Bab 1.c

6K 388 14
                                    

***

Pagi menjelang dan Noctis masih tertidur pulas setelah dirinya menggauli Stella berkali-kali sampai kelelahan, namun tidak untuk gadis keturunan Amerika itu, gadis? Apakah masih pantas dirinya disebut gadis setelah kejadiam malam yang begitu amat ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menjelang dan Noctis masih tertidur pulas setelah dirinya menggauli Stella berkali-kali sampai kelelahan, namun tidak untuk gadis keturunan Amerika itu, gadis? Apakah masih pantas dirinya disebut gadis setelah kejadiam malam yang begitu amat panas kemarin?

Ya Tuhan... Stella masih tak menyangka jika dirinya akan melakukan hal itu bersama dengan orang asing seperti Noctis, wanita itu bahkan turut menikmatinya, Noctis begitu sangat kuat dan menggoda, tubuhnya yang harum dan memabukkan benar-benar membuat Stella terlena dan tak mampu memberontak.

Tapi Stella harus cepat-cepat pergi, Noctis tak boleh sampai melihatnya lalu menghinanya wanita murahan seperti di novel-novel yang sering ia baca, Stella tak menyesalinya, ia rela menolong Noctis yang sedang dalam pengaruh obat perangsang. Anggap saja itu bantuan, dan setelah ini mungkin ia akan keluar dari show room milik dokter tampan itu, Stella tak ingin ada masalah diantara mereka lagi.

"Hhh... Ternyata kamu bukan gay." Gumam Stella sembari mengusap rahang kokoh milik Noctis, sejak awal Stella memang sudah menaruh perhatian pada pria itu, tapi ia tak mau berharap lebih, ia takut kecewa dan terluka karena harapan kosongnya.

Wanita itupun akhirnya cepat-cepat pergi sebelum Noctis bangun, meskipun harus berjalan tertatih-tatih karena miliknya terasa begitu perih seperti terkoyak-koyak, namun Stella tetap menahannya dan berusaha berjalan dengan biasa.

***

Seminggu telah berlalu, Stella masih bekerja seperti biasa, Noctis juga bersikap seperti biasa, mereka bahkan sering berpapasan di tempat kerja namun seakan tak ada apa-apa diantara mereka berdua. Noctis bahkan tak pernah melirik Stella sedikitpun, pria itu bahkan semakin dingin tak tersentuh, akan tetapi Stella yang sering mencuri-curi pandang kearah pria itu, namun tetap tak ada respon, dan hal itu entah kenapa malah membuat Stella menjadi sedih, kenapa Noctis melupakan kejadian itu begitu saja? Apakah pria itu lupa jika yang ia nodai adalah karyawannya? Kenapa Stella malah kecewa.

"Napa sih lihatin pak Noct terus? Naksir Lo ya? Dia udah punya calon istri tauk." Ujar Dona pada Stella, kata-kata terakhir Dona membuat Stella agak sedikit shock.

"Apa sih mbak! Siapa juga yang lihatin pak Noct, orang saya lihatin lampu kok." Dusta Stella yang tampak salah tingkah. Namun bukan Dona namanya kalau tidak sadar akan hal itu.

"Alah... Nggak usah pura-pura deh Lo! Gue tau Lo suka dia, gue juga suka sama dia, tapi kita harus sadar, yang kita sukai itu bos kita, jadi dia nggak bakalan mungkin ngelirik kita. Sekelas pak Noct gitu, Lo emang bule, tapi Lo kan bule kere, sadar diri Lo!" Kata-kata Dona ini selalu saja menusuk-nusuk dan suka terang-terangan, orangnya memang blak-blakan dan Stella sudah terbiasa dengan hal itu. Jadi ia tak akan mungkin ambil hati.

"Iya-iya, ini udah sadar kok, nggak usah diingetin juga keles." Ungkap Stella dengan tatapan sebal.

"Stel! Kantin yuk! Udah jam makan siang nih." Ajak Karin, teman sesama SPG Stella.

"Yuk! Gue juga lagi haus banget pengen yang seger-seger."

"Ayo!"

Mereka berdua pun segera menuju kantin meninggalkan Dona yang hanya geleng-geleng kepala tak habis pikir kepada Stella.

***

Di lain tempat, Noctis saat ini masih tak bisa fokus dengan pekerjaannya, seperti sebelum-sebelumnya, pria itu masih tak mampu melupakan kejadian seminggu yang lalu, ia masih merasa amat bersalah, namun ego dan gengsi pria itu begitu amat tinggi hingga ia malu meminta maaf dan menemui Stella secara langsung.

Noctis merasa brengsek, ia layaknya kebanyakan pria diluaran sana yang suka mempermainkan wanita, apalagi ia memaksa Stella tidur dengannya. Masalahnya kenapa harus karyawannya? Kenapa bukan wanita malam atau wanita lain yang biasa menjajakan tubuhnya? Kenapa harus Stella? Wanita asing yang masih sangat muda dan tak pernah Noctis kenal sebelumnya.

Noctis ingin meminta maaf, tapi ia bingung harus memulainya dari mana, ia bahkan tak pernah menganggap Stella ada karena ia merasa bersalah dan malu.

Tapi bagaimana jika sesuatu terjadi pada Stella nanti? Apa yang harus Noctis lakukan? Bertanggung jawab? Bagaimana mungkin ia bisa melakukannya? Entahlah, ia begitu bingung.

Namun tiba-tiba Noctis tersadar dari lamunannya, ponselnya berdering menandakan ada panggilan yang masuk.

'Ya Bay!'

'Gue lagi sama Regan sama Revan, Lo dimana? Lagi nggak ada jadwal kan?'

'Hm, tadi Revan sempat kirim pesan, kalian sedang di kafe biasanya? Aku kesana sekarang.'

'Iya kita lagi di kafe biasanya.'

'Ya udah aku kesana sekarang.'

Noctis pun menutup teleponnya, lalu ia segera bergegas mengambil jaket dan kunci mobil, saat ini ia memang sedang butuh teman-temannya, karena mungkin dengan bertemu mereka maka Noctis bisa melupakan segala masalahnya.

***

Saat kembali ke tempat kerja, Stella tak sengaja berpapasan dengan Noctis, wanita itu bahkan sempat bertubrukan dengan pria tampan yang penuh akan pesona itu.

"Ah! Maafkan saya." Ungkap Noctis sembari membantu Stella memunguti beberapa camilan yang berjatuhan.

"Nggak apa-apa pak." Balas Stella.

"Sekali lagi maaf, saya buru-buru." Setelah membantu Stella, Noctis pun segera pergi meninggalkan wanita itu.

Demi Tuhan kedua mata Stella langsung memanas ketika melihat Noctis membiarkannya begitu saja, entah ia yang terlalu cengeng atau memang suasana hatinya sedang tak bersahabat, Stella rasanya ingin sekali menangis dan melempari kepala pria itu dengan batu, tapi mana mungkin ia melakukannya?

"Stel Lo nggak apa-apa kan? Kok Lo pucet gitu? Lo baik-baik aja kan?" Tanya Karin dengan nada cemas.

"Ya-ya, gue baik Rin." Suara Stella bahkan sampai tercekat dan tertahan ditenggorokan, wanita itu seakan tak mampu berkata-kata, hatinya sakit seperti disayat-sayat.

"Yuk! Pak Noct emang gitu, cuek banget orangnya, dingin kayak es. Nggak usah Lo ambil hati." Tutur Karin membuat Stella mengangguk paham.

'Tapi nggak gitu juga kali, harusnya dia minta maaf sama gue, apa dia nggak ingat sama sekali atas kejadian itu? Dia emang bukan gay, tapi dia pria brengsek, jadi apa bedanya, sama-sama nyakitin hati gue.' gumam Stella dalam hati dengan perasaan pilu, sudahlah! Percuma saja ia berharap pada pria dingin seperti Noctis, hal itu cuma akan membuang-buang waktunya saja.

"Udah dong Stel... Jangan sedih-sedih lagi yuk! Nanti gue kenalin sama temen-temen cowok gue yang ganteng-ganteng dan tajir, atau Lo mau sugar Daddy juga ada."

"Nggak Rin, makasih. Gue nggak tertarik." Balas Stella dengan tatapan lesu, lalu iapun segera bergegas meninggalkan Karin.

"Stella! Tungguin gue!" Dan Karin pun segera berjalan cepat mengejar Stella.

***

TBC

Ditunggu vomment yah! Yang banyak biar double up.

Tersedia eksklusif hanya di Dreame Innovel
https://m.dreame.com/novel/948132608.html



dr. Noct (Pindah Ke Dreame/Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang