♎Tilu - Teman?♎

356 76 30
                                    

Assalamu'alaikum!
Selamat pagi/siang/sore/malam semuanya!

Apa kabar hari ini? Masih semangat puasanya? Harus semangat dong!😍

Oke, sebelum mulai ke ceritanya siapin hati dulu. Karena part ini penuh kebengekan!😂

Cuss langsung ke ceritanya!♎

***

Now playing: Fiersa Besari – Bandung

"Di dunia ini ada dua hal yang harus dihindari. Satu, rasa tidak percaya diri. Dua, rasa penasaran yang membuatmu ada di situasi membahayakan."

Papan kayu bertuliskan XI IPA 2 di atas pintu yang tertutup membuat Anna memandang lama benda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Papan kayu bertuliskan XI IPA 2 di atas pintu yang tertutup membuat Anna memandang lama benda itu. Dia ragu, apakah harus masuk atau tetap berdiam di sana sampai ada yang membuka pintu.

Karena lama menunggu, dengan berat hati Anna memegang gagang pintu dan membukanya. Suara riuh yang semula terdengar berganti senyap. Semua mata tertuju padanya. Anna meneguk saliva. Apakah kedatangannya sangat menarik hingga dia menjadi pusat perhatian seperti sekarang?

Anna menarik napas kuat-kuat lalu mengembuskannya perlahan. Tungkainya berjalan masuk setelah kembali menutup pintu dari dalam. Senyumnya terkembang simpul. Beberapa anak membalas dan beberapa lainnya kembali melakukan kegiatan semula.

Netranya mengedar ke penjuru ruangan. Hanya ada satu bangku tersisa. Di baris terakhir di pojok ruangan. Tepat di sebelah seorang gadis yang menarik tas dari bangku sampingnya.

"Gue, boleh duduk di sini?" tanya Anna mendekat, basa-basi.

Gadis itu mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Anna tersenyum kikuk, lalu menarik kursi dan duduk. "Libranna Zhitopian Geisha. Panggil aja Anna." Dia mengulurkan tangannya di depan gadis itu, mengajak berkenalan.

"Scoletta Guardian Axela. Panggil aja Letta," balas Letta menjabat tangan Anna. Dia mengangguk, lalu tersenyum singkat.

Anna mengedarkan pandangannya. Menatap teman sekelasnya yang terlihat sibuk dan ceria. Letta tidak lagi mengajak bicara.

Ah, andai Anna bisa seperti Zio yang cepat akrab dengan siapa pun. Bisa menjadi pencair suasana di mana pun dan kapan pun. Meski dengan tingkah menyebalkan yang Anna yakin seratus persen semua orang mengakuinya.
Siapa sih yang tidak kenal Zio karena mulut pedasnya? Pasti tidak ada.

“Ta, dari tadi belum ada guru yang masuk, ya?”

Pertanyaan yang terlontar dari bibir Anna menarik perhatian Letta. Dia menatap Anna lalu mengedikkan bahu. “Gue juga masuk belum lama. Tapi kayaknya belum ada. Lihat aja anak kelas yang pada biasa aja.”

Anna menatap Letta, cengengesan. Benar juga apa katanya. Ah, bodoh sekali dia bertanya seperti itu.

Keduanya diam kembali. Nyaris seperti dua balok es dalam sebuah pendingin. Benar-benar kaku dan canggung.

LIBRA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang