Bab 1 - Piala Terakhir untuk Emak

23 2 0
                                    

Allah beri bahagia untuk kita bersyukur dan Allah beri kesedihan agar kita bertafakur

Terik matahari siang mulai menghangat setelah adzan ashar dikumandangkan. Langkah-langkah kaki hilir mudik keluar masuk mushola yang berdinding warna hijau. Tak sedikit yang berlarian menuju aula di depannya.

Orang-orang memasuki aula besar salah satu kampus negeri ternama itu. Mereka kembali menduduki kursi-kursi yang telah disediakan oleh panitia, setelah beberapa melaksanakan salat. Ada yang berseragam  putih merah, putih biru dan putih abu-abu-mengisyaratkan wajah-wajah muda yang masih bersemangat. Ada pula jejeran pendamping-pendamping yang mengenakan seragam cokelat maupun batik.

Acara akan segera dimulai. Semua mata memandang ke arah panggung dengan penuh antusias. Tiga orang siswa berseragam putih biru menempatkan diri di belakang podium. 

"Baik. Pertanyaan terakhir untuk babak Grand Final  Lomba Cerdas Cermat Biologi Nasional..."Suara pembawa acara menggema di seluruh ruangan, membuat semua orang terdiam dan fokus mendengarkannya.

Keringat menetes di kedua pelipis  gadis berkerudung kusam, Lail. Ia menatap sang juri yang akan memberikan pertanyaan. 

"Kami persilahkan kepada Prof. Dr. Agus Setiawan Budi M.Si, Ph.D. untuk memberikan pertanyaan." 

"Baik, terimakasih MC. Pertanyaan terakhir ya untuk adik-adik di sini. Kalian sudah sangat luar biasa berjuang sampai di titik ini. Semoga perjuangan kalian diberikan hasil yang terbaik."

"Oke...siap-siap ya..."

"Pertanyaan terakhir..."

Allah. Allah. Mudahkan...Mudahkan...

Lail yang berada di podium tengah mulai memanas. Jantungnya dipompa lebih cepat dari sebelumnya. Ini adalah babak penentuan pemenang Lomba Cerdas Cermat Biologi Nasional yang ia ikuti. Dalam hati ia menyebut nama Allah dan Emaknya. Ia mencoba untuk menarik napas panjang dan dikeluarkan perlahan. Mengatur rasa nervous-nya agar lebih rileks.

"Dilakukan dengan proses penguraian sempurna menjadi molekul CO2... berlangsung di matriks mitokondria yang salah satunya menghasilkan 6 NADH. Disebut apa siklus tersebut?"

Lail dengan cepat memencet tombol di atas meja podium. Melalui satu tarikan napas ia mantap menjawab dengan penuh percaya diri. Ia mendekatkan mulutnya dekat mikrofon.

"Siklus kreb atau siklus asam sitrat."

"Yap, benar sekali" Jawab dewan juri dengan tersenyum dan memberikan tepuk tangan.

"Baik. Selamat untuk Lail Terang Bulan menjadi Juara I. Beri tepuk tangan semua audience"

"Alhamdulillah, terimakasih Allah" Lail sujud syukur di atas panggung perlombaan. Senyumnya terukir bahagia begitupun guru pendampingnya, Bu Meila.

"Selamat ya Lail. Ibu bangga sekali sama kamu." Lail dipeluk oleh guru biologinya.

"Terimakasih banyak juga Bu Mei sudah membimbing saya selama ini"

-------------------------------------------------------***------------------------------------------------------------

Lail membawa pulang pialanya dengan perasaan bangga dan bahagia. Ia mengayuh sepeda bututnya yang berkarat dengan penuh semangat. Sekuat tenaga ia mengayuh sepedanya  agar segera sampai rumah, meskipun jarak dari kampus penyelenggara lomba dengan rumah Lail cukup jauh. Rasanya ia tidak sabar untuk menghadiahkan piala kejuaraanya kepada Sang Ibu.

"Emak...Allah mengabulkan doa Lail lagi, Mak. Allah izinkan Lail untuk menang lagi."

"Tunggu Lail di rumah ya, Mak." Senyum Lail tidak lepas dari sudut-sudut bibirnya. 

Lail Terang BulanWhere stories live. Discover now