aku tinggal di desa bersama anak disabilitas

2 0 0
                                    

1

aku tinggal di desa, yang penuh dengan manusia bermulut kurang ajar, sibuk berkomentar pada anak dengan disabilitas mental.

aku seorang janda sebatang kara, yang ibu bapaknya telah menjadi mayat bertahun-tahun silam, yang mantan suaminya tinggal di jakarta sana, dan seorang pemabuk parah. ia beranjak, meninggalkanku dengan seorang anak berpenyakitan.

2

kupegang Tia, anak berumur duabelas yang dungu parah. kami akan pergi ke kota, menghampiri ayahnya untuk meminta sebutir nafkah.

kudandani Tia dengan pakaian cantik, setidaknya walau mentalnya sakit, penampilannya tetap terlihat rapi. insan penggosip menanyai kami berbasa-basi, dengan mata yang menatap hina satu-satunya putri.

kubilang, akan mengunjungi mantan pasangan, supaya Tia dapat menemui ayahnya. mereka mendesah, mencoba tersenyum hangat dan menyimpan sebentar keinginannya untuk menjadikanku sebagai bahan omongan.

kutinggalkan mereka.

3

aku kembali ke desa tiga hari kemudian.

penggosip itu masih ditempatnya, seakan mereka tidak meninggalkan tempatnya karena hati yang berat. mata itu memperhatikan, mencari keberadaan anak dara yang entah kemana perginya.

mereka bertanya, kemana perginya si anak perempuan?

kujawab, ia pergi bertemu bapaknya.

dusta.

pergi bertemu bapaknya adalah dusta.

nyatanya, Tia kutinggalkan di pinggir jalan pusat kota Malang, tanpa segaris pengetahuan, atau bekal makanan mau pun seperak uang.

aku tak kuat bertatap muka dengan kenyataan.

aku di tengah larutnya malamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang