4

3K 378 99
                                    

"Hinata, aku ingin menanyakan sesuatu." Masih di tempat dan waktu yang sama dimana mereka duduk bersisian dengan kecanggungan setengah mati.

"Apa?" Gadis cantik bersurai indigo itu menoleh, mengalihkan segala atensinya untuk pria yang duduk disampingnya tersebut.

"Apa kau pernah merasa gelisah jika melihat temanmu dekat dengan orang lain?" Naruto sepenuhnya tak mengerti pada perasaanya yang begitu ambigu. Sejujurnya ia tak seberapa dekat dengan Hinata, atau setidaknya bisa di bilang Sakura dan Sai jauh lebih dekat dengannya dibandingkan dengan Hinata, namun perasaan gelisah itu hanya muncul jika Hinata dekat dengan orang lain.

Hinata tersenyum miris setelah itu, ia baru saja merasakannya semalam. "Kurasa pernah."

Semilir angin menerpa tepi sungai dengan lembut. "Oh ya, kapan dan temanmu yang mana?" Naruto menjadi sedikit bersemangat, ia penasaran bagaimana bisa hal aneh itu terjadi.

Rasanya Hinata sangat ingin meringis saat ini, tapi tak ingin menyalahkan Naruto atas apa yang ia rasakan dan tak pria itu mengerti. "Kurasa aku tak bisa mengatakannya, akan sangat canggung jika memberitahu orang lain soal itu."

Naruto terdiam sesaat "apa aku orang lain bagimu? Kita sudah berteman sejak di akademi." Ia merasa semakin gelisah saat Hinata mengatakan dirinya adalah orang lain.

"Em, N-naruto-kun bukan seperti itu." Hinata jadi merasa tidak enak. Bukan maksudnya membuat Naruto merasa begitu. Sebaiknya ia mengalihkan pembicaraan. "Bagaimana denganmu, apa kau pernah merasa seperti itu?"

"Tentu, aku bahkan baru saja merasakannya." Jawab Naruto dengan lantang tanpa berpikir dua kali.

"Dengan temanmu yang mana?" Oh, jangan lupakan kenyataan bahwa pria itu memiliki banyak sekali teman dari berbagai penjuru. Mungkin saja pria itu sudah jatuh cinta lagi pada seorang gadis yang dikenalnya dan dia merasa kebingungan dengan perasaannya maka dia bertanya.

"Itu kau, Hinata."

Keduanya membeku setelah itu, Hinata yang terkejut dengan jawaban Naruto dan Naruto yang baru saja menyadari ucapannya terdengar memalukan.

"Apa?" Hinata masih menatap Naruto dengan terkejut sekaligus heran.

Naruto buru-buru mengalihkan pandangannya dan menatap pelampung alat pancing miliknya yang ada di atas air sungai. "Aku gelisah jika melihatmu dekat dengan orang lain, apa itu normal?" Tanyanya tanpa melihat Hinata, ia merasa sudah terlanjur malu dan biarkan Hinata menjawab tanda tanya di kepalanya.

Gadis itu membisu untuk beberapa detik dan jantungnya berdegup tanpa dapat di cegah. Apa Naruto merasakan apa yang ia rasakan juga? Sebuah kepercayaan diri memenuhi diri Hianta untuk sesaat namun lagi-lagi harapannya patah dalam beberapa detik, jika Naruto membahas soal masalah semalam, mungkin pria itu hanya tidak terima jika ia tak fokus dengan misi. "Kau hanya kesal padaku, Naruto-kun."

Naruto terperangah setelah itu "bagaimana bisa aku kesal padamu?" Ia tak pernah merasa kesal pada Hinata seumur hidupnya.

"Karena aku tak fokus dengan misi semalam dan bertemu dengan temanku itu kan?" Hinata menatap Naruto.

"Memang kejadian itu, t-tapi aku merasa gelisah, bukan kesal padamu. Tidakkah kau mengerti, Hinata?" Naruto kehabisan cara untuk menyampaikan apa yang ia rasakan pada Hinata. Kenapa sangat sulit menjabarkannya? Kata gelisah nampaknya kurang pas digunakan dalam situasi ini, lalu kata apa yang tepat?

"Tak apa, maafkan aku yang tak bisa menempatkan diri." Naruto mungkin terbiasa menjalani misi ranking A dengan kedisiplinan tingkat tinggi hingga pria itu merasa kesal saat melihatnya bersantai semalam.

UntoldWhere stories live. Discover now