💧02

22.6K 1.6K 57
                                    

"Heran deh gue ama bu Alien, kan dia yang nyuruh kita cabutin ubannya pak Bagas, tapi akhir-akhirnya kita kena tampol juga sama dia." ocehan Dama membuat dua orang lainnya kompak menoleh padanya. Crasa mengangguk menyetujui, tangannya terulur untuk mengelus kepalanya yang di tampol menggunakan penggaris milik guru tersebut tadi.

Lalu tatapannya jatuh pada Zion di mana baru saja menghabiskan sebatang rokok miliknya. Saat ini ketiganya berada di halaman belakang sekolah, jadinya mereka tak perlu khawatir akan di ciduk oleh guru.

"Makin kesini hukuman yang bu Alien kasih makin aneh." ucap Crasa membuat Zion dan Dama mau tak mau mengangguk.

Masih teringat jelas di benak mereka saat ada seorang murid melanggar peraturan, bukannya memberikan hukuman layak pada umumnya, murid tersebut justru di suruh cari 50 kecebong di pekarangan air, mana yang sudah berkaki lagi. Dikira ini kecebongnya Upin Ipin.

Tanpa sadar Zion terkekeh, hingga kedua temannya memandangnya aneh.

"Kembali dari ruang kepala sekolah, otak lo jadi miring kayak Dama."

Dama yang merasa tak terima dinistakan langsung menendang bokong pria itu menyebabkannya jatuh dari bangku.

Mengabaikan tangisan Crasa, Dama beralih pada Zion.

"Kita kan masih punya tugas dari kepala sekolah. Lagian lo sih Zi, ngapain coba nyuruh kita tadi cukur rambutnya? mana cuman sebagian lagi." gerutunya di balas delikkan dari Zion, padahal diantara ketiganya Dama lah yang paling semangat.

"Ya udah kita jalanin aja." katanya membuat mata Crasa dan Dama melotot.

"Gimana caranya? Ya kali kita sambungin lagi rambut-rambut pak Bagas." omel Dama, seharusnya mereka tak mengikuti ajaran sesat dari Zion. Selalu saja ada hal terjadi bila mengikuti perkataannya dan anehnya mereka nggak kapok-kapok.

"Kalo gitu Kita mempunyai dua pilihan. Abaikan perkataan pak Bagas atau kita tebas." ujarnya kalem, dimana kata 'tebas' langsung membuat ke dua pria itu melotot ngeri.

"Tebas apa maksud lo?"

"Rambutnya lah, masa kepalanya," jawab Zion sekenanya."Lagian sok-sokan nurut, biasanya cuman di lewati doang." lanjutnya sambil menselonjorkan kakinya pada bangku panjang.

Dama nyengir tidak jelas. "Kata guru-guru, tinta mereka cepat habis karena nama-nama kita. Lo gak kasian apa." elaknya.

"Lagian lo mau kita gak lulus lagi? Udah dua kali lho." Crasa menambahkan sembari itu menghapus sisa airmatanya.

Ketiganya sama-sama bungkam, selain mendapat julukan Trio Zet, mereka juga mendapat julukan lain. Yakni Trio Usang.

Entah siapa yang telah memberi julukan-julukan aneh tersebut.

"Gue pengin tahun ini kita lulus." tutur Crasa dengan nada dibuat sedih. Lelaki itu memandang kedua kawannya dan seketika itu pula ia mendengus. Lihatlah, di saat kondisi apapun mereka malah tidak menganggapnya serius. Namun pada akhirnya Crasa mengikuti apa yang dilakukan kedua kawannya itu, siapa kira-kira yang sudah menjadi korban intipan mata-mata mereka.

Dan sekarang yang mereka lakukan adalah mengintip seorang siswa di mana tampak sedang memperbaiki pembalut yang diyakini mereka, miring.

"Warna hitam." bisik Dama pada kedua temannya yang langsung dibalas anggukan. Dari tempatnya, mereka kompak mengalihkan wajah begitu melihat siswi tersebut mempunyai tompel berukuran sedang di sebelah kanan belahan pantatnya.

Ketiganya kompak bersembunyi dibalik tembok saat siswi tersebut menoleh ke arah mereka sambil cekikikan. Dama menggigit bibir dalamnya untuk menahan tawa, apakah perbuatan mereka ini termaksud pelecehan? Bisa diakui bahwa nyali siswi itu lumayan besar untuk memperbaikinya di tempat seperti ini.

Zion(e)+aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang