Eighteen

475 92 10
                                    

Bau obat-obatan memasuki penciuman Hoseok dan Taehyung yang sedang menyusuri lorong sebuah rumah sakit besar tempat mereka akan melakukan tes DNA. Jika dipikir lagi ini adalah keputusan yang sulit bagi Hoseok karena terlepas dari bagaimanapun hasil tes nanti, itu hanya akan memberikan sebuah luka baru bagi anaknya.

Meski tanpa Hoseok inginkan, kesedihan dan keterpurukannya di masa lalu membuat Jungkook menyalahkan semua itu pada 'ayah kandungnya'. Jungkook sudah terbiasa hidup tanpa ayah dan Hoseok pun tau Jungkook tak butuh itu. Jadi untuk apa melakukan tes DNA jika nantinya hanya akan menyakiti anaknya? Hoseok kembali ragu.

Di sana, di sebuah bangku di depan ruang praktek seorang dokter duduklah anak kecil yang sedari tadi mengisi pikiran Hoseok. Anak itu duduk dengan kaki yang tergantung dan mata besar yang memandang tanah. Seketika rasa sakit itu membuncah di hati Hoseok. Entah rasa sakit yang seperti apa Hoseok pun tak bisa menjelaskannya. Tapi ia tau jelas jika anaknya tak suka.

"Eomma!" Panggil anak itu saat melihat Hoseok yang terdiam terpaku.

Jungkook berlari menuju sang ibu dan memeluknya. Tanpa sadar air mata itu keluar dari mata Hoseok, dan dengan segera ia hapus jejak airnya agar tak terlihat oleh sang buah hati. Jungkook memeluk perut Hoseok dengan erat seraya melepaskan segala gundah di hati kecilnya. Meski ia masih kecil, namun otak dan cara berpikirnya sudah selayaknya orang dewasa yang mudah sekali memahami sebuah situasi.

"Kookie mau pergi saja." Bisik bocah itu pelan.

Hoseok mengusap kepala putranya dengan lembut, menyamakan tingginya dengan si bocah bermata besar. Tersenyum manis menenangkan agar ia tak lagi menangis. Jungkook berusaha menghapus air matanya dengan kedua tangan. Mengangguk kecil mengikuti anggukan dari sang ibu.

"Hasilnya akan keluar dalam satu minggu ke depan jadi dalam masa itu kita akan mendiskusikan langkah selanjutnya setelah tes itu keluar." Ujar Yoongi.

"Baiklah, aku akan memberikan sampel milikku terlebih dahulu. Hoseok dan Kookie tunggu saja di sini. Dan kau, lebih baik bersiap untuk yang terburuk." Mata Taehyung terlihat merendahkan Yoongi.

Keduanya memang tak terlalu akur jika bukan untuk urusan bisnis. Bahkan sesungguhnya mereka adalah musuh satu sama lain. Keluarga mereka pun saling bermusuhan dan berusaha saling mengungguli.

Yoongi tak ambil pusing dengan ancaman kacang milik Taehyung. Yang ia pikirkan hanya perasaan Hoseok dan Jungkook setelah tes ini keluar. Ia sudah menduga bahwa mereka berdua tak terlalu suka dengan ide ini, namun kekeraskepalaannya dan Taehyung memaksa hal ini harus terjadi.

"Seok-ah..." Tangan Yoongi menggiring Hoseok dan Jungkook untuk duduk di kursi yang tadi Jungkook pakai.

Membiarkan ibu dan anak itu duduk bersebelahan dan dirinya berjongkok di depannya. Mengenggam lembut tangan keduanya, menghangatkan kulit yang kedinginan bukan hanya karena cuaca yang dingin tapi juga karena situasi yang tak menyenangkan bagi mereka.

"Maafkan aku yang harus menempatkanmu dalam posisi seperti ini. Tapi kumohon untuk menghilangkan rencana buruk dari pikiranmu. Tolong jangan kabur lagi dari hidupku. Apapun yang terjadi tetaplah berada di sampingku, kumohon."

Entah berapa kali kata 'tolong' dan 'mohon' itu terlontar dari mulut Yoongi. Ia telah menebak bahwa Hoseok sudah merencanakan akan pergi dari kehidupannya dan Taehyung setelah tes ini keluar. Ia bisa melihat tatapan yang sama seperti saat dulu Hoseok pergi menghilang.

"Kau tidak paham, Sunbae. Ini bukan yang aku harapkan. Entah Kookie anakmu atau anak Taehyung, semua takkan berubah. Aku takkan menerima kalian sebagai suami dan Kookie pun tak mau menerima kaliam sebagai ayah" jelas Hoseok.

"Benar. Kookie tidak mau ayah" tegas Jungkook. Hoseok memandang anaknya sejenak, kemudian memalingkannya ke arah Yoongi.

"Sunbae, berhentilah mencampuri kehidupan kami. Biarkanlah masa lalu menjadi sejarah dan hiduplah di masa sekarang untuk masa depanmu"

Sun and Shine [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang