One Step Closer

194 30 3
                                    

4 years ago...

"Astaga ponselku benar benar tidak ada di dalam tas. Pasti tertinggal di suatu tempat."

Yuna menatap Jia yang terlihat panik mengobrak abrik isi tasnya. Bahkan gadis itu sampai membalikkan tas putih tersebut hingga semua barang kecil seperti lip balm dan bolpen berjatuhan.

Wajah Jia merengut, bibirnya bahkan memanyun. "Yuna, bagaimana ini?"

Yuna menghela napasnya. "Di mana kau meninggalkannya?"

"Kalau aku ingat pasti sudah kuambil dari tadi."

"Ya Tuhan, kau ini ceroboh sekali. Kalau begitu apa kau ingat pergi ke mana saja hari ini?"

Jia mengangguk. "Dari tadi pagi aku berangkat mampir ke Starbucks untuk sarapan. Aku ingat masih bisa membalas pesan Jeongwoo setelah itu."

"Lalu?"

Mata Jia melebar, menyadari sesuatu. Ia menjentikkan jari di depan wajah temannya dan berkata, "sepertinya tertinggal di gedung seberang."

"Ah, kelasmu yang barusan?"

Jia mengangguk. "Aku ingat menggunakan ponselku di sana untuk membuat janji makan siang dengan Jeongwoo '

Yuna melipat bibirnya, mengangguk pasti. "Ponselmu di sana. Entah mengapa aku yakin."

Jia menghela napasnya panjang, punggungnya bersandar lelah pada kursi yang didudukinya. "Malas sekali. Andai seseorang membawakan ponselku kemari."

Decakan bibir Yuna terdengar. "Sudahlah. Ponselmu tidak akan kembali jika kau terus di sini. Lebih baik di ambil sekarang lalu berkencanlah seperti rencanamu.

"Ah, baiklah. Aku pergi dulu, Yuna." Ucap Jia. Ia membereskan barang barangnya yang berserakan di atas meja, lalu keluar dari ruang istirahat.

Ia benar benar berusaha mengumpulkan segala tenaganya, menyingkirkan rasa malas dan lelah di dalam dirinya. Tujuannya kali ini adalah gedung seberang di mana ruang prakteknya berada.

"Jia!"

Gadis itu menoleh, terlihatlah sang kekasih yang berjalan mendekatinya lewat taman kampus.

"Jeongwoo..." Begitu si laki laki sampai di hadapannya, Jia langsung kembali memasang wajah merengutnya.

Jeongwoo tertawa. "Astaga ada apa dengan wajahmu? Apa ini hari yang berat?"

Jia memejamkan matanya sejenak saat Jeongwoo mengusap kepalanya. Ia lalu mengadu, "ponselku tertinggal di gedung seberang sepertinya. Aku sangat malas mengambilnya, sungguh."

Jeongwoo terdiam sebentar, menggigit bagian dalam pipinya sebelum membalas, "kalau begitu ayo aku temani. Pasti rasa lelahmu akan berkurang."

Sekitar 5 menit kemudian keduanya sudah sampai di ruang praktek kelas Jia sebelumnya. Gadis itu mencari ponselnya ke segala sudut ruangan, namun ponselnya tidak terlihat di manapun.

"Tidak ada?" Tanya Jeongwoo, langsung mendapat gelengan sebagai jawaban.

Kemudian Jeongwoo terlihat seperti sedang meraba raba saku celananya sendiri. Beberapa saat setelahnya, ia mengeluarkan sebuah ponsel dari sana. Diangkatnya benda pipih tersebut dan bertanya, "apa ini?"

Wajah Jia langsung berubah masam. Ia merengek sambil memukuli lengan Jeongwoo yang hanya cengengesan. "Aku lelah sekali hari ini, Jeongwoo. Kenapa tidak memberikannya padaku sejak tadi??"

Jeongwoo hanya tertawa dengan wajah tak berdosanya. Ia mengusak tambut Jia, lalu merangkul bahunya dan berkata, "ayo makan siang lalu pulang. Kelasmu sudah selesai, kan?"

Back To December | Park JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang