ISAY. 3

181 37 9
                                    


Tangan mungil seputih porselen itu sibuk menyendok ice cream berperisa cokelat. Bak anak kecil yang polos, wajah si pemuda berseri ketika makanan dingin tersebut masuk ke mulut nya. Mungkin ini yang di namakan hormon dopamin atau hormon bahagia ketika memakan sesuatu yang manis.

Sedangkan di depan nya pemuda jangkung itu hanya bisa tersenyum tipis, walaupun dalam hati ingin sekali ia meraung; gemas kala menatap Chenle yang seperti anak kecil. Bahkan Jisung sampai melupakan cokelat panas pesanan nya yang sekarang sudah dingin.

Netra Jisung kini berfokus pada wadah ice cream yang sudah hampir tandas isi nya. "Apa kau mau lagi?".

Wajah pemuda mungil itu mendongak menatap sang lawan bicara, ia tersenyum malu. "Maaf, apa aku terlihat rakus?".

Si pemuda bermarga Park tak bisa menahan kekehan nya, dan itu sukses membuat beberapa pengunjung cafe memekik saat melihat ekspresi Jisung yang menurut mereka sangatlah tampan.

Ia lalu menggeleng sambil mengibaskan tangan kiri nya, "Tidak, bukan begitu. Aku bisa memesan lagi jika kau mau".

Tolong anggap ini suatu sejarah, karena baru kali ini pemuda itu berbicara panjang lebar ditambah dengan karakternya yang melenceng jauh dari pemuda sedingin kutub utara. Mungkin jika Sungchan melihat, ia akan ber-sweatdrop ria.

Chenle menggeleng, "Ah, tidak perlu, Jisung-ssi". Dari balik jendela cafe, manik kembar milik nya lalu melihat ke arah langit yang perlahan mulai berubah warna menjadi kelabu. "sepertinya kita harus segera pulang".

Atensi Jisung ikut teralih mengikuti arah pandang sang pemuda asal China, "kau benar".



...I STARE AT YOU...



'Detak jantung sialan!, bisakah kau diam!'. Raung pemuda Park dalam hati. Kedua kaki Jisung masih terus mengayuh pedal sepeda nya namun sedari tadi detak jantung si pemuda tak bisa di ajak kompromi.

Kedua lengan seputih porselen yang masih memegang baju nya di sisi pinggang Jisung membuat jantung pria sedingin kutub utara itu berisik.

Setelah tadi mereka berdua memutuskan untuk pulang, Jisung dengan gentle nya menawarkan untuk mengantar pulang Chenle; tentu saja menggunakan sepeda.

Dan pemuda China yang tidak keberatan itu pun langsung mengiyakan, karena kebetulan Chenle memang tidak bawa kendaraan.

Dan disanalah mereka. Jisung yang sibuk mengayuh sepeda sedangkan Chenle yang anteng duduk di boncengan sambil memegang baju si pemuda Park.

Tak lama sepeda yang di kendarai Jisung memasuki perumahan elit di kota Seoul, dan berhenti tepat di rumah nomor 22 sesuai dengan alamat yang di berikan oleh pemuda asal China itu.

"Terimakasih untuk hari ini Jisung-ssi, terimakasih untuk tumpangan dan juga sudah mentraktir ku ice cream". Ucap Chenle setelah turun dari sepeda.

"Tak perlu sungkan, kalau begitu aku pulang dulu".

"Baiklah. Hati-hati Jisung-ssi". Tangan kanan Chenle melambai pada sosok jangkung itu.

Sedikit ragu, pergerakan Jisung yang hendak melajukan sepeda nya terhenti dan kembali berbalik menatap sosok pemuda manis tersebut.

Sedangkan Chenle mengernyit heran saat melihat Jisung yang seperti ingin mengatakan sesuatu.

I Stare At You |Chenji |Jichen [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang