Pelajaran Bahasa Inggris di kelas Ms. Ellen menjadi penghujung pembelajaran di hari Jumat ini. Aku berhitung di dalam kepalaku.
Tiga, dua, satu...
KRIIIIING!!
Benar saja, semua siswa langsung bersorak riang. Ms. Ellen pun sedikit tersenyum melihatnya, tapi langsung tertutupi oleh ekspresi tegasnya.
"Students, please don't forget to do your homework. Happy weekend!"
Satu per satu siswa berhamburan keluar kelas. Aku masih harus menghadiri rapat. Belum melangkahkan kaki ke luar kelas, ketua pedal sudah menghampiriku duluan. Wajah kecut Zoella di sebelahku semakin timbul jadinya.
"Eitsss. Mau ke mana?" tanya Sam usil, merangkul bahuku dengan santai. "Let's go, Genta! Kita rapat dulu."
Aku memutar bola mataku, menepis tangannya terlebih dahulu sebelum Zoella melakukannya. Gadis itu tersenyum puas.
Sam meringis, mengelus-ngelus tangannya. "Gue tau kalian lagi ngambek berjamaah. Tapi jangan lampiasin ke gue dong!"
Wajahku saat ini tidak menunjukkan kebahagiaan walaupun libur akhir pekan sudah di depan mata. Hampir sama dengan Zoella, mata kami benar-benar panda. Tidak disebut pun aku yakin dia kesulitan tidur beberapa hari ini, sama sepertiku.
Zoella menyilangkan kedua lengannya. "Whatever. Gue pulang duluan. Bye, Genta. Stay away from her, Sammy."
♪ ♪ ♪ ♪ ♪
"Sepi banget sih ini," kata Isabel, menghela napas.
Fania dan Silmi mengiyakan. Kedua siswa kelas 10 itu sudah sampai lebih dulu. Lebih tepatnya, semua anggota sudah berkumpul bahkan Vivian yang sedang asik memainkan bell segitiga seraya bersenandung turut hadir lebih dahulu.
Aku dan Sam tidak datang telat, kami hanya datang belakangan.
Suasana ruangan sekre pedal terasa lebih sepi karena kakak-kakak kelas 12 memang sudah mulai disibukkan dengan persiapan-persiapan ujian mendatang. Walaupun mereka boleh saja memasuki ruangan pedal kapan pun, ruangan yang biasanya diisi oleh dua belas orang sekaligus tiba-tiba tersisa enam orang saja. Pasti sebelumnya terasa asyik sekali, aku yang baru mengikuti sekali rapat dan outing pun merasakan itu.
Sam duduk di kursi bagian tengah dari meja berbentuk huruf U itu. Aku mengikuti Sam dengan duduk di sampingnya, membuatku duduk bersebrangan dengan Vivian. Tanpa kusadari, aku kerap melirik Vivian seolah itu adalah sesuatu yang harus aku lakukan. Akhir-akhir ini, aku merasa gelisah sehingga semuanya terlihat buruk. Satu hal yang membaik dari semua kekacauan yang sedang terjadi adalah kakinya Vivian yang sudah sembuh. Mungkin itu sebabnya dia mengikuti rapat kali ini.
"Berhenti lihatin gue," kata Vivian, meleburkan lamunanku.
Aku terdiam, memincingkan mataku padanya. "Gue ga lihatin lo."
Sam yang tertarik akan obrolan kami mulai memerhatikan dengan seksama, menatapku dan Vivian bergiliran.
"Orang itu juga lihatin gue mulu di kelas," timpal Vivian.
"Siapa?" tanyaku pelan, bahkan suaraku terdengar seperti berbisik. Padahal, Isabel, Silmi, dan Fania sedang asik dan terbahak-bahak di samping kami. Aku ragu suaraku terdengar oleh Vivian, tapi cowok itu menjawabnya.
"Farel," Vivian mengernyitkan hidungnya. "Akhir-akhir ini gue mergokin dia lihatin gue mulu." Dia begidik ngeri. "Persis kayak lo, si mata panda."
Mulutku mendatar. Suaraku terasa tercekat. "Gue ga lihatin lo," ulangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Mind
AdventurePesawat-pewasat kertas warna warni. Seperti itulah pikiran-pikiran yang didengar oleh Magenta terlihat di matanya. Setiap hari, setiap waktu, mendengarkan pikiran orang lain. Entah itu tidak sengaja atau hanya penasaran. Hanya gadis dengan kekuatan...