Keputusan

350 40 4
                                    

"Mama gak balik?" tanya Yeji.

"Enggak sayang, mama mau nemenin kamu," sahut Nayeon yang mendapat anggukan senang dari Yeji.

"Kamu istirahat ya, jangan kelamaan main Hp loh," peringat Nayeon pada putrinya.

"Iya maa."

Nayeon tersenyum manis lalu mengecup kening Yeji dan pergi dari kamar Yeji.

Hal pertama yang Yeji lakukan adalah menghubungi Hyunjin namun hasilnya masih nihil, Hyunjin sama sekali tidak dapat dihubungi.

Kemana perginya laki-laki itu? pergi tanpa menjelaskan apapun membuat hati Yeji semakin terluka.

"Hyunjin, lo dimana sih? masa iya, lo balik sama mantan lo dan ninggalin gue gitu aja?" tanya Yeji seraya terkekeh pelan membayangkan hal itu

"Eh, apa itu bisa disebut mantan?" lirih Yeji lalu memeluk kedua lututnya yang dilipat.

Liburan semester masih tersisa sebulan dua minggu lagi, tentu Yeji masih memiliki cukup waktu untuk membuat keputusan.  



---

drrtt

"Hallo," sapa Yeji dengan mata tertutup, ia baru saja bangun tidur.

"Sibuk?" 

Yeji terdiam berusaha mengenali suara penelpon.

"Kenapa?" tanya Yeji.

"Mau jalan bareng?"

"Seungmin?"

"Iya gue seungmin."

"Katanya lo sibuk persiapan ujian ya?"

Seungmin terkekeh pelan, "Jawab pertanyaan gue dulu deh."

"Oh iya hehe... boleh, tapi nanti ya agak sorean."

"Okei, nanti kabarin lagi," ucap Seungmin.

"Iya."

Telpon ditutup, Yeji pun mulai menjalankan rutinitas pagi.


.

Yeji hendak pergi ke taman depan rumahnya untuk menyiram bunga namun saat itu juga Yeji melihat Hyunjin yang berdiam diri di depan gerbang rumah.

"Hyunjin," lirih Yeji yang segera berlari, Hyunjin yang menyadari itu berbalik badan dan pergi menjauh.

"Hyunjin! jangan pergi!" teriak Yeji yang tergesa-gesa membuka gerbang rumah.

Namun yang dipanggil tak acuh dan tetap berjalan menjauh.

Grep

Yeji memeluk tubuh Hyunjin dari belakang, "Hyunjin gue kangen, jangan pergi," pinta Yeji.

"Gue gak kangen lo, lepas sebelum gue paksa ji," ujar Hyunjin yang berusaha melepas tangan Yeji.

"Gak mau!"

"Yeji, gak usah egois!" betak Hyunjin lalu menghempaskan tangan Yeji yang membuatnya empunya kaget.

Hyunjin berbalik badan menatap Yeji, "Udah deh, gak usah kekanak-kanakan."

Jleb

Yeji tidak mengerti, ada apa dengan Hyunjin? harusnya kan dia yang marah bukan Hyunjin, lagi pula bukannya ini kesempatan yang baik untuk Hyunjin menjelaskan semuanya?

"Lo kenapa sih? harusnya kan gue yang marah, bukan lo!" bentak Yeji kesal.

Hyunjin membuat suasana hatinya campur aduk di pagi hari.

"Gue cuma mau bilang satu hal, kita bersikap sewajarnya aja, sama kayak dulu," ucap Hyunjin dengan tatapan kosong.

"Kayak dulu? maksud lo?"

"Dulu, saat gue sama lo cuma teman. Di saat lo yang masih deket sama Seungmin dan gue cuma temen lo, gak lebih."

"Apaan sih jin, lo itu pa-"

"Lebih baik kita tetap gini, tanpa harus memiliki satu sama lain," gumam Hyunjin menatap gadis di depannya.

Yeji hanya diam menatap lurus ke depan.

Hatinya sakit sekali mendengar ucapan Hyunjin, kenapa? ada apa dengan Hyunjin?

"Seharusnya gue gak pernah sesayang ini sama lo, kalau pada akhirnya hanya rasa sakit yang gue terima."

Setelah melontarkan kalimat itu Yeji pergi dari hadapan Hyunjin dan kembali ke dalam rumahnya.

Ia marah sekaligus sedih.


---

Entah sudah keberapa kalinya Yeji menangis di depan Seungmin.

"Gue gak suka liat lo nangis di depan gue, bisa kan, sehari aja lo habisin waktu sama gue dengan senyuman?"

"..."

Seketika Yeji terdiam menatap Seungmin, ini pertama kalinya Seungmin menolak Yeji yang menangis di depannya.

"Kenapa sih, lo selalu nangis karena Hyunjin?" tanya Seungmin.

"Gue ngajak lo jalan bukan untuk sedih kayak gini ji, bisa kan lo jadi Yeji yang ceria kayak dulu untuk hari ini?" 

Yeji terdiam, ia menyadari perilakunya saat ini salah, tak seharusnya ia menangis di depan Seungmin seperti ini.

Segera Yeji menghapus air matanya, "Maaf min, gue-"

"Gue sayang lo," ujar Seungmin seraya memeluk Yeji cukup erat.

"Gue senang banget, lo bisa lewatin masa-masa kritis lo, gue senang bisa kasih pertolongan pertama ke lo, gue senang liat lo sehat hari ini, dan jangan buat gue khawatir terus ji," pinta Seungmin masih memeluk tubuh Yeji.

Yeji terdiam mendengar itu, Seungmin menolongnya? tapi Yeji hanya melihat Hyunjin yang meneteskan air mata saat itu. 

"Min, bisa lepasin gak? gue gak mau kalau tiba-tiba Hyunjin dateng terus liat dan salah paham," pinta Yeji mendorong tubuh Seungmin pelan.

Namun Seungmin tidak peduli, ia masih memeluk Yeji seperti tidak ingin kehilangan gadis itu.

"Min, udah dong, nanti mama dateng gimana? udah ya, gue juga sayang lo sebagai sahabat gue kok dan makasih udah nolongin gue."

Seungmin terkekeh pelan mendengar ucapan Yeji, lalu ia melepas pelukannya.

"Gak usah nangis lagi ya," pinta Seungmin menghapus jejak air mata di pipi Yeji.

"Gak jadi deh kita jalan, diem di rumah aja. Gue temenin lo," ucap Seungmin yakin seraya menatap manik mata Yeji.

Yeji hanya mengangguk pelan menyetujui pernyataan Seungmin.

Sangat nyaman berada di dekat Seungmin seperti ini, Seungmin selalu berhasil membuat Yeji lebih tenang.

Yeji terdiam memandangi langit malam, pikirannya terus berkeliaran, apa yang akan terjadi setelah hari ini?

Apa hubungannya akan kembali renggang atau akan segera berakhir? kemudian sama-sama menerima kenyataan kalau mereka sudah menjadi saudara saat ini.

Apakah Yeji perlu mencari pelarian hatinya agar bisa melupakan Hyunjin?

atau apakah Hyunjin kembali membuka hati untuk Minju dan meninggalkan dirinya? bagi Yeji menyebalkan sekali memikirkan pertanyaan satu ini.



Nana
28 April 2021


Sakit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang