Omake

3.4K 358 35
                                    

Sepasang netra saphire menawan itu menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Isi hati dan kepalanya tengah berkecamuk dengan begitu hebat.

Besok adalah hari pernikahannya.

Ya, besok pria bersurai pirang itu akan menikah! Jangan tanya siapa mempelai wanitanya, karena tentu saja jawabannya adalah Hyuuga Hinata. Satu-satunya perempuan yang mampu membuat sang pahlawan desa itu tak bisa tidur dengan nyenyak dan makan dengan tenang.

Pria bertubuh tegap itu memutar tubuhnya dan berbaring telungkup di atas futton untuk mengenyahkan sosok sang mempelai wanita dari dalam kepalanya, tapi kenapa wajahnya, suaranya, bahkan aroma surai gadis itu, seakan terekam jelas pada seluruh indra tubuhnya?

Lima hari yang lalu adalah terakhir kali ia melihat Hinata. Setelah itu Hinata dikurung di dalam kamarnya hingga hari pernikahan besok, entah apa alasannya ia tak mengerti, yang jelas itu malah menyiksanya. Sebelum menikah ia sibuk dengan misi dan tak dapat bertemu Hinata dan sekarang keluarga Hinata malah sengaja memisahkannya dengan Hinata untuk tak bertemu? Oh, ayolah itu terdengar kejam.

Keluarga Hyuuga juga memintanya menginap di sini sampai hari pernikahan besok. Jadi dirinya disini mendekam di dalam kamar yang berlokasi di bagian belakang mansion Hyuuga, persis seperti seorang tawanan. Hey, padahal ia adalah calon mempelai pria yang akan menikah besok!

Kamar ini berlokasi dekat sekali dengan dapur, keluarga Hyuuga nampaknya menyambut acara pernikahannya dengan amat meriah, hingga para wanita keluarga ini begitu sibuk menyiapkan makanan untuk disantap bersama sedangkan para pria membantunya menyiapkan hal lain terkait pernikahan.

'Aku bisa gila.' pikir Naruto.

Pria itu bangkit duduk dari futton, ia tidak tahan dengan rasa gelisah yang ia alami di malam menjelang pernikahan, yang ia butuhkan saat ini adalah bertemu dengan Hinata.

Perlahan-lahan ia melangkah keluar kamar, mengendap seperti pencuri yang sedang melakukan aksinya.

"Ehm, Naruto apa kau butuh sesuatu?" Suara seorang wanita tua menggema di lorong kediaman besar itu.

Naruto tersentak kaget dan menoleh ke belakang tubuhnya dan mendapati seorang Nenek sedang membawa baki berisi toples-toples kecil berisi bubuk teh. "A-ah, tidak."

"Apa yang kau lakukan di luar kamar, kalau begitu?" Sudah larut malam, semua penghuni rumah ini akan segera beristirahat dan menyambut pesta pernikahan putri Hiashi besok. Lalu kenapa sang calon menantu keluarga itu malah berjalan-jalan di lorong?

Naruto memutar otak untuk memberi jawaban. Tak mungkin ia mengatakan akan mengunjungi kamar Hinata diam-diam untuk mengobati rasa gelisahnya malam ini. "A-aku akan ke kamar mandi, perutku mulas."

Wanita itu menatap pria muda dihadapannya dari ujung kaki hingga kepala, mencari kebenaran atas jawabannya barusan.

Naruto memegang perutnya dan sedikit membungkuk untuk memberi kesan bahwa dirinya sedang terdesak untuk ke kamar mandi. "Kurasa, tak bisa menahannya lebih lama."

"Ah, baiklah-baiklah. Cepat ke kamar mandi dan segera kembali ke kamar untuk beristirahat, besok hari pernikahanmu jangan sampai bangun terlambat." Pesan sang Nenek sambil menganggukan kepalanya.

"Em, tentu saja Nek." Naruto tertawa canggung sambil melangkah mundur perlahan-lahan untuk bergegas. Sepertinya acara minum teh para tetua sudah selesai dan mereka akan segera beristirahat. Ini waktu yang tepat untuk dirinya menyelinap ke kamar Hinata.

...

Hinata duduk di tepi ranjang sambil menatap kotak cincin pernikahannya. Dirinya masih tak bisa percaya bahwa besok pria itu menikahinya.

UntoldWhere stories live. Discover now