Sekarang hari Sabtu. Sekolah diliburkan, tapi semua ekskul diselenggarakan hari ini. Dahyun tengah duduk sendirian di bangku lapangan outdoor sambil menatap pom-pom di tangannya.
Sejak tadi latihan, Lisa selalu saja memarahinya. Alasannya, tidak hafal-hafal koreografi lah, gerakan Dahyun kaku lah, hingga katanya ia muak jika terus melihat wajah Dahyun.
Memang salahnya untuk ikut cheerleader seperti ini? Ia memang sejak awal tidak berminat. Jennie yang punya ide agar ia bergabung demi rencana balas dendam dirinya, Hayi dan Yeri.
Jadi kenapa malah Dahyun yang disudutkan?
Tiba-tiba Dahyun nyaris terlonjak saat ia merasakan dingin di sebelah pipinya. Ia menoleh cepat ke samping, dan mendapati sosok Hanbin yang tengah memamerkan barisan giginya.
"Apaan sih lo?! Dingin tau!!" Kesal Dahyun.
Hanbin tak ambil hati ucapan Dahyun. Ia malah duduk di sebelah gadis itu lalu memberikan sekaleng soda dingin untuknya.
"Makasih." Jawab Dahyun sambil menerima soda kaleng dari Hanbin. Gadis itu kembali menunduk, menatap kakinya yang dibalut sepatu flat hitam.
"Jangan dipikirin. Aku juga sering gak konsen kok kalo latihan." Ujar Hanbin sambil menekan kepala Dahyun pelan.
Dahyun menoleh kearah Hanbin. "Tapi lo kapten Bin, seorang kapten pasti lebih jago dari anggotanya."
Tangan Hanbin yang masih diatas kepala Dahyun, langsung ia turunkan usai melihat betapa frustasi gadisnya pada ekskul yang ia ikuti. "Kenapa masuk cheerleaders?" Tanyanya lembut.
Dahyun menggeleng, "gak ngerti. Jennie yang masukin."
"Kenapa mau aja? Kan kamu bisa nolak, kalo gak mau."
Dahyun memegang erat soda kaleng dalam tangannya. Memang benar yang dikatakan Hanbin padanya. Jika dalam situasi yang berbeda, tentu Dahyun bisa menolak ajakan Jennie. Tapi tidak dengan kondisi saat ini. Ketika ia berutang maaf pada gadis itu.
"Mau aku bilang ke Jennie, kalo kamu mau keluar?" Tawar Hanbin.
Dahyun kembali menoleh kearah Hanbin, "gimana?"
"Iya, mau aku bilang ke Jennie kalo kamu keluar dari Cheers? Toh aku juga sebenernya gak suka sih, kalo kamu diliatin sama cowo-cowo."
Jantung Dahyun kembali bertalu-talu. Namun dengan cepat ia menggelengkan kepalanya, berusaha menolak rasa yang baru saja ia alami. "Gak usah. Makasih" jawabnya.
"Yaudah. Kamu mending ikut aku aja yuk!" Ajak Hanbin. "Daripada sendirian disini."
"Kemana?"
.
.
.
"Oit Day!" Sapa June saat Dahyun dan Hanbin berjalan kearah mereka.
Dahyun membalas sapaan June dengan senyum canggung.
"Dahyun, mau pesen apa? Kita mau gofud makanan sama minuman nih. Laper abis latihan." Seru Yunhyeong ramah.
"Eh-gak usah. Aku gak laper." Balas Dahyun.
Hanbin melirik Dahyun, lalu kembali menatap Yunhyeong, "udah gak usah, Yo. Biar dia nanti makan berdua sama gua aja. Gua juga belom laper banget."
Mata Dahyun membulat. Pipinya memanas saat Hanbin mengatakan kata 'berdua'. Jadi sebelum Yunhyeong lebih jauh darinya, Dahyun berucap, "em Yunhyeong, gue samain aja kayak kalian."
"Ok." Jawab Yunhyeong.
Hanbin memicingkan matanya kearah Dahyun, "gak mau banget kayaknya makan berdua sama aku?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Pensiun
FanfictionBagi Hanbin, dunianya sudah cukup sempurna. Sahabat yang setia, wajah tampan, otak yang masih mampu diajak bekerja keras, hingga kepopuleran namanya di sekolah. Belum lagi deretan nama gadis yang pernah pemuda itu kencani. Namun dunianya berhasil di...