1

5.3K 405 46
                                    

"Hinata?" Naruto mengangkat alisnya saat melangkah masuk ke ruang Hokage dan mendapati gadis itu telah berada di sana.

"Naruto-kun?" Hinata ikut terkejut saat mendapati pria itu melangkah masuk. Bukankah dia baru kembali dari misi semalam?

"Ehm, tak perlu saling terkejut begitu. Seperti tak pernah bertemu saja." Kakashi menopang dagu di atas meja kerjanya sambil menatap jengah pada dua muda-mudi lugu dihadapannya.

"Apa kami akan menjalani misi bersama?" Tanya Naruto tanpa basa-basi karena suasana hatinya sedang tak begitu baik hari ini. Bagaimana tidak, pukul tujuh tadi jendela kamarnya di ketuk dengan brutal oleh orang suruhan Kakashi yang membangunkannya dan mengatakan ada misi penting yang harus dijalani. Hey, padahal ia baru saja kembali dari misi semalam. Tak bisakah ia beristirahat sehari saja?

"Kau mendadak jenius setelah menjalani misi bersama Shikamaru selama dua minggu penuh." Puji Kakashi dengan raut terpukau.

"Kau ingin memujiku atau menjatuhkanku?" Pria bersurai pirang itu memicingkan matanya sambil bersedekap.

"Terserah padamu, ingin menganggapnya apa." Kakashi tak memiliki energi yang cukup untuk meladeni kegilaan Naruto pagi ini, karena semalaman dirinya begitu sibuk mengurus evakuasi bencana di salah satu pemukiman yang berlokasi di dekat perbatasan desa.

"Jadi apa misi yang harus kami jalani?" Hinata yang sejak tadi diam, akhirnya buka suara.

Kakashi membuka selembar peta berukuran cukup besar di atas meja kerjanya dan meminta dua shinobi muda itu mendekat. "Semalam, tanggul air di perbatasan jebol dan membanjiri pemukiman di area ini." Kakashi mengarahkan telunjuknya di titik merah pada peta terbuka tersebut.

"Ah, aku sudah mendengar beritanya." Hinata bergumam, semalam beberapa anggota keluarga Hyuuga telah diminta pergi kesana untuk membantu menahan tanggul yang jebol itu.

Sedangkan Naruto tak tahu apa-apa soal berita tersebut karena baru kembali dari luar desa semalam. Jadi ia hanya bungkam dan mendengarkan penjelasan Kakashi.

"Misi kalian sangat mudah, bantu evakuasi korban ke pengungsian dan menetap di sana sampai air di pemukiman surut." Jelas Kakashi.

"Kenapa harus menetap?" Biasanya para shinobi tak perlu menetap di tempat bencana karena akan ada relawan bencana yang akan membantu.

"Pemukiman itu bukan pemukiman biasa, pemukiman yang terendam adalah tempat tinggal para tetua desa ini. Penduduknya delapan puluh persen adalah para lansia kaya. Mereka membawa harta benda ke pengungsian yang tentu saja amat menggiurkan untuk para bandit jalanan yang tengah marak dan kian sadis belakangan ini. "Aku khawatir para bandit akan berlaku nekat dan membantai para lansia itu untuk mencuri hartanya."

"Ah begitu." Naruto mengangguk paham. Namun ada satu yang mengganjal dipikirannya. Rasanya ini adalah kali pertama dirinya menjalani misi berdua dengan Hinata,  biasanya ada tiga atau empat orang dalam satu misi.

"Kalian berdua bisa berangkat sore ini, bawa para lansia itu ke pengungsian." Kakashi bersandar di kursi kebesarannya.

"Hanya kami?" Tanya Hinata ragu-ragu. Misi berdua dengan Naruto terdengar menakutkan. Yap, dirinya masih merasa amat tak percaya diri untuk bisa berada pada misi penting seperti ini, apalagi bersama shinobi sekelas pria itu. Yang ia dengar, Naruto hanya mengambil misi kelas atas saja sejak perang berakhir.

"Em, kurasa misi ini cocok untuk kalian. Kau bisa mengawasi area pengungsian dengan byakuganmu dan Naruto akan lakukan sisanya." Ujar Kakashi untuk menjawab pertanyaan Hinata tadi. "Misi ini seperti sebuah rekreasi."

"Tak perlu khawatir, Hinata." Naruto tersenyum simpul ke arah gadis itu.

Hinata mengangguk setelah itu, mungkin dirinya hanya terlalu khawatir terlihat payah. Diam-diam ia melirik ke arah pria itu, waktu terus berlalu tapi hatinya tak pernah berubah. Tiap kali melihat pria itu, masih ada  desiran halus dan debaran menyenangkan di dadanya, meski semua tak sekaku dulu. 

UntoldWhere stories live. Discover now