2

4.8K 559 23
                                    

Sean bekerja sebagai direktur utama di LS Grup. Perusahaan yang berjalan dalam bidang properti. Sean menjadi pemimpin sekarang karena hanya dia anak laki-laki dalam keluarganya. Sean punya adik perempuan seusia Viana. Namun adiknya tersebut tak tertarik dengan dunia bisnis.

Sean memimpin perusahaan itu sejak usia 25 tahun. Menggantikan posisi ayahnya yang kala itu jatuh sakit dan tak bisa memimpin lagi. Cukup muda bagi Sean yang diberi tanggung jawab besar.

Namun, itu semua tak jadi beban bagi Sean karena selalu ada Verona yang mendukungnya. Memberikan semangat pada Sean.

Sean dan Verona merupakan teman sejak masa SMP. Namun baru menjalin hubungan sejak kuliah. Cukup lama mereka berpacaran hingga akhirnya bertunangan dan menikah. Sean dan Verona memutuskan menikah di usia 24 tahun.

Kehamilan Verona yang sekarang, bukanlah kehamilan pertama. Di usia 25 tahun, Verona sempat hamil namun keguguran karena kandungan lemah. Dua tahun kemudian, Verona hamil lagi dan melahirkan seorang bayi berjenis kelamin perempuan. Sayang, bayi mereka lahir prematur dan tak bisa bertahan lama. Bayi mereka hanya bertahan selama tiga minggu saja. Dan sekarang, adalah kehamilan ketiga Verona. Sean tentu berharap semoga tak ada lagi cobaan kali ini. Dia ingin menggendong bayinya, menjalani kebahagiaan sebagai keluarga kecil dengan istri dan anaknya.

Verona, bagi Sean adalah wanita yang baik. Tak pernah sekali pun Verona meninggikan suara padanya. Saat marah, Verona hanya akan diam. Itu pun tak berlangsung lama.

Sebagian orang ada yang bilang, tanpa anak pun kehidupan Sean dan Verona sangat indah. Orang tua Sean, tak pernah menuntut seorang cucu pada Sean dan Verona. Verona disayangi seperti anak sendiri. Karena itu, hampir tak ada masalah yang menerpa mereka. Ya, karena masalahnya adalah tentang calon anak-anak mereka yang selalu gugur.

Namun, sebenarnya ada hal yang mengganggu Sean selama dia menikah dengan Verona. Hal mengganggu itu bukan dari Verona, tapi dari adik istrinya sendiri.

Sebelum menikah dengan Verona, Sean juga mengenal kedua adik istrinya. Viana dan Vely. Sean berinteraksi dengan mereka sewajarnya, tak berlebihan. Perhatian pada mereka hanya sebatas seorang kakak pada adiknya.

Namun Sean tahu, Viana selalu menanggapi lain. Ya, Viana adalah sosok yang selalu membuat Sean tak nyaman. Berkali-kali adik iparnya tersebut mengirimkan pesan basa-basi tak penting pada Sean. Bukan tak sadar, Sean sangat tahu kalau Viana tak menganggapnya sebagai seorang kakak.

Karena hal itu, Sean membatasi interaksi dengan Viana. Tak akan menyapa maupun menegur. Jika pun ada urusan, maka dia akan meminta Verona untuk menyampaikannya.

Sementara Vely, biasa saja. Sean tak terganggu karena Vely tak pernah menunjukkan sikap aneh dan macam-macam. Vely bersikap wajar kepadanya. Dan Vely juga jarang bicara padanya. Karena mereka memang jarang ada urusan.

Sampai sekarang, Verona tak tahu kalau Viana selalu mengirim pesan pada Sean. Sean pun tak pernah mengatakan apapun pada Verona. Tak mau membuat Verona membenci Viana nantinya. Cukup mengabaikan semua tentang Viana. Begitu menurut Sean.

Ponsel Sean yang berada di atas meja berdering nyaring. Tanpa membaca nama si penelpon, Sean langsung mengangkatnya. Menempelkan ponselnya pada telinga.

"Halo."

"..."

"APA?! Baik aku segera ke sana." Panik terlihat jelas di wajah Sean setelah menerima telepon barusan. Dengan cepat dia pergi dari perusahaannya. Dia harus segera ke rumah sakit.

***

Hesti dan Reza duduk dan saling berpelukan. Menanti dengan penuh rasa khawatir akan putri sulung mereka yang kini berada di ruang operasi. Memanjatkan doa, untuk keselamatan anak dan cucu mereka.

Tak lama, terdengar suara derap langkah yang mendekat. Hesti dan Reza melihat ke arah suara. Rupanya Sean datang bersamaan dengan Vely. Mereka tak sengaja bertemu di gerbang tadi.

"Verona kenapa, Pa?" Sean bertanya. Khawatir akan keadaan istrinya dan calon anaknya.

"Verona terpeleset di kamar mandi Sean," jawab Hesti dengan suara serak menahan tangis. Vely membulatkan mata mendengar itu. Hatinya dipenuhi kecemasan setelah mendengar kabar buruk barusan.

Sean duduk di kursi tunggu dengan wajah di sembunyikan di telapak tangan. Menggeram pelan, merasa tak becus menjadi seorang suami. Lagi-lagi Verona harus mengalami hal seperti ini saat sedang hamil anak mereka.

"Sean, beritahu orang tuamu. Mama belum sempat menghubungi mereka," ujar Hesti. Sean mengangguk lemah. Menghubungi ibunya, dan memberitahukan keadaan Verona sekarang. Suasana tegang menyelimuti mereka. Menunggu hasil dari dokter.

Menit demi menit terlewati hingga akhirnya dokter keluar dari ruangan operasi. Mereka semua langsung berdiri, dan bertanya pada dokter.

"Kami berhasil mengeluarkan bayinya. Namun pendarahan hebat yang dialami pasien membuat keadaan pasien kritis. Sekarang, pasien tak sadarkan diri."

***

Vely berdiri dekat box bayi seraya memandangi wajah damai keponakannya tersebut. Tersenyum kecil melihat begitu indahnya senyum makhluk mungil tersebut.

Bayi perempuan yang dilahirkan Verona tersebut sangat mirip dengan ibunya. Senyumnya, matanya, seluruhnya. Hanya hidungnya saja yang mirip dengan Sean.

Sean memberi nama bayi tersebut Veronica Adiatama. Nama yang mirip dengan sang istri yang masih belum sadarkan diri. Bayi tersebut lahir dengan sehat tanpa ada yang kurang. Sean meminta perawat menempatkan Veronica di ruang rawat Verona. Agar mudah baginya untuk menemani keduanya sekaligus. Masa kritis Verona pun sudah lewat, hingga dia bisa keluar dari ICU dan pindah ke ruangan biasa.

Dalam ruang rawat Verona, hanya ada Sean dan Vely. Vely yang sedang memandangi Veronica, dan Sean yang masih setia menatap wajah istrinya yang terlelap. Orang tua Sean pergi dulu keluar. Sedangkan orang tua Vely, ada di ruang lain. Hesti pingsan saat mendengar kabar buruk dari Verona hingga dia ditempatkan di ruangan lain. Dan tentu saja, Reza menemani istrinya.

Sementara Viana, batang hidungnya pun tak terlihat. Namun, itu tak jadi masalah. Karena Sean tak mengharapkan wanita itu untuk datang.

"Sayang, bangunlah. Anak kita sudah lahir dengan sehat."

Vely mendengar suara Sean yang begitu parau. Mengerti bagaimana kesedihan kakak iparnya tersebut. Setelah penantian bertahun-tahun untuk memiliki seorang anak, akhirnya terwujud sekarang. Namun, kebahagiaan itu tak lengkap karena kondisi Verona sekarang yang tak sadarkan diri.

Vely tak tahu harus melakukan apa. Dia tak pandai menghibur orang. Apalagi selama ini dia jarang berinteraksi dengan Sean. Jadi, hubungan mereka sangat canggung.

Vely hanya bisa berdoa semoga Verona cepat sadar. Agar keinginan memiliki keluarga kecil yang didambakan Verona bisa segera terwujud.

_______________________________________

Double update untuk hari ini.

Jangan lupa vote dan komennya ya. Btw, maaf ya aku gak bisa balas komen kalian satu-satu. Tapi, komenan kalian semua aku baca kok. Karena komenan dari kalian menambah semangatku untuk terus mengetik cerita ini😁

S & VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang