

plot twist || nctpinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang