Bagian 4

3 1 0
                                    

Aku tak pernah ingin menyadari nya.
Kenyataan bahwa aku merindukan kasih sayang, dan terlalu lemah terhadap kesepian.
Smeraldo

Taehyung keluar dari rumah Tabib Oh dengan kepala pening. Setelah menemui orang-orang yang telah di temui gadis itu ia tak mendapat petunjuk sama sekali. Mereka mengatakan gadis itu hanya menjual bunga obat, parfum, dan serba-serbi bunga seperti buket bunga, dan rangkaian bunga.

"Dia tak menjawab banyak pertanyaan. Namun, mendengar suara lembut dan tubuh ramping nya, aku yakin dia sangat cantik," begitulah penjelasan dari tabib Oh.

Taehyung semakin penasaran dan yakin bahwa gadis yang di temui nya kala itu adalah Smeraldo yang di bicarakan banyak orang.

"Hai nak! " Seseorang kakek melambai ke arah Taehyung, "ku dengar kau mencari tahu tentang Smeraldo. "

"Eumm, " Taehyung menangguk.

"Dia adalah iblis! Dia membunuh kakak ku. Namun jika kau ingin melenyapkan nya, aku mendukung mu. "

"Aku hanya mencari obat untuk Eommoni."

" Besok pagi-pagi sekali, pergi ke dalam hutan. Beriaslah setampan mungkin. Dengan ketampanan yang kau miliki, iblis itu tak akan membunuhmu, dan rahasia besar akan terungkap. "

"Anda ini tabib ryeong, kan? Teman sekolah abeoji. "

"Iya, ku doakan semoga besok menjadi hari terindah mu, " Tabib ryeong menepuk pelan pundak Taehyung dan melenggang pergi.

Taehyung melangkah bimbang. Hatinya tak tenang setelah kedatangan kakek tua itu. Tabib ryeong sudah lama berselisih dengan nya, lalu apa maksud ucapan tabib ryeong? Ia semakin bingung dan curiga.

"Ck, apa yang harus ku lakukan? " Laki-laki berkulit tan itu mengusak kasar rambut nya.

Taehyung melangkah pulang. Seperti biasa, ayah nya sedang mengobati luka pasien. Sepertinya sudah selesai, karna ayah nya tinggal memperban luka pasien itu. Ia duduk di samping snang Ayah, wajah nya mendongak menatap capung yang berterbangan di depan rumah.

Ia masih memikirkan ucapan tabib ryeong. Ia ragu, tapi hatinya tetap ingin pergi. Hanya satu cara untuk tau, yaitu melakukan nya.

"Ada apa? "

"Aku tau dimana Smeraldo, tapi aku tak yakin untuk pergi. "

"Pergilah, selamatkan eomma mu. Besok adalah gerhana matahari total, ada yang mendengar dari Semeraldo bahwa besok hutan berada dalam genggaman nya. Kau akan dapat petunjuk, nak. "

"Mungkin memang harus begitu. "

🥀🥀🥀

"Akkhh.... " Mee memekik kesakitan. Sebuah jarum jahit menusuk jari kelingking nya. Ia mendongak, burung gagak mucul lagi. Pertanda buruk. Mee mengambil batu dan melempar pada burung gagak yang kemudian terbang menjauh.

Ia bisa saja menjadi iblis besok. Mengumpulkan darah untuk menyiram bunga mawar merah yang menghiasi paviliun. Dengan menebar mawar merah darah itu di kolam, wajah cantik nya akan kembali. Namun ia mendapat konsekuensi menjadi iblis selamanya. Jiwa sucinya akan hilang.

Mee menggeleng kasar. Ia ingin kembali menjadi peri bunga. Hidup berdampingan dengan alam dan peri lain. Meskipun tau ketidak mungkinan itu, haraoan nya seakan tak pernah pudar.

"Hah... Akhirnya gaun ku siap. Besok kita akan pergi, " Mee mengelus Yeontan yang duduk manis di atas piano.

Sraakk... Sraakk... Sraak...

Suara aneh itu terdengar lagi. Mee tau apa yang sedang terjadi. Deg. Ia tak percaya melihat bunga mawar merah nya habis tak tersisa. Gadis itu menelan ludah kasar. —tau siapa pencurinya, Mee menggendong Yeontan dan berlari keluar dari puri.

Bruakk...

Mee terjatuh ke sebuah lubang perangkap. Semakin hari, ia semakin kalah. Awalnya ia hanya menanganggap pencuri bunga itu sebagai hiburan. Namun, sepertinya semakin hari pencuri bunga itu semakin tak puas dengan hasil curian dn serakah.

"Yeontan_aa bagaimana ini? "

Anjing itu menggeleng. Yeontan memang mengerti ucapan Mee. Ya, jiwa peri nya belum sepenuhnya hilang, hanya kekuatban nya yang tak tersisah sama sekali.

Air mata mengalir dari pipi nya. Isakan-nya terdengar sendu. Mee mendongak. Berharap akan ada yang akan menolong. Namun, di tengah hutan seperti ini percuma jika beteriak. Tak ada siapapun.

"Sialan!!! " Teriakan Mee bergema di dalam hutan.

Burung-burung terbang dan hewan-hewan menjauh. Mee kehabisan akal kali ini. Hari mulai gelap dan gerbang puri akan tertutup. Ia mulai merasakan sakit di tubuh nya — efek dari gerbang puri yang tertutup — di lemparkan nya Yeontan ke atas. Anjing itu menggonggong sambil melongok kebawah menatap Mee yang meringkuk menahan rasa sakit.

"Inilah siksaan ku sebenarnya, tapi seberapa lama aku tersiksa disini, aku tak akan bisa mati. "

To be continue.

Only TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang