Dahyun berdiri sambil mengetukkan sepatunya ke tanah. Ia sedang menunggu Hanbin yang tengah mengambil motornya di parkiran.
Setelah bel pulang berbunyi, Hanbin bersikukuh meminta Dahyun untuk ia antar pulang. Dan karena Dahyun tak memiliki energi untuk berdebat dengan pemuda itu, jadilah ia menyetujuinya.
Sebuah mobil Jazz biru tiba-tiba berhenti di dekat Dahyun. Tak lama, keluarlah empat siswi dengan seragam sekolah lain dan berjalan menghampiri Dahyun.
"Lo Dahyun, kan?!" Tanya salah satu siswi yang tengah mengunyah permen karet.
Dahyun mengangguk kikuk.
"Ooohh... jadi lo orangnya..." ucap satu siswi lain sambil berjalan mengitari Dahyun. Memandangi penampilan Dahyun dari atas hingga bawah.
"K-kalian, siapa ya?" Tanya Dahyun takut-takut. "Ada perlu apa sama ak-gue?"
Siswi yang tengah mengunyah permen karet itu tertawa. Ia membuang sisa permen karet yang mulai terasa pahit sembarangan. Lalu memegang dagu Dahyun keras, "lo jangan kecentilan sama cowo gue!"
"Cowo lo? Siapa? Gue gak pernah kecentilan sama siapapun."
"Hanbin. Kapten basket sekolah lo. Jangan lo pikir, karena Hanbin baik sama lo, itu berarti dia suka lo!" Ucap siswi itu sekali lagi.
Dahyun berusaha melepas tangan gadis itu di dagunya. Tapi karena ia tengah menahan nyeri di perut, ia tak punya tenaga lagi. "Sumpah, gue gak pernah kecentilan ke Hanbin. Dia nya aja yang kegatelan! Gak punya komitmen!"
Yerin mendesis kesal, "perek lo!!" Umpatnya. Ia juga mengangkat sebelah tangannya untuk menampar pipi Dahyun. Namun tangannya ditahan oleh seseorang.
"J-Jinan?!" Pekik siswi lain yang tadi berdiri angkuh disamping Yerin.
"Ngapain lu? mau nampar Dahyun?" Tanya Jinan dingin.
"Dia kecentilan ke Hanbin, Nan!" Ucap Yerin berusah mendapat pembelaan.
"Siapa yang kecentilan ke gua??" Sahut Hanbin dari ujung jalan.
Jinan menyeringai lalu melepas tangan Yerin. Ia berbalik dan menarik Dahyun untuk ikut berdiri di belakang Hanbin dengan teman-temannya yang lain.
"Lu tadi diapain aja sama dia, Day?" Tanya Bobby saat Dahyun dan Jinan baru saja bergabung dengan mereka.
Dahyun menggeleng. Ia tak mau menceritakan apa saja yang ia alami sebelum dibantu Jinan. Rasanya itu bukan urusan Dahyun.
Jinan menatap Dahyun lalu menghela napas panjang, "tadi dagunya di cengkram Yerin, terus udah mau digampar. Untung gua gercep."
"Sikat, Bin!" Ujar Bobby sambil menepuk bahu Hanbin dari belakang setelah mendengar penjelasan dari Jinan.
Hanbin mengetatkan rahangnya. Tidak ada yang boleh menyentuh gadis incarannya selain dia. Itu prinsip hidup Hanbin. Pria atau wanita, mereka akan mendapatkan balasannya, Hanbin janji itu.
"Lu ngapain dateng kesini?" Tanya Hanbin yang kini menghampiri Yerin dan teman-temannya.
"Aku mau ketemu sama kamu, sayang." Jawab Yerin. Terlihat sekali wajahnya panik saat ditatap Hanbin tajam. "Kamu udah gak bales chat aku, terus aku denger, kamu sibuk sama si jalang itu!" Lanjutnya yang menatap Dahyun dengan tatapan benci.
"Jalang?" Ulang Hanbin. Pemuda berhidung mancung itu tertawa pelan. "Berani banget lu ngatain cewe gua jalang??"
Yerin menatap Hanbin tak percaya, "cewe kamu? Kamu pacaran sama dia?? Kamu selingkuhin akuu???"
Hanbin menggaruk pelipis atasnya, "yaa belom gua tembak sih..." jawabnya santai. "Tapi bentar lagi juga statusnya berubah jadi cewe gua."
Amarah Yerin naik ke ubun-ubun. Ia berjalan kearah Dahyun lalu menarik lengan putih itu kasar. "Emang jalang ya lo anjing! Lo ganggu hubungan gue sama Hanbin!! Mati aja lo!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Pensiun
FanfictionBagi Hanbin, dunianya sudah cukup sempurna. Sahabat yang setia, wajah tampan, otak yang masih mampu diajak bekerja keras, hingga kepopuleran namanya di sekolah. Belum lagi deretan nama gadis yang pernah pemuda itu kencani. Namun dunianya berhasil di...