Di pertemukan.

19 3 1
                                    

Sepulang sekolah. Gina langsung masuk ke kamarnya. Kondisi rumah saat ini terlihat sangat sepi jadi ia memutuskan untuk langsung naik ke lantai dua saja. Sesampainya di ambang pintu kamar, Gina menatap seluruh isi ornamen kamarnya. Warna hitam menjadi warna dominan di tembok kamar yang Di hiasi properti-properti berwarna coklat susu.

Tak henti ia menatap sampai seseorang mengagetkan nya dari belakang "cakep kan?" Suara penuh ejekan itu terdengar sangat sarkas.

"Iya cakep, kn gua yang usul warna" sahut Gina pada kak Garel yang tadi mengagetkan nya.

"Tapi gua juga yang nentuin properti nya" ucap kak Garel sambil berjalan masuk menerobos lengan Gina yang menyentuh sebelah kanan ambang pintu.

Garel duduk di atas ranjang Gina sambil melihat-lihat ornamen baru di kamar adiknya itu "masih ikut geng motor?" Pertanyaan Garel membuat Gina mengangguk kan kepala perlahan.

"Gua pimpinan mereka, jadi ngga mungkin kalo gua ninggalin mereka" jawab Gina sebisanya.

"Bisa jamin kalo ngga akan kek taun lalu?" Suara Garel terasa begitu meng intimidasi.

"Bisa-bisa aja" jawaban itu membuat Garel agak tenang "toh gua juga Ngomong sama mereka buat ngga nglakuin hal yang sama" tambahnya.

"Bagus deh kalo gitu" ucap Garel sambil berdiri dari ranjang Gina "Btw, tadi bokap nyuruh gua manggil lu buat turun ke bawah"

Gina mengerutkan kedua alisnya "mau ngapain?" Tanya nya setelah menaruh ransel berwarna marun kesayangannya. Garel hanya Mengendikaan kedua bahunya.

Gina berjalan keluar dan menuruni satu demi satu anak tangga. Pandangan nya menatap kearah ruang tengah yang terlihat sangat mencekam. Gina berjalan santai kearah ruang tengah dan duduk tepat didepan papahnya yang sedang memegang amplop putih berlambang logo sekolah barunya.

"Kenapa pah?" Tanya Gina santai.

"Apa ini?!" Suara itu terdengar tidak biasa ditelinga Gina. Pertanyaan itu hanya ditanggapi gelengan ringan kepala Gina.

"kamu tuh masih baru, kenapa udah bikin ulah sh" suara itu semakin meninggi "papah ngga mau ya kalau sampe kamu pindah sekolah lagi" ucap Bambang -papah Gina, sambil melempar amplop putih di atas meja.

Gina mengambil amplop putih itu dan membukanya. Perasaan ingin tahu sudah di ujung tanduk. Ia membaca surat itu sambil sesekali menghela nafas berat dan menaruhnya kembali diatas meja.

"Gina" suara lembut Riana -mamah Gina, membuat Gina menatap kearah sumber suara.

"Kenapa mah?" Tanya Gina setelah sang mamah duduk disampingnya.

"Mamah ngga mau kamu dimarahin terus, Gin" ucap Riana "berubah ya sayang" tambahnya sambil memeluk Gina.

Gina hanya menganggukkan kepalanya. Kasih sayang tulus sangat terasa di dekapan sang mamah "aku naik dulu ya mah" ucap Gina sambil melepas pelukan itu.

"Iya sayang, istirahat ya"

Gina hanya mengangguk dan berjalan naik kearah kamar nya. 'sial!! Udah dapet surat peringatan' geramnya dalam hati, ia membuka pintu kamar dan Langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang tanpa menghiraukan pandangan Garel.

"Abis ditanyain apa lu?" Tanya Garel sambil berdiri di samping ranjang Gina.

"Dapet surat peringatan" jawab Gina simple.

"Cepet banget dapetnya" ledek Garel "biasanya sebulan dulu baru dapet"

"Berisik banget lu!!" Seru Gina.

"Yaudah gua ke kamar dulu" pamit Garel.

Tiba-tiba kantuk datang, membuat Gina menguap berkali-kali. Namun suara notifikasi ponsel nya membuat Gina menggapai dan membaca satu pesan dari Nala.

GinattaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang