Pohon akasia besar di halaman masjid Al-ikhlas bergerak ringan. Daun daunnya memberikan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto yang beristirahat di bawahnya. Semilirnya sangat membantu mengurangi rasa lelah serta dahaga mereka karena sedang menjalankan puasa ramadhan.
"Kita belum selesaikan tenda bagian belakang. Gue yakin yang datang bakalan banyak." Naruto menghela napasnya. Pemasangan tenda untuk acara pengajian akbar menyambut bulan Ramadhan belum selesai 100%. Masih ada beberapa titik yang perlu dipasang karena ditakutkan akan hujan saat hari H nanti.
"Gue udah suruh Shikamaru selesaiin sisanya," Ujar Sasuke yang merupakan ketua Remas setempat. Ia ditunjuk untuk mengurus segala sesuatu yang berbau properti. Sudah dua hari ia lembur untuk menata lokasi, bersama remaja-remaja lain tentunya.
"Kalian di sini?"
Sosok pria lain datang. Dia adalah Lee, pemuda penuh semangat yang baru saja datang membawa sound system. Wajahnya masih terlihat bugar meski tampak keringat di mana-mana. Di tengah teriknya sinar matahari senyumnya masih merekah tidak tampak lelah sekalipun. Terkadang banyak orang yang meragukan dirinya, apakah dia berpuasa?
"Lo gak puasa kan?" tanya Naruto dengan sorot wajah sinis. Sebenarnya hanya iri saja karena melihat Lee yang tenaganya tidak habis-habis.
"Enak aja," Sahut Lee malas. "Gue rajin puasa asal lo tahu. Bahkan gue kuat buka puasa setelah isya', "
"Goblok!" Umpat Naruto setengah emosi. Kenapa gak sekalian buka pas sahur?. Naruto pun menggelengkan kepalanya gemas. Lee memang yang paling aneh di antara teman-temannya yang lain.
Sasuke sendiri tampak malas melihat kedua temannya. Dia memang sangat anti bicara, apalagi dengan kedua makhluk berisik itu. Sangat tidak cocok dengan citranya yang cuek dan pendiam.
Lee kemudian mensejajarkan kakinya mengikuti garis kaki Sasuke maupun Naruto. Wajahnya sama seperti keduanya. Mereka mendongak, menatap megahnya bangunan masjid yang berdiri di hadapan mereka.
"Sakura kemana ya? Seharian gue belum lihat dia, " Ujar Lee tiba-tiba.
"Haruno Sakura?" Tanya Naruto menekankan.
"Yoi siapa lagi. Hah sial, dapat nomor whatsapp'nya aja susah banget."
"Emang buat apa?" Sasuke seketika masuk ke dalam obrolan. Matanya tampak melirik malas terhadap Lee yang masih memandang bangunan masjid.
"Semua orang gak ada yang punya kontaknya. Padahal dia bendahara Remas. Gue butuh nomor dia buat konfirmasi tentang sewa sound system. Kalau bukan nanya ke dia nanya siapa lagi?"
"Nanya Ino juga bisa kan?" Timpal Naruto.
"Bisa sih. Tapi kan gue ada niat lain, " Kata Lee dengan entengnya.
"Niat apaan?" Tanya Sasuke dengan nada jutek.
"Niat pedekate'lah. Gue denger dia jomblo."
"Kata siapa?" Sahut Sasuke memotong ucapan Lee.
"Kudet lo Sas, semua orang juga tahu kalau Sakura itu jomblo."
Sasuke mendadak berdecih dalam diam.
"Btw. Elo kan ketua Remas. Masa lo gak punya nomor Sakura Sas? Sini bagi ke gue."
"Gak punya!"
....
Ternyata apa yang dikatakan Lee memang benar. Semua remaja pria yang sedang melakukan kerja bakti mengangkat topik yang sama. Mereka membicarakan nomor Sakura yang susah didapatkan. Sosok Haruno Sakura benar-benar seperti anak presiden yang susah untuk didekati.
Memang siapa sih Haruno Sakura itu?
Dia adalah gadis cantik putri pemilik pondok pesantren yang berdiri di belakang masjid. Sosoknya terkenal cerdas dan anggun. Sudah menjadi rahasia umum jika Sakura adalah idaman semua remaja pria di lingkungan masjid itu.
Sasuke terlihat kewalahan. Hampir setiap pria yang ia temui meminta nomor Sakura padanya. Mungkin karena ia adalah ketua Remas. Pastilah semua orang mengira ia memiliki seluruh kontak anggotanya.
"Punya WA Sakura gak Sas? Bagi dong, gue mau nanya tentang sewa tenda," Ujar Shikamaru.
"Gak ada Shik," Jawab Sasuke.
Lain halnya dengan Shimura Sai. Pria itu bersikeras mendapatkan nomor Sakura karena ingin bertanya-tanya tentang bagaimana cara mendaftar di pondok pesantren untuk adiknya yang masih kecil.
"Sorry Sai. Gue gak punya nomernya."
Dan masih banyak pria lain lagi yang mendatanginya demi mendapatkan nomor Sakura. Sasuke benar-benar lelah. Ia merasa seperti pegawai bank yang selalu tahu nomor nasabahnya. Sabar ya Sas.
.....
Setelah sholat ashar, Sasuke masih berdiam diri di masjid. Masih ada beberapa hal yang harus ia diskusikan pada pak Kyai, yaitu Kyai Hatake Kakashi. Bersyukur tak ada lagi yang mengganggunya kali ini. Semua teman-temannya sudah membubarkan diri ke rumah masing-masing. Hanya ada Naruto yang masih terlihat mengobrol dengan pengurus masjid.
"Gimana persiapannya Sas?" Tanya Pak Kakashi.
"Sudah delapan puluh persen Pak. Besok kita selesaikan semuanya. Insya Allah kelar."
"Ah baiklah." Kakashi tersenyum bangga. Tak salah ia memilih Uchiha Sasuke sebagai ketua untuk persiapan pengajian akbar. Anak itu memang pintar dan memiliki jiwa kepemimpinan yang bagus.
Namun tiba-tiba saja Kakashi mengingat sesuatu. Pengisi acara utama dalam pengajian tersebut belum dikonfirmasi. Akan sangat fatal jika dia yang diundang tidak dapat hadir saat hari H.
"Sas, bapak boleh minta tolong?"
"Silahkan Pak."
"Tolong hubungi Sakura. Apa Kyai Hashirama sudah bisa memastikan kedatangannya. Saya dengar Sakura yang undang beliau secara langsung kemarin."
Bibir Sasuke seketika terbuka setengah, "Aaa... Baik Pak. Saya telpon Sakura sekarang, " Ujar Sasuke tanpa ragu.
"Makasih nak Sasuke."
"Sama-sama Pak."
________
Kira-kira berapa dosa Sasuke hari ini???
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasusaku Ramadhan (Kumpulan Oneshoot)
FanfictionHanya berisi cerita ringan SasuSaku tema Ramadhan Karakter dalam cerita hanya meminjam tokoh dari anime Naruto milik Masashi Kishimoto. Disclaimer © Masashi Kishimoto Naruto Fanfiction 2k21