2. Mengantar Pulang

331 74 49
                                    

"Sojung?"

Mendengar namanya dipanggil, Sojung menoleh dan otomatis tersenyum saat melihat wajar rupawan Seokjin. Sedangkan pria Kim itu justru mengernyit dan tampak khawatir karena Sojung masih belum pulang. Gadis itu malah sedang menyandar di samping pintu keluar, padahal sebagian lampu sudah dimatikan karena perpustakaan kota sudah tutup sejak satu jam lalu.

Seokjin baru saja selesai memebereskan dan mendata buku baru yang masuk, jadi wajar jika dia pulang lebih lambat, tapi Sojung? Kenapa gadis itu masih di sini padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Ah, akhirnya kau keluar," kata Sojung lega, "aku hampir saja tertidur tadi."

"Kau ... menungguku?" Seokjin menunjuk wajah sendiri tanpa melepas gurat penasarannya.

Saat Sojung mengangguk, Seokjin membelalak. "Kenapa? Apa aku melupakan suatu janji atau—"

"Aku hanya ingin mengantarmu pulang," potong Sojung dengan ekspresi malu. Ini adalah kali pertama Sojung memberanikan diri untuk mengantar seorang pria pulang.

"Aku?" Seokjin tertawa renyah dan jujur saja tawa itu lagi-lagi membius Sojung hingga ia hanya fokus pada si pria Kim, "bukankah terbalik? Aku yang harusnya mengantarkanmu pulang."

"Tidak ada aturannya untuk selalu seperti itu," sungut Sojung, "ayolah, aku tidak mau ditolak. Aku sudah memberanikan diri dengan susah payah, jangan membuat usahaku sia-sia."

Seokjin menghentikan tawanya, lalu menghela napas dan menatap lamat pada Sojung. "Terima kasih, tapi rumahku cukup jauh dan ini sudah malam. Aku takut orang tuamu akan khawatir dan tentu saja aku tidak mau kau kenapa-napa karena pulang sendirian setelah mengantarku."

Sojung mencebikkan bibir, kedua bahunya turun, berbanding lurus dengan semangatnya. "Sudah kubilang, kan aku tidak mau ditolak. Aku melakukan ini sebagai imbalan coklat tadi."

"Aku ikhlas memberikannya padamu."

"Aku hanya tidak mau berutang budi," sela Sojung cepat. Alasan apa pun akan Sojung lontarkan asal Seokjin mau pulang bersamanya. Kenapa pria ini sulit sekali dibujuk, sih?

Apa karena gengsi? Ini ... kali pertama pria itu diajak pulang oleh seorang wanita?

Ya, ampun, jika itu alasannya, sekarang zaman sudah berubah dan wanita tidak harus terus menjadi manusia pasif yang hanya menunggu pangerannya datang.

"Jadi, kau mau, kan?"

Seokjin diam sejenak, tampak menimbang kembali tawaran Sojung. Namun, belum sempat pria itu bersuara, Sojung langsung meraih telapak tangan lebar pria itu dan menyeretnya ke parkiran.

"Sudah di sini, jadi jangan menolak!" tegas Sojung, lalu membuka pintu mobilnya.

Seokjin terlihat canggung dan mengusap tengkuknya lantaran ragu. "Jujur saja, aku merasa gengsi. Seharusnya seorang wanita tidak mengemudi selama ada aku."

"Kau bisa mengemudi?" Sojung bertanya balik dengan antusias.

"Iya, bahkan aku punya SIM internasional sejak dua tahun lalu," balas Seokjin malu. Dia tidak bermaksud menyombong, tapi hanya berusaha meyakinkan Sojung agar gadis itu yakin menyerahkan urusan mengemudi padanya.

"Aku tidak menyangka," gumam Sojung, "maaf karena mengira kau tidak bisa mengemudi," sesal gadis itu.

"Tidak apa," kata Seokjin diiringi tawa. Detik berikutnya Sojung menyerahkan kunci mobilnya pada Seokjin, lalu gadis itu duduk di kursi penumpang samping pengemudi, memberi isyarat yang meyakinkan kalau Seokjinlah yang harus menyetir malam ini.

"Rumahmu jauh sekali, ya?" tanya Sojung guna memecah kesunyian di sepanjang perjalanan.

"Lumayan. Ada di pinggiran kota," balas Seokjin.

HalcyonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang