•|05|•

214 39 6
                                    

Tokyo, 2025

"Hinata?" Panggil Naruto ketika melihat gadis itu hanya menghabiskan setengah dari ramyeon-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hinata?" Panggil Naruto ketika melihat gadis itu hanya menghabiskan setengah dari ramyeon-nya.

"Ah! Ya?" Hinata yang sedang melamunpun tersentak.

Naruto menghela napas, "Kenapa nggak dihabisin makannya? Tumben banget?" tanya Naruto khawatir.

Hinata hanya tersenyum tipis lantas menggeleng, "Nggak papa. Tiba-tiba nggak mood makannya."

Naruto meletakkan sumpit di atas piring. Lantas ia menyatukan kedua tangan, menatap Hinata dengan pandangan serius. "Gara-gara Sasuke, ya?" tanya pemuda itu dengan soroto mata ---yang sulit untuk Hinata jelaskan.

"Hah? Sasuke gimana? A-aku cuma ---"

"Nggak ada gunanya bohong, Ta. Kamu bukan orang yang pinter bohong." potong Naruto.

Hinata tersenyum miring, "Oh, kenapa kamu kepo banget, Nar? Sejak kapan seorang Naruto perduli sama kehidupan orang lain?" sindir Hinata sarkas.

Naruto menengguk kopinya. Lantas menatap Hinata santai, "Nggak papa, aku cuma penasaran aja. Dan ada satu hal yang perlu diralat karena aku selalu perduli dengan kehidupan orang lain, Ta. Kalo nggak perduli nggak mungkin jadi Ketua Himpunan, dan Jadi Ketua Hubungan Eksternal Perusahaan kayak sekarang." Jelas Naruto.

Hinata berdecih. "Oh, Oke."

"Baik lupakan masalah tadi. Giliran aku yang bertanya.” Naruto meletakkan tangannya di atas meja. Lagi-lagi pria itu menatap Hinata dengan pandangan sulit diartikan.

“Nggak ada yang mau kamu tanyain ke aku setelah hampir 3 tahun kita nggak pernah ketemu?”

"Eh? I-itu... Apa kamu udah punya pacar?" tanya Hinata lirih, jujur dia amat sangat penasaran karena Naruto cukup humble dengan teman-teman cewek kantornya. 

Dan Hinata tak bisa menahan bibirnya untuk tidak menanyakan itu, walau sesekali Hinata masih suka stalking instagram Naruto.

Naruto kembali tersenyum, pria itu menggeleng. Dan Hinata menghela napas lega.

"Emangnya kenapa?"

"Ah! I-itu... Aku cuma ----"

"Cuma takut kalo aku udah punya pacar dan makan siang berdua sama kamu, nanti pacar aku cemburu?” potong Naruto sekali lagi.

"Eum, bisa dibilang begitu."

Hinata tersenyum canggung. Dalam hati ia memaki, kenapa Hinata malah menanyakan pertanyaan bodoh kepada Naruto seperti itu?

Naruto terkekeh, "Tapi itu bukan yang diucapkan teman lama ketika bertemu, Ta."

Naruto memainkan kedua alisnya ---seolah menggoda Hinata. Membuat amethys itu membola seiring rona merah perlahan menjalar di kedua pipi gembilnya.

Photograph ; Naruhina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang