Daniel menoleh. Aku berjinjit agar bisa mengintip dari celah bahunya.
Seorang pria berdiri tegak di belakang Daniel. Memperhatikan kami berdua tanpa ekspresi. Aku segera mendorong Daniel menjauh. Aku pun menggeser tubuhku. Menjaga jarak dengan Daniel.
Apa orang itu melihat semua yang kami lakukan? Sepertinya iya.
Aku tidak tahu siapa dia. Ini pertama kali aku melihatnya. Tapi sepertinya dia juga bukan orang asing atau seorang tamu karena bisa masuk begitu saja tanpa membunyikan bel rumah terlebih dahulu.
"James?"
Aku memperhatikan Daniel yang juga tampak terkejut dengan kedatangan pria itu.
"Kenapa kau disini?" Daniel masih bertanya-tanya pada pria bernama James itu.
James sepertinya sepantar Daniel. Berusia menjelang 30an. Badannya sedikit berisi. Memakai setelan jas rapi berwarna hitam. Parasnya tidak bule seperti Daniel. Dia sepertinya orang asli Indonesia.
"Ternyata hal ini yang membuatmu terus menunda kepulangan ke Australia?" James balik bertanya.
Daniel memasukkan tangannya ke saku celana. Dia tampak tenang saat James menyinggung 'Hal ini' yang pasti merujuk pada kegiatan kami yang tidak sengaja James lihat barusan.
Berbeda denganku. Aku langsung kikuk dan memilih untuk melanjutkan kegiatanku membereskan meja dapur dari sisa-sisa sampah masakan. Lebih baik aku diam saja.
Kami bertiga menoleh serempak ke arah pintu tempat ruang cuci yang terbuka. Ibu masuk ke dalam. Satu tangannya menyeret koper besar yang sudah bisa kutebak isinya adalah pakaian.
"Tuan James?" Ibu terlihat sumringah.
Aku membulatkan mata. Ibu juga mengenal orang itu? Aku terus memperhatikan Ibu yang berjalan mendekati James. Mereka tampak akrab dan berbincang sebentar kemudian Ibu melirik ke arahku.
"Ganti baju dulu sana." suruh Ibu.
"Hm." Aku mengambil koper yang tadi Ibu letakkan dekat pintu.
"Dia...?" James heran melihat interaksiku dengan Ibu.
"Oh dia anak perempuanku." jawab Ibu.
Aku bisa melihat James melirik Daniel dengan tatapan yang penuh arti. Entah kenapa jantungku berdegup kencang. Akankah ia mengatakan sesuatu pada Ibu?
Aku mencengkram gagang koper erat-erat. Menunggu siapa yang akan berbicara selanjutnya. Keheningan sepersekian detik begitu menegangkan.
"Kita berbicara di kamarku, James." Akhirnya Daniel lah yang memecah keheningan. Ia menghilang menaiki tangga. Diikuti James yang melirikku sebentar kemudian berpamitan pada Ibu.
****
"Ibu kenal orang itu. Siapa namanya? James?" tanyaku, setelah kembali ke dapur sehabis berganti baju.
"Ya, Tuan James. Dia anak teman Ayahmu dulu. Berkat bantuannya juga Ibu mendapatkan pekerjaan disini."
"Oh." Aku manggut-manggut. "Lalu dia siapa Pak Daniel?"
"Asisten." jawab Ibu singkat.
"Tuan James asisten Pak Daniel, tapi kenapa Mita baru lihat dia sekarang."
"Ibu nggak tahu. Mungkin Tuan James sibuk kerja. Udah sini bantuin Ibu nyusun piring di meja makan buat makan siang."
Sambil meletakkan piring di meja makan aku sedikit berpikir.
Daniel mempunyai seorang asisten? Apakah pekerjaannya bukan hanya seorang guru? Apa pekerjaannya yang lain di luar sana?
Entahlah. Banyak yang aku tidak tahu tentang dirinya, selain nama dan tempat tinggalnya saat ini, juga pekerjaannya yang sekarang terlihat di mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Excite 17 [SELESAI]
RomansaAku hanya gadis belia, yang masih mencari jati diri. Yang luluh saat dia memberikanku kenyamanan. Namun, aku tidak tahu ini cinta atau bukan, kami tidak pernah mengatakan saling mencintai. Mungkin hanya sebuah ego, karena di antara kami hanya ada...