Chapter 03

176 45 19
                                    

Besoknya Hayi langsung mengikuti kemana langkah kaki Jinan pergi--ekhem kecuali toilet. Gadis itu tak merasa malu ketika semua pemujanya memandang Jinan benci, karena menganggap pemuda imut itu merebut Hayi dari Hanbin.

Ketika jam istirahat kedua, Jinan memberanikan diri untuk menatap Hayi dengan pandangan lelah yang begitu ketara. "Lu kalo minta bantuan gua buat ngasih pelajaran ke Hanbin karena udah ngetigain lu, mon maap aja Yi, gua gak bisa! Hanbin sahabat gua. Lu tau itu."

Hayi mengangguk dengan senyum di wajah cantiknya. "Gue diajarin buat gak nyimpen dendam sama orang tua gue Nan..." Alasannya.

"Lah? Terus? Sikap lu yang buntutin gua dari tadi buat apaan? Lu suka sama gua? Maap ya, gua gak nerima bekasan Hanbin."

"Sialan!" Sontak kata itu yang keluar dari bibir mungil milik Hayi. "Gue cuman pengen minta info aja dari lo, apasih tipe ideal Hanbin sampe dia gak cukup cuman setia sama gue? Apa gue masih kurang? Apa gue gak bisa banggain dia?"

Jinan menghela napas sebelum menjawab pertanyaan teman satu klub musik dengannya, "lu gak salah. Jennie sama Yeri juga. Intinya emang Hanbin aja yang belum bisa serius. Gua sebagai sahabatnya, mewakili dia, minta maaf sama lu."

Ekspresi Hayi berubah datar. Bukan permintaan maaf yang gadis itu inginkan saat ini. Apa dan bagaimana sosok gadis idaman pria itu yang harus ia ketahui jika ingin menghancurkan Hanbin berkeping-keping.

"Nan, gue udah maafin Hanbin. Cuman, gue pengen tau aja, kayak gimana sih sosok idaman Hanbin? Sampe dia ngetigain gue, Jennie sama Yeri. Itu pasti ada alasannya dong?"

Jinan terlihat tak nyaman dengan pembahasan ini, dengan malas pemuda itu menjawab, "gua gak bisa bantu lu Yi, sorry. Coba tanya langsung ke Hanbin deh ya..." setelah itu pemuda mungil itu berlalu meninggalkan Hayi yang mengerang frustasi.

.

.

.

"Bu, soto ayam satu ya... nasinya dicampur aja." Pesan Chanwoo pada penjual soto ayam di kantin. Pemuda bongsor itu lalu kembali fokus pada game di ponselnya. Sampai ia tak sadar bahwa makanan miliknya sudah dibayarkan dan kini tengah diambil oleh seseorang.

Saat Chanwoo ingin melihat apakah pesanannya sudah jadi atau belum, ia langsung disuguhkan dengan pemandangan manis dari Yeri yang tengah tersenyum sambil membawa nampan berisi semangkuk soto ayam yang tengah mengepul.

"Nih soto ayamnya, udah gue bayarin juga soalnya dari tadi lo sibuk banget naikin level. Mau makan dimana, Chan?" Basa-basi Yeri dengan ramah.

Chanwoo langsung berlagak kikuk sambil membimbing Yeri duduk disalah satu kursi kosong. "Ehiya berapa tadi soto ayam gua?" Tanya Chanwoo tak enak hati.

Yeri menggeleng pelan, "gak usah. Anggep aja gue traktir."

Alis Chanwoo mengernyit, "lo ultah?"

Yeri menggeleng.

"Nilai ulangan lu bagus?"

Yeri kembali menggeleng.

"Lah terus alesannya lu traktir gua apa? Gua gak suka di traktir cewe kalo gak ada alesannya."

Yeri menggerakan bola matanya keatas sebagai tanda tengah berpikir, "emmm, kalo alasannya supaya gue sama lo bisa temenan, gimana?"

Chanwoo langsung tertawa usai mendengar jawaban Yeri, "hah? Temenan? Sama gua? Hahaha gak salah lu?" Chanwoo melambaikan tangannya agar Yeri mendekat. "Nih gua kasih tau ya, gak ada sejarahnya cewe mau temenan sama sahabatnya cowo yang udah nyakitin dia. Apalagi ini lu Yer, cewe paling jutek satu sekolah!?"

Playboy PensiunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang