39. Tamu Jauh

246 41 17
                                    

"Sayang, kenapa ke sini?" Seokjin mengernyit heran setelah melihat kehadiran sang istri di kafe, terlebih karena wanita itu tidak sedang menggendong siapa pun. "Kai mana?"

"Dengan Nenek," jawab Sojung seraya mengecup bibir sang suami yang berdiri di balik meja kasa, lalu beranjak ke dapur kafe untuk mengecek persediaan bahan. Di belakang wanita itu, Soobin tidak ikut beranjak, malah lebih tertarik menyusul ayahnya ke balik etalase. "Papa, mau kue," kata bocah berpipi tembam yang sedang memegang sandwich itu.

Sebelum melahirkan, biasanya Sojunglah yang memantau persediaan bahan mentah di kafe. Kalau ada yang berkurang, wanita itu akan cepat-cepat menyetok yang baru. Setelah Kai lahir, wanita itu nyaris lepas tangan sama sekali soal kafe, semuanya ditangani oleh Seokjin.

"Oh, bagus," gumam Sojung saat melihat semua bahan, baik untuk minuman ataupun kue masih lengkap dan banyak.

"Bahan-bahannya baru distok ulang kemarin," kata Jaehyun, satu dari dua pegawai kafe keluarga kecil Kim.

Sojung manggut-manggut. "Oh iya," katanya lagi seraya mendekat pada pegawai laki-lakinya yang sudah dianggap seperti adik sendiri. "Seokjin tidak genit kepada pelanggan, 'kan?" tanya Sojung sambil berbisik.

Jaehyun tertawa pelan lalu menjawab, "Mana mungkin. Lagi pula, para pelanggan kan sudah tahu Seokjin Hyung sudah menikah, bahkan sudah punya dua anak, lalu yang paling penting ...."

"Apa?" tanya Sojung tidak sabaran.

"Mereka tahu istrinya galak, punya tatapan setajam silet," jawab Jaehyun sambil terkikik.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Seokjin tiba-tiba muncul di ambang pintu sambil berkacak pinggang.

"Hanya memeriksa stok bahan," jawab Sojung cepat. "Soobin mana?"

"Jadi kasir paruh waktu sementara. Bayarannya murah, hanya dengan sepotong red velvet," seloroh Seokjin sambil melirik putranya yang duduk di atas meja kasa. Karena kafe baru akan dibuka tiga puluh menit lagi, jadi tidak masalah meninggalkan Soobin di sana sementara.

"Kalau begitu, aku permisi ke depan, halaman depan belum sempat kusapu," kata Jaehyun pengertian. "Kalian silakan berpacaran dulu."

Seperginya Jaehyun, Seokjin langsung mendekat pada sang istri. "Kai tidak rewel bersama Nenek?"

"Tidak, dia malah lebih mudah tenang saat bersama Nenek. Aku juga sudah meninggalkan ASI di kulkas, jadi tidak masalah. Lagi pula, Nenek yang menyuruhku jalan-jalan."

Seokjin menganggut-anggut.

Nenek Sojung bari bisa berkunjung empat bulan setelah Sojung melahirkan, tepatnya kemarin, dan sesuai dugaan, Sojung bisa sedikit bersantai kalau ada wanita itu di rumahnya.

"Nenek mau pangsit, tetapi stok di rumah habis," kata Sojung.

"Kalau begitu akan kubuatkan," balas Seokjin.

"Aku akan bantu," sahut Sojung ceria. Seiring berjalannya waktu, Sojung sudah mulai bisa menyesuaikan diri, tingkat stresnya tidak separah dulu, terlebih setelah Soobin tidak rewel lagi, mungkin karena sudah menerima takdir sebagai seorang kakak, dan Kai mulai tidur dengan jadwal teratur.

"Tidak usah, Nyonya Kim bersantai saja, lagi pula membuat pangsit tidak sulit."

Bibir Sojung mengerucut, bentuk protesnya atas penolakan Seokjin.

"Aku sudah buatkan teh untukmu, ada kue kayu manis juga—"

"Ah, benar, kau bilang mau membuat varian camilan baru," kata Sojung.

"Iya, coba cicip, kalau menurutmu enak, mungkin kita bisa menjualnya juga."

Sojung mengangguk penuh semangat. "Aku akan mencobanya, meski sebelum itu aku sudah lebih dulu yakin rasanya akan lezat!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HalcyonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang