Dentingan dari sendok dan piring terdengar bersahutan ramai di ruangan itu. Ruangan megah dengan meja panjang, kursi-kursi yang terjejer rapih, lampu-lampu temaram yang tergantung cantik ditengah-tengah ruangan, hiasan bunga serta guci-guci mahal yang berjejer indah disetiap sisi ruangan, beserta makanan yang tertata apik di atas meja.
Sebuah keluarga tengah menyantap sarapannya masing-masing. Tidak ada candaan atau sepatah katapun yang terdengar diantara mereka. Semua terdiam dan hanya fokus dengan makanan yang ada di depan mereka.
Hingga salah satu dari mereka meletakkan sendoknya lalu bangkit "aku selesai" Ucapnya seraya berjalan meninggalkan ruang makan dengan tanpa ekspresi
"Yoon! Tunggu!" Perintah pria paruh baya yang duduk dikursi paling ujung.
Pria yang di panggil Yoon tadi menghentikan langkahnya, ia berbalik, wajahnya muram. Sepertinya ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
"Waktumu hanya tersisa tiga hari"
Pria Yoon berdecih, lalu kembali melangkah tanpa permisi.
"Yak! Min yoongi! Aku sedang berbicara padamu!"
Yoongi terus melangkah ke kamarnya tanpa memperdulikan teriakan dari pria paruh baya yang berstatus ayahnya. Ia masuk, lalu menjatuhkan dirinya di atas kasur empuk yang tertutup sprei berwarna abu-abu.
Ia menggeram, memukuli kasur yang tak bersalah. Lalu kembali terduduk dan mengacak rambutnya frustasi.
"Argh! Aku muak!" Teriaknya.Tok. Tok. Tok
"Yoon? Buka pintunya!, ini eomma"
Yoongi berdiri, melangkah gontai menuju pintu kamarnya lalu membukanya. Ekspresinya tetap sama, datar dan muram. Entahlah, sepertinya hanya itu ekspresi yang ia punya.
Ia menatap wanita di depannya tanpa bicara. Hanya tatapan matanya yang mewakili semua pertanyaan yang ingin ia keluarkan.
"Apa kau tidak bekerja?"
"Aku masuk siang"
"Eum, eomma punya kenalan, kenalan eomma punya anak perempuan cantik sekali, apa kau mau eomma kenalkan padanya?"
Yoongi mendengus "kalian sama saja!" Kemudian ia kembali masuk, mengambil jas yang tergantung dilemarinya dan meninggalkan wanita yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya.
"Yoon dengarkan eomma dulu! Eomma dan appa menyayangimu, kami mau kau bahagia. Kau sudah dewasa Yoon! Ayolah, kau tidak akan selamanya muda, kau butuh seorang pewaris, Min Yoongi!"
Yoongi terus berjalan, melangkahkan kakinya keluar dari rumah megah itu, mengabaikan wanita yang terus berbicara dan mengekorinya.
"Yoongi! Waktu yang appa-mu berikan hanya tinggal tiga hari lagi. Apa kau mau dinikahkan tanpa perkenalan oleh appa-mu, hah?"
"Stop eomma! Berhenti membahas soal itu! Aku muak, sungguh!" Ia masuk ke mobil, lalu melesat cepat meninggalkan rumahnya.
Yoongi, pria tampan dan kaya. Walaupun kepribadiannya terbilang kaku, dingin, kasar dan menyebalkan, tapi banyak wanita yang ingin mendapatkan dirinya. Bahkan tak sedikit wanita yang mengorbankan harga dirinya dengan secara terang-terangan menyatakan cintanya pada Yoongi, yang tentu saja dengan angkuhnya Yoongi menolak mereka semua. Yoongi memang sudah tidak tertarik dengan semua yang berkaitan dengan cinta, bahkan ia ragu kalau cinta benar-benar ada. Pasalnya, kejadian di masa lalu selalu berputar di kepalanya, tak mau hilang hingga membuatnya trauma.
Dulu. Yoongi pernah sangat-sangat mencintai seorang gadis. Mereka berpacaran selama satu tahun, hingga suatu hari, ia mendapati kekasihnya tengah berkencan dengan pria lain di belakangnya. Ia marah, hatinya hancur, hari itu juga ia memutuskan untuk tidak lagi percaya pada adanya cinta.
Semenjak hari itu, ia menarik dirinya dari perempuan. Ia tak mau lagi merasakan sakit hati yang sama. Dan semenjak hari itu juga, ia tak pernah lagi merasakan jatuh cinta, bahkan hingga sekarang. Hatinya sudah membeku dan mati termakan waktu.
................................................
Di tempat lain, Tuan Min akan menyebrang dengan berjalan kaki di jalanan padat kota Seoul, menuju coffeeshop yang tepat berada di seberang kantor perusahaannya. Ia mengedarkan pandangannya lalu mulai melangkah saat lampu untuk pejalan kaki menyala hijau. Ia mengutak-atik ponselnya yang sedari tadi terus bergetar, hingga tak menyadari ada pengendara ugal-ugalan yang membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Tin! Tin!
"Tuan awas!" Teriak seorang wanita sebelum akhirnya berlari dan mendorong Tuan Min ke pinggir jalan
Prak! Krek! Ponsel yang semula digenggam Tuan Min jatuh, dan hancur tergilas roda mobil.
Sang wanita langsung berdiri, membersihkan pakaiannya yang kotor karena terjatuh tadi. Ia memegangi lengan kirinya yang sedikit tergores mengeluarkan darah. Kemudian membantu Tuan Min berdiri.
"Tuan tidak apa-apa?" Tanyanya khawatir
"Aku tidak apa-apa. Terimakasih banyak Nona. Ya ampun, lenganmu berdarah, ayo kita kerumah sakit sekarang" Tuan Min menarik tangan sang wanita pelan
"Aku tidak apa-apa Tuan, hanya tergores sedikit. Tapi sayang sekali aku tidak sempat menyelamatkan ponsel Tuan"
Tuan Min menggeleng ribut "astaga, biarkan saja. Aku punya ponsel lain"
"Tuan benar tidak apa?" Tanyanya dan hanya di balas anggukan oleh Tuan Min.
Tuan Min menatap sang wanita sangat detail dari atas sampai bawah, menganalisis sang wanita dengan hati-hati, ia tak mau wanita di depannya merasa tak nyaman karena dirinya.
"Eum, siapa namamu?"
Sang wanita tersenyum "aku Yoora"
Tuan Min mengangguk "kau mau melamar pekerjaan? Sudah dapat?"
Wanita yang mengaku bernama Yoora itu mengernyit bingung, darimana Tuan Min tau, batinnya. lalu ia teringat dengan dokumen yang menyembul dari tas kecilnya. Lantas ia tertawa
"Belum Tuan, tidak ada yang menerima wanita lulusan SMA sepertiku di Seoul, haha""Kau tidak sedang buru-buru kan?"
"Tidak. Kenapa Tuan?"
"Kita bicara di sana saja, kau tak keberatan kan?" Ia menunjuk coffeeshop yang ada di depannya. Kemudian Yoora mengangguk dan mengekori Tuan Min.
Mereka duduk di jajaran kursi yang ada didalam situ seraya memesan minuman.
"Kenapa kau tidak melanjutkan sekolahmu Nona?" Tanya Tuan Min membuka obrolan
Yoora menatap Tuan Min lalu tersenyum "Aku tinggal sendirian, Tuan. Nenek-ku meninggal saat aku baru lulus SMA. Kerja part time tidak cukup untuk biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari ku"
Tuan Min memanggut-manggutkan kepalanya. Terbersit fikiran untuk menjadikan sang wanita pekerja di rumahnya, lebih tepatnya seorang wanita yang akan ia lihat kesehariannya terlebih dahulu dalam menghadapi putranya Yoongi, sebelum ia mengambil keputusan lebih jauh dari itu. Kalau dilihat-lihat wanita di depannya ini cantik juga, dia juga terlihat sangat baik, fikirnya.
"Kau mau bekerja sebagai apa memangnya?"
"Apapun. Aku mau bekerja apapun asalkan aku tidak disuruh melakukan tindakan kriminal dan melanggar norma"
"Mau bekerja dirumahku?" Tawar Tuan Min. Entahlah, sepertinya ia sangat yakin dengan wanita yang bahkan baru ditemuinya ini.
"K-kau serius Tuan?" Tuan Min mengangguk mantap.
"Besok kau datang ke alamat ini. Aku tunggu!" Ucapnya seraya memberikan kartu namanya pada Yoora
Tbc..
Lagi gada ide wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're only my maid || MYG
Fanfiction"Coba kau fikir Nona! Apakah sah jika pernikahan digelar dengan paksaan?. Apakah sebuah pernikahan bisa sah jika mempelai pria tidak bersungguh-sungguh dan hanya bermain-main saat mengucapkan janji suci? Jika tidak, berarti aku bukan suamimu!" ⚠disa...