1

414 33 0
                                    


Kalau Mama bilang jadilah anak yang tangguh, jangan dianggap serius. Bahkan sampai hari ini, tiada siapapun yang bisa menandingi ketangguhan malam dalam menyapa jiwa-jiwa melarat nan menyedihkan. Rutin membawa mereka menjadi tabu, berlarut dengan tangis dan kecewa. Bukan. Bukan malam yang salah. Manusia saja yang terlalu payah. Terlalu payah, namun dipaksa untuk tidak menyerah. 

Ini kasus yang sama. Lihatlah. Wanita itu menelusuri jalan dengan lesu. Kata gemintang, ia ditolak lagi. Ditolak untuk kesekian kalinya, dari berbagai lowongan pekerjaan. Rasanya ia ingin menyerah saja. Hidup sebatang kara tanpa orangtua, kerabat dan pekerjaan. Apa yang bisa ia diharapkan lagi?

Tangan kanannya membuka pintu rumahnya perlahan.

Rumah. Ia tinggal sendirian di rumah luas itu. Rumah luas yang entah kapan terakhir kali ia bersihkan dengan benar. Fakta bahwa orangtuanya meninggalkan warisan sebuah rumah, membuat hidupnya tampak tak begitu sulit. Setidaknya dia tidak perlu pening memikirkan uang sewa rumah disaat-saat seperti ini, walau tagihan listrik tetap saja rutin mengunjungi.

Wanita itu pun melepaskan pakaian hangatnya dan berjalan gontai menuju lemari makanan.

Oh tidak
Bagaimana bisa lemari sebesar ini tidak ada makanan sama sekali? Rasanya ia ingin mengumpat lagi dan lagi.

Kenapa dirinya hari ini sial sekali sih?

Ia terduduk lemah, ia merasa lelah. Semuanya terasa sulit. Sulit sekali.
Tuhan, bolehkah ia menyusul Mama dan Papa? Tolonglah ia sudah sangat ingin menyerah.

Kembali memeluk lututnya, wanita itu mulai terisak pelan. Ia merutuki nasib hidupnya yang belakangan ini makin memburuk. Tak jarang ia berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Ini bukan pertama kalinya, ia merasa kehilangan hak dan alasan untuk tetap bertahan hidup.

Wanita itu menyeka air mata dan menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Baiklah, setidaknya dia harus bertahan hidup untuk menonton episode akhir drama membosankannya yang akan tayang besok.

Ia beranjak berdiri, mencuci mukanya guna menghapus air mata yang sempurna menghiasi pipinya lantas mengenakan kembali baju hangatnya. Ia memutuskan untuk bergegas menuju toko swalayan yang tak jauh dari rumahnya. Untuk tetap hidup di malam ini, ia harus tetap makan.

****

"Celaa!"

Wanita itu menolehkan kepalanya, mencari keberadaan sang pemilik suara.

"Asclaa!!" 

Ia masih celingukan, menyipitkan matanya guna memastikan asal dari suara yang memanggilnya.

"Astaga, sekecil itukah gue sampe gakeliatan?" rajuk sang pemilik suara seraya menghampiri Ascla yang tengah kebingungan, lantas menepuk bahunya kencang.

Ia menoleh terkejut,

"Eh, Lauraa MY BABY HONEY SAYANGGG!" Ascla melompat kecil, memeluk sang teman dengan cepat.

"Buta lo mata lo, badan gua setinggi harapan bunda masih ga keliatan juga sama lo" ujar Laura sinis seraya menepuk pelan jidat Ascla.

"Ya maap, gua lagi laper sih. Ga fokus" Ascla terkekeh, menepuk kencang bahu Laura, kemudian memeluknya, selayaknya teman yang sudah lama tak bertemu.

"Nah, bagus banget. Lo pasti belom makan kan? Ayo ikut gua sekarang. Pokoknya hari ini kita harus makan-makan, gua lagi seneng banget. Pokoknya kita harus party makan jajan sedunia raya" ajak Laura dengan penuh semangat.

"Dih, napa lu? Dapet uang kaget? " tanya Ascla sambil merenggangkan pelukan mereka, menatap Laura penuh penasaran.

Deretan gigi Laura tampak dari celah bibirnya, alisnya naik turun, terlihat sekali ia sedang sangat bangga dengan dirinya.

"Gua abis dapet rahmat Tuhan" Laura terkikik, sengaja membiarkan Ascla larut dalam penasarannnya sejenak.

"Apaa, apaa? Lo abis dapet rahmat apaa?"

"Rahasia. Ayo makan dulu ah, laper gua"

Ascla menahan lengan Laura dengan kuat. Ia menajamkan pandangan matanya, memandangi mata Laura lekat-lekat.

"Lu balikan ya sama mantan sialan lo itu?"

Sontak terkaget, Laura reflek memukul lengan Ascla, menimbulkan bunyi renyah.

"Ngaco. Amit-amit gua balikan sama tai tokek gitu"

"Ya terus?!"

"Aish pokoknya kabar bahagia gua dah. Lu mending anteng jalan yok kita makan noh di resto itu. Ntar kalo udah duduk, makan, baru gua kasi tau. Lu jangan bawel mulu ah, berisik" tangan kanan Laura berusaha keras melepaskan diri dari cengkraman Ascla.

"IH GAADA YA. Kasi tau gua dulu, Lauraa. Ga tenang gua begini"

"Ada deh"

"Eh kayak bocil lu. Cepet ga, kasitau gua!"

Laura masih enggan berujar. Ia mengangkat kedua bahunya, melengos pergi dari hadapan Ascla begitu saja. 

"LAURAAA NAZEEF" Ascla menggeram, berlari kecil mengejar temannya, lantas menepuk kencang punggung Laura tanpa ampun.

"SAKIT, CELAAAAAA" Ascla menatapnya tanpa dosa, tetap setia menanti berita menyenangkan yang dirahasiakan temannya itu.

Laura mendengus kesal,

"Hasil photoshoot gua hari ini dipuji habis-habisan sama Pak Angga, CEOnya LipsCutie.." Ascla terdiam sejenak, langkahnya terhenti.

"Terus katanya, aku bisa menjadi brand ambassador dari produk lipstick terbaru mere-"

Ascla terpekik riang, memotong ucapan Laura tanpa sadar. Ia berjingkrak riang, merangkulkan tangannya pada bahu Laura.

"Emang lo mantep deh kata gua. Ayu Tingting kalah dibilang"

"Cel, jangankan Ayu Tingting, Lisa Blackpink aja kalah sama gue" ujar Laura mengusung dada. Ia pun menggandeng tangan Ascla dan mengajaknya menuju restoran terkenal yang cukup ramai. Bagi Laura, peristiwa istimewa harus dihargai mahal. Dewasa ini, tertawa saja sulit. Dan fakta bahwa, tidak semua takdir bisa dirasakan menambah tingkat kesulitan itu. Karena nyatanya di dunia ini ia hanya manusia biasa, bukan aktris andal yang selalu berganti peran dan cerita. Apalagi tokoh novel yang bisa berubah kapan saja nasibnya sesuai suasana hati penulisnya.

Malam ini, hidup Ascla ternyata masih mampu memutar reka adegannya. Masih mampu melanjutkan episode kesekian dengan segala fragmen yang tak akan mampu Ascla tebak genre dan alurnya. Yang terpenting baginya sekarang, ia senang. Ia senang mampu menguarkan tawany lagi, walau akhir-akhir ini rasanya sulit sekali. Laura memang selalu pandai membuatnya merasa berhak untuk hidup. Laura selalu berhasil menjadikan Ascla penambul jenaka yang tak ingat waktu. 

Ascla harus bersyukur. Atas segala susahnya hari ini, ternyata ia masih punya Laura.


****

Pittura del DestinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang