TUJUH

124 14 4
                                    

"What is important is always invisible."

-Antoine de Saint-Exupery, The Little Prince

Xu Ping tidak pergi ke sekolah.

Pertama dia pulang ke rumah. Dia berdiri di pintu masuk setelah dia membukanya. Untuk beberapa alasan, dia ketakutan dan lututnya lemas.

Hanya setelah diam-diam menghibur dirinya sendiri dia melangkah masuk.

Timba merah tidak ada dibawah meja. Xu Zheng selalu meletakkan mainan kesukaannya disana, tetapi hari ini itu tidak berada dimanapun diruangan itu.

Xu Ping berdiri di tepat ditengah ruang tamu. Setiap pintu di rumah ini terbuka lebar. Jendela di kamar anak itu terbuka dan korden berwarna krem muda berkibas kencang karena angin merangsek masuk melalui celah.

Sudah jelas sekali bahwa adiknya tidak dirumah tetapi dia tetap memanggil, "Xiao-Zheng!"

Tidak ada jawaban.

Dia terdiam disana beberapa saat dan kemudia pergi ke dapur. Dia mengambil gelas dari lemari, mengisi penuh gelasnya dan meminum semuanya.

Dia benar-benar haus.

Dia menuang air lagi. Masih setengah gelas, dia merasa mual dan mulai muntah kering di wastafel, tapi tidak ada yang keluar.

Dia mengabaikan sisa airnya dan mengembalikan gelas setelah dicuci.

Benar-benari sunyi.

Xu Zheng tidak pernah suka berbicara tetapi akan membuat berbagai macam keributan. Dia kaku dan sering menabrak meja, membuat benturan yang keras, tetapi tidak pernah Xu Ping dengar dia mengaduh.

Xu Ping harus memeriksa dia setiap saat dan sambil mengerjakan pr-nya di kamar. Awalnya, dia akan meletakkan pensilnya dan pergi melihat. Kemudian, dia hanya memanggil nama adiknya dari kursi dan Xu Zheng akan datang ke kamarnya diam-diam. Mau tidak mau jika Xu Zheng sedang melakukan sesuatu atau dia telah memanggil beberapa kali, dia akan segera muncul ketika kakaknya memanggil namanya, seperti anjing yang merespon perintah pemiliknya.

Terkadang ketika Xu Ping dibuli di sekolah, dia terus memanggil nama Xu Zheng agar merasa lebih baik. Segera setelah Xu Zheng muncul, dia akan menyuruhnya untuk pergi lagi. Bahkan setelah Xu Zheng mondar-mandir berlalu antara ruang tamu dan kamar sampai keningnya dibasahi oleh keringat, dia tetap berlaku baik, tanpa protes, seperti orang dungu, anjing yang setia.

Dan juga karena anjing dungu ini yang melemparkan kekesalannya pada Xu Ping karena terlambat.

Xu Ping harus mengakui kalau dia tidak tahu apa yang ada didalam kepala Xu Zheng.

Dia selalu berpikir kalau adiknya seorang idiot yang lamban bereaksi dan sedikit berekspresi. Oleh karena itu, dia tidak pernah mempertimbangkan kata-kata dan tindakannya sendiri sebelum melakukannya. Dia tidak hanya memukulinya tapi juga bilang padanya untuk mati.

Mungkin pada kenyataannya, dia adalah kakak brengsek yang membuli Xu Zheng selama ini.

Matanya merah hampir meneteskan air mata, Xu Ping menampar wajahnya sendiri.

Dia akan mencarinya. Dia pergi mencari Xu Zheng dan membawanya ke rumah. Dia akan meminta maaf padanya dengan baik.

Meski Xu Zheng sorang idiot, dia adalah adik tersayangnya, dan satu-satunya.

Dia mengambil kuncinya dan mengunci pintu ketika keluar.

Matahari itu putih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BROTHER Translate Indonesia (Novel CHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang