Dahyun mengusap peluh di dahinya. Energinya terkuras, namun ia puas dengan hasilnya. Dalam waktu dua jam, Dahyun sudah hafal hampir seluruh gerakan cheers-nya. Jisoo benar-benar mengajarinya dengan baik meski lewat video rekaman.
"Udah hafal?" Tanya Hanbin yang sejak tadi bertindak sebagai penonton sekaligus juri dadakan.
"Em." Gumam Dahyun sambil mengangguk semangat. "Makasih Hanbin."
Kedua mata pemuda itu tertutup rapat sambil menekan jantungnya. Berpura-pura terlihat kesakitan. Hanbin terlihat berlebihan dalam menanggapi Dahyun. Namun gadis itu tidak marah, ia malah menertawakannya.
"Kenapa? Lo kena serangan jantung tiba-tiba?" Ledek Dahyun.
"Iya nih. Senyumnya cantik banget. Gak kuat jantung gua!." Jawab Hanbin masih berpura-pura sakit pada jantungnya.
Dahyun tertawa lagi. Kali ini lebih keras. Hanbin lalu membuka matanya perlahan dan menatap lega kearah Dahyun.
Bahkan dari samping pun Dahyun tetap terlihat cantik. Bagaimana bisa selama hampir 3 tahun ia bersekolah disana, Hanbin tak mengenali Dahyun?
Senyum terukir tanpa sadar di wajah rupawannya. Sepertinya mulai saat ini, ketika Dahyun tersenyum, Hanbin juga akan ikut tersenyum.
Tidak masalah bukan?
Ia tidak gila kan?
"Kan udah latihan nih, via orang dalem juga lagi yang ngajarin..." ucap Hanbin tiba-tiba. "...udah hafal juga gerakannya. Udah dengerin komentar dari orang ganteng kayak aku. Semisal aku minta bayaran, boleh dong?"
Dahyun terdiam lama. Meragu apakah ia harus mengiyakan permintaan Hanbin atau tidak. Namun meski otaknya sampai pada putusan tidak, hatinya tak mau menerima beban perasaan karena merasa tak tahu budi padahal sudah dibantu. Jadi dengan perlahan Dahyun mengangguk.
"Yes!" Seru Hanbin semangat sambil mengepalkan sebelah tangannya. "Makan mie ayam deket sekolah yuk! Enak loh itu."
Dahyun hanya bisa tersenyum malu-malu dan mengangguk.
.
.
.
Hanbin menerima dua mangkuk pesanan mie ayam pangsit untuknya dan Dahyun. Ia juga langsung bergerak ke lemari pendingin untuk mengambil dua teh botol. "Cobain deh Day, kalo gak enak, uang kembali." Celetuk Hanbin yang berhasil mendapatkan balasan tawa renyah dari Dahyun.
"Kayak lo yang jualan aja!" Jawabnya sebelum memasukan gulungan mie ayam ke mulutnya. Beberapa detik kemudian mata Dahyun membulat. Ia langsung menatap Hanbin dan mengangguk tak percaya. "Beneran loh, ini enak!"
Hanbin tersenyum senang. "Punya aku malah lebih enak."
Dahyun menoleh ke Hanbin dengan mulut yang sibuk mengunyah. "Masa sih? Boleh nyobain gak?"
Hanbin mengangguk lalu Dahyun menggulung mie ayam Hanbin, dan buru-buru memasukan ke mulutnya yang kosong. Ia mengunyah sambil memasang ekspresi berpikir, hingga kemudian ia berucap, "apaan?! Sama aja kayak punya gue."
"Engga. Enakan punya aku. Apalagi makannya sambil liatin kamu."
Blush!
Kedua pipi Dahyun mulai memerah. Tapi gadis itu berusaha menutupinya dengan mendengus kesal lalu kembali menikmati mie ayamnya.
Hanbin berulang kali menggeleng sambil tertawa gemas melihat tingkah Dahyun yang tiba-tiba menjadi pemalu. "Udah dong Day, jangan begitu terus, nanti aku jadi garem loh." Ucapnya sambil menahan senyum.
Dahyun mengerutkan keningnya lalu menatap Hanbin bingung, "garem? Maksudnya?"
"Iya, garem (salt). Kamu kalo gitu terus bikin aku salting, tau."
Dahyun langsung memalingkan wajahnya yang semakin panas dan merah karena Hanbin. Bisa sekali pemuda itu membuatnya memerah berulang kali.
Hanbin tersenyum ketika melihat pipi Dahyun berubah warna menjadi merah muda. Ia membuka mulutnya karena ingin mengatakan sesuatu, namun tertunda karena ada pasangan lain yang bergabung di meja yang sama dengan mereka.
Gadis itu menatap Hanbin tak berkedip ketika kekasihnya sibuk memesan makanan. Dan tentu saja itu membuat Hanbin risih. Jadi, dengan berani Hanbin menggenggam jemari tangan Dahyun yang sejak tadi ada di atas meja, dan mengelusnya lembut.
"Em... Yang? Nanti langsung balik ke sekolah apa gimana?" Tanya Hanbin membuka topik obrolan dengan Dahyun yang sedang menatapnya kesal karena tak suka disentuh tiba-tiba.
Dahyun akan mengomeli Hanbin, tapi tak jadi, karena lelaki itu menggerakkan kedua bola matanya seperti memberi kode pada gadis itu. Dahyun melirik dengan ekor matanya pada gadis disebelahnya, dan kemudian ia tau alasan mengapa tiba-tiba Hanbin memanggilnya dengan sebutan 'Yang'.
Dahyun lalu tersenyum manis kearah Hanbin dan membalas genggaman tangan pemuda itu. "Balik ke sekolah aja, ya? Soalnya kan aku mau latihan cheers lagi. Emang kamu mau kemana?"
"Kemana aja. Asal berdua sama kamu."
"Aku ajak ke neraka gak papa nih?" Ledek Dahyun. Hanbin tertawa ringan lalu mencubit pelan pipi tembam gadis itu.
"Gak papa. Nanti kalo selesai nakalnya, kita tobat dulu, biar ketemu lagi di surga." Ucap Hanbin asal.
Dahyun terkekeh lalu kembali melirik gadis di sebelahnya yang masih menatapi Hanbin tanpa malu. Dahyun tau bagaimana tak enaknya di posisi Hanbin saat ini. Karena ia juga merasakannya beberapa hari ke belakang.
Diperhatikan oleh orang asing ternyata tidak seenak itu.
Jadi dengan keinginan yang kuat untuk membantu Hanbin, Dahyun menarik tangan Hanbin agar mendekat kearahnya lalu tersenyum. "Kamu kurang tidur ya, Yang?" Tanyanya sambil merapikan rambut Hanbin yang mulai lepek karena keringat.
Untuk beberapa sekon, Hanbin rasanya sudah melayang dari bumi. Coba kalian bayangkan, ditatap Dahyun sedekat itu, belum lagi diberikan senyuman manis yang jarang bisa Hanbin lihat, dan rasanya kurang cukup dari itu, Dahyun juga menyematkan kata 'Yang' untuknya!
Ohya, jangan lupakan sentuhan lembut gadis itu pada rambutnya!
Jantung Hanbin bertalu, namun ia masih terlihat santai. Tentu saja bukan Hanbin namanya jika dihadapan gadis ia akan bersikap salah tingkah.
Jadi, demi menyempurnakan sandiwara mereka hari ini, Hanbin menjawab pertanyaan Dahyun dengan senyuman manis, lalu mengelus kembali permukaan tangan Dahyun yang putih. "Iya, soalnya dari kemaren sibuk rapat strategi sama anak basket yang lain. Belum lagi ngerjain tugas dan antek-anteknya. 'Dah lah, mau jadi mahasiswa aja!"
"Emang kalo jadi mahasiswa, gak ada tugas gitu?" Tanya Dahyun sambil menahan senyum.
"Ya ada sih... cuman kan dateline gak kayak tugas sekolah. Udah gitu..." ucapan Hanbin terjeda.
Dahyun mengerutkan alisnya, "udah gitu, apa? Kok gak dilanjutin omongannya? Udah gitu cewenya cantik-cantik, maksudnya?"
Hanbin terkekeh lalu kembali mencubit pelan pipi Dahyun, "bukanlah, Yang! Kamu yang paling cantik pokoknya!! Maksudnya tuh, 'udah gitu', kalo males masuk kelas, bisa bolos... gak ngaruh sama absensi asalkan gak kurang dari batas kehadiran."
Dahyun ikut tertawa usai melihat Hanbin tertawa setelah menyelesaikan kalimatnya. Dan ketika Dahyun tak sengaja menoleh ke samping, gadis yang sejak tadi memperhatikan Hanbin juga sudah berhenti dan fokus dengan makanannya.
Sepertinya rencana mereka berhasil.
Tapi, kenapa kedua tangan itu masih berpaut?
Tobecontinued...
MAKASIH UDAH MAMPIR, VOTE DAN COMMENT✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Pensiun
FanfictionBagi Hanbin, dunianya sudah cukup sempurna. Sahabat yang setia, wajah tampan, otak yang masih mampu diajak bekerja keras, hingga kepopuleran namanya di sekolah. Belum lagi deretan nama gadis yang pernah pemuda itu kencani. Namun dunianya berhasil di...