Putra tidak tahu saat ini ia berada di mana. Ia sama sekali tidak mengenali dunia ini. Hamparan pasir begitu luas, gersang, dan panas. Lama ia berjalan menyusuri gurun hingga akhirnya menyerah karena kelelahan. Gurun yang ia jejaki seperti tidak pernah ada ujungnya. Putra mendongakkan kepala ke langit yang berwarna biru gelap. Dahinya mengerut.
Di tengah keheningan, seseorang datang entah dari mana dan berdiri di samping Putra. Saat menyadari keberadaan orang tersebut, Putra menengok ke samping dan ditatap pria bertubuh jangkung dengan pakaian merah dan jubah biru. Sekilas mirip dengan kostum Superman, tapi pria di sampingnya sama sekali tidak bertubuh kekar.
"Siapa kau?" tanya Putra. Ia menjauh. Was-was.
"Lex," jawab pria misterius itu. Ia tersenyum tipis, kemudian menoleh ke arah langit. "Aku melihatmu berada dalam kesedihan dan aku ingin sekali membantumu."
Pikiran Putra sempat berhenti. Ia sama sekali tidak mengerti maksud dari kalimat Lex. Kejanggalan ini tidak bisa lagi dipungkiri, jelas ia sudah tersesat di dunia antah-berantah. Namun saat ia meluruskan wajah ke depan, Putra mendapati sosok perempuan yang amat dirindukan. Ibu. Saking rindu, Putra berlari dan melupakan kejanggalan yang terjadi seolah logikanya mati mendadak.
Saat sedikit lagi jari bisa meraih tangan ibu, Putra terpental karena menabrak tembok tak kasat mata. Tidak menyerah, ia bangkit dan mencoba kembali menghampiri ibu, tapi tetap ada dinding pembatas yang tidak terlihat olehnya. Ia pun berkali-kali menepuk tembok sambil meneriaki ibu. Namun semua sia-sia, Putra menyerah dan menangis karena tidak bisa memeluk wanita yang amat dirindukan.
Lex terbang dan menembus dinding dengan mudah. Ia mendarat pelan di samping ibu Putra. Melihat hal tersebut membuat Putra memohon pada Lex agar menghapus dinding tak kasat mata yang ada di hadapan.
"Aku akan membantumu tapi dengan syarat," ucap Lex.
Mata Putra berbinar-binar. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibunya. "Apa syaratnya?"
"Tinggalkan duniamu."
Putra terdiam. Kemudian ia berkata, "Maksudmu apa?"
"Kau lupakan rumahmu, kau lupakan pendidikanmu, kau lupakan segala-galanya dan menetap di dunia ini bersama ibumu." Ketika Lex mengangkat kedua tangan, padang pasir di bawah kaki berubah menjadi padang rumput yang kemudian meluas ke mana-mana. Lalu, banyak pohon tumbuh dan dikelilingi kupu-kupu cantik berwarna-warni. "Aku menjanjikan kehidupan yang lebih baik untukmu. Di sini, bersama ibumu. Bagaimana?"
Pandangan Putra tertuju pada sang ibu yang sedang tersenyum. Tatapan Putra beralih pada Lex dan ia mengangguk pelan. "Aku bersedia. Aku akan melakukan apa pun demi bertemu dengan ibu. Apa pun ...."
Jari Putra merasakan dinding tak kasat mata yang perlahan runtuh. Begitu tidak ada lagi penghalang, Putra berlari menghampiri sang ibu dan memeluknya erat. Wanita paruh baya itu membalas pelukan Putra sambil meremas lembut kepala anaknya.
"Putra sangat merindukan ibu," ujar Putra.
"Ibu juga sangat merindukan kamu."
🕷🕷🕷
Dimas terbangun dari tidur ketika mendengar pintu kamar berderit. "Putra, ada apa?" tanya Dimas. Ia menegakkan badan dan menghidupkan lampu kamar. Saat ruangan menjadi terang, mata Dimas membelalak karena terkejut melihat Putra sedang menggenggam pisau. Lantas Dimas cepat-cepat menyingkir dari ranjang.
"Dimas harus mati. Dimas harus mati. Dimas harus mati," ucap Putra pelan. Tatapan kosong, mata menghitam dan suara semakin serak. "Dimas harus mati. Dimas harus mati."
Saat Putra mengangkat gagang pisau, sebuah bambu berukuran dua meter melayang cepat memecah kaca jendela. Pisau di tangan Putra mental begitu ujung bambu tersebut menabrak mata pisau. Sepersekian detik kemudian, seorang pria berkostum aneh melompat masuk ke kamar Dimas dari jendela dan menghadang jalan Putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTRA : THE DARKEST MIND
Azione"Keluargamu adalah rumah nyatamu." -Putri. Putra, seorang remaja yang baru saja kehilangan sang ibu dimanfaatkan tubuhnya oleh Lex dengan memanipulasi pikirannya. Tim 1220 Laskar Hitam harus menghentikan misi Lex sebelum menelan korban lebih...