Tetes demi tetes kristal bening tersebut jatuh dari dua mata bulat yang terus berair. Kaki kecilnya tak henti terus berlari, tak peduli seberapa lelah ia, seberapa berantakan penampilannya. Yang ia pikirkan hanya lari dan lari.
"Terus cari dia! Jangan sampai lolos!"
Tubuh kecilnya bergetar di balik tempat persembunyiannya, juga dengan kedua tangan yang sedari tadi menutup mulutnya guna meredam isak tangisnya. Sekelebat percakapan beberapa orang itu kembali hinggap dikepalanya.
"Kenapa ayah bisa-bisanya menjadikan anak lemah sepertinya menjadi pewaris keluarga?"
"Kalau kau ingat dia merupakan anak yang tak sah."
"Bagaimana dengan menyingkirkannya? Kita harus menyusun rencana agar ayah tak tau."
"Ah!! Aku benar-benar benci saat melihat wajah menyebalkannya itu!"
Air mata terus mengalir keluar dari mata indahnya. Hatinya sakit saat mengingat ucapan tersebut keluar dari lisan orang-orang terkasihnya. Orang-orang yang selalu melindunginya. Ah... memang benar kata ibunya, ia tak boleh cepat terpedaya. Namun apa daya, sifat kesetiaan sebagai balas budinya sangat tinggi.
'Ck, maaf ayah, aku harus pergi dari sini.'
Suara teriakan yang meneriakan namanya makin nyaring hingga akhirnya cahaya keemasan itu menelannya.
Anak kecil tersebut hilang.
Hongjoong membuka matanya. Peluh menetes, nafasnya tersenggal. Hongjoong bangkit dari tidurnya. Tangannya bergerak memegang kepalanya yang terserang pening.
Apa-apaan mimpi tadi? Batinnya bertanya. Hongjoong berpikir apakah ia memimpikan masa kecilnya?
Tapi seingat Hongjoong ia tak pernah dikejar oleh segerombolan orang yang ingin membunuhnya, kalau ditikam teman baru pernah. Aduh, hati Hongjoong sakit setiap mengingat itu.
Merasa nyawanya sudah terkumpul dengan lengkap, Hongjoong memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Ia memiliki rencana untuk mencari pekerjaan hari ini, merasa tak enak jika terus menumpang hidup pada Yeosang dan terus menyusahkan laki-laki brunette tersebut.
Usai dengan ritual mandinya, Hongjoong memilih untuk membuat sarapan untuk Yeosang terlebih dahulu, untuk dirinya juga sih sebetulnya. Sedari kemarin malam perutnya itu terus saja teriak-teriak minta diisi.
Hongjoong meninggalkan note kecil di dekat makanan yang usai dibuatnya. Mau membangunkan Yeosang tapi kasihan, lelaki itu begadang semalaman menyelesaikan deadline pekerjaannya, yang Hongjoong sendiri tak tau apa pekerjaan Yeosang.
Hongjoong mengalungkan tas selempangnya dan memakai mantel bulu berwarna merah yang ntah sejak awal ia dapat dari mana.
Tidak mencuri kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
pleasure ㅡateez
FantasyHongjoong bingung harus bersikap bagaimana. Apa dia akan menganggap semua ini hanya fantasinya? Atau memang dia sebetulnya salah satu dari mereka yang bahkan tak pernah ada di dunianya? ©snowhven_