Jungkook duduk terdiam di kursi belakang mobil. Yoongi duduk di sebelah sopir pribadinya. Suasana sangatlah hening, hanya ada suara mobil yang mengisi telinga mereka.
Mobil itu berhenti di sebuah rumah berlantai satu yang indah dengan taman yang membentang menyambut mereka. Terkesan natural jika dilihat sekilas. Itu adalah rumah musim panas milik keluarga Min yang sekarang menjadi milik Yoongi pribadi. Keluar dari mobil, tak lupa Yoongi membukakan pintu untuk anak kecil yang ada di kursi belakang. Jungkook menurut dan mengikuti pria dewasa yang berbau agak menyengat itu kemana pun ia pergi.
Anak kecil bermata besar hitam kecoklatan itu mengedarkan pandangannya. Terasa sangat asing dengan rumah itu. Keadaan yang sepi pun membuat Jungkook sedikit tak nyaman padahal rumah itu sangatlah indah.
"Kookie tunggu di sini dulu ya. Paman akan mandi dulu." Jungkook mengangguk paham, membiarkan Paman Min-nya mandi terlebih dahulu karena bau badannya cukup menyengat dan mengganggu indera penciumannya.
Yoongi membuka seluruh pakaiannya dan menyalakan shower. Membasahi sekujur tubuhnya agar kesadarannya kembali. Jika dipikir ia cukup gila saat mengajak Jungkook dalam keadaanya yang bau alkohol. Sungguh bukanlah sebuah contoh yang bagus untuk anak kecil. Tapi pikiran Yoongi terlalu kalut. Banyak sekali skenario yang berputar di kepalanya, memaksanya untuk tergesa-gesa untuk mencari jawaban. Ia ingin kepastian secepat mungkin.
Untung saja Yoongi memiliki toleransi tinggi pada alkohol hingga ia tidak terlalu mabuk saat menjemput Jungkook. Setelah mandi, Yoongi menengok Jungkook yang sedang duduk di atas sopa dengan mata yang menatap televisi. Sebuah acara kartun adalah tontonan yang cukup menghibur bagi anak kecil itu.
"Kook, mau makan apa?" tanya Yoongi sembari bersiap di dapur.
"Apa saja, Paman." jawab Jungkook sambil tetap fokus pada kartunnya.
"Baiklah."
Beberapa menit lamanya Yoongi sibuk di dapur meninggalkan Jungkook yang sesungguhnya tidak benar-benar menonton televisi. Ia hanya ingin sedikit teralihkan dari hal yang tadi ia lihat di rumah Paman Jelek-nya.
Jungkook tau pertengkaran pasti akan terjadi diantara ibunya dan kedua paman ini. Tapi jelas saja Jungkook takkan pernah tau dan paham apa yang mereka ributkan. Otak kecilnya hanya tau jika kehidupan masa lalu ibunya belum selesai dan terbawa hingga sekarang. Dan itu meninggalkan satu pertanyaan besar tentang ayahnya. Ayah kandung Jungkook.
Sejak dulu Jungkook tak peduli dan tak pernah mau tau tentang siapa ayah kandungnya. Ia terlalu terbiasa tanpa ayah dan pasti akan aneh rasanya jika ayahnya tiba-tiba datang setelah sekian lama ia tak memilikinya. Menurutnya keberadaan ibunya sudah lebih dari cukup. Keberadaan ayah hanya akan menjadi beban bagi sang ibu dan dirinya juga.
"Makanannya sudah siap. Jangan melamun terus dan makanlah." ajak Yoongi pada Jungkook yang terlihat sudah tak fokus pada acara televisinya.
Mereka makan dalam diam. Meski dalam hati Jungkook sedikit memuji masakan Yoongi yang enak dan lezat. Tak ada percakapan yang keluar karena mereka sibuk menggerakkan alat makan dan mengunyah tanpa melihat satu sama lain. Yoongi pun masih bingung bagaimana caranya memulai percakapan setelah Jungkook melihat dirinya yang cukup berantakan tadi.
"Hhhmm, Kookie." panggil Yoongi pelan setelah ia lihat piring Jungkook telah kosong.
"Ya, Paman."
"Maaf tadi Paman menjemputmu dengan keadaan yang berantakan. Maaf juga karena tadi Paman menyebabkan masalah dan membuat Eommamu sedih. Tapi—"
"Tak usah minta maaf lagi. Aku tidak peduli dengan masalah orang dewasa yang memusingkan. Tapi kumohon jangan sakiti Eommaku. Paman tau sendiri kan jika aku takkan memaafkan orang yang menyakiti Eomma." Jungkook menyingkirkan piring di depannya.
Tubuh kecil Jungkook turun dari kursi meninggalkan Yoongi yang masih diam di tempatnya. Bukannya tak berniat menghentikan kepergian Jungkook, tapi Yoongi hanya ingin mengetes sesuatu.
"Apa selama ini kau tak penasaran dengan ayah kandungmu?" tanya Yoongi tiba-tiba. Jelas pertanyaan itu terdengar di telinga Jungkook.
"Aku tidak peduli dengan lelaki yang disebut ayah kandungku. Siapapun dia aku takkan mau menerimanya di kehidupanku. Dia adalah sumber dari rasa sakit Eomma."
Jungkook masuk ke dalam kamar yang Yoongi pinjamkan padanya. Di dalam kamar Jungkook kebingungan setengah mati. Otak kecilnya membayangkan jika saja ayah kandungnya kembali. Berandai jikalau Yoongi adalah ayahnya, membayangkan rasa apa yang akan ia rasakan saat itu. Jujur saja ia bahagia jika memang Yoongi adalah ayahnya, akan tetapi luka yang ibunya rasakan pasti jauh lebih besar dari rasa bahagianya. Jungkook tidak mau menyakiti ibunya lagi.
Yoongi menatap pintu yang menelan bayangan Jungkook itu dengan sebuah tatapn sendu. Jika bisa waktu diputar kembali, tentu saja Yoongi takkan meninggalkan Hoseok hanya demi sebuah perjodohan bodoh yang ibunya rencanakan untuk dirinya. Jika saja ia lebih berani dan melindungi wanitanya dengan benar, maka Hoseok takkan hidup merana seperti ini. Seandainya saja saat itu ia memiliki keyakinan untuk berpaling dari sang ibu, pasti semuanya akan lebih baik dari sekarang.
Tak terasa ponsel milik Yoongi bergetar menandakan beberapa pesan masuk. Mata Yoongi memicing melihat nama kontak yang memberinya pesan.
"Ayo lakukan tes DNA dan akhiri semua ini secepatnya."
Isi pesan itu membuat Yoongi tersenyum tipis. Baginya ini adalah sebuah tantangan yang takkan pernah bisa ia tolak. Wajah putihnya berhias senyuman miring yang terlihat sangat licik hingga terdengar suara tawanya yang mengandung arti yang ambigu.
Tbc.
Hai aku comeback setelah menghilang beberapa purnama. Banyak yg terjadi di RL aku smpe hampir aja aku lupa ama ni akun 🤭🤭
Semoga book ini cepet selesai ya dan aku gak mager lagi buat nulisnya 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun and Shine [End]
Fanfiction'Wanita yang memiliki anak tapi tak menikah' Apa yang terlintas di pikiranmu pada kata itu? Anehkah? Prasangka apa yang akan muncul di benak kalian? Diantara prasangka baik dan buruk pasti lebih banyak prasangka buruk, bukan? Lalu bagaimana dengan...