ISAY.1

308 45 2
                                    


______________________

Bagi seorang pria bernama Park Jisung, pemuda manis itu layaknya sebuah matahari yang akan kembali ke peraduan.

Indah dan menawan.

Semburat cahaya jingga yang menyinari langkah mereka bagai sebuah saksi.

Saksi dari seorang pemuda bermarga Park yang selalu menatap sosok itu dari kejauhan.

_______________________


...I STARE AT YOU...


Cuaca pagi ini begitu cerah, terlihat dari langit biru yang terbentang luas ditambah dengan awan-awan putih yang perlahan mulai berarak.

Bangunan yang berdiri kokoh di depan nampak di padati oleh para siswa. Sesekali mereka berceloteh dan bercanda sambil terus berjalan menuju kelas masing-masing.

Deiji Senior High School adalah salah satu sekolah bergengsi di kota Seoul. Biaya masuk yang cukup menguras isi dompet serta menguras otak membuat tak sembarang orang bisa masuk ke sekolah tersebut.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang kenaikan kelas.

Seorang pemuda berjalan santai di koridor menuju kelas 2-1, kedua tangan nya ia masukkan ke saku celana, tas ransel nya ia biarkan menggantung bebas di bahu sebelah kiri.

Teriakan memuja sesekali masuk ke indra pendengaran si pemuda jangkung. Bagaimana tidak, paras tampan bak model iklan memang selalu sukses membuat orang-orang terpana.

Tangan seseorang yang merangkul bahu nya membuat ia menoleh, kemudian mendecak sebal saat tahu sang pelaku.

"Yo! Park jisung. Sepertinya kita jodoh. Kau tahu kita sekelas lagi".

Sedangkan pria bernama Jisung itu menatap tajam sosok yang tak kalah jangkung darinya. "Kau kira aku sudi berjodoh dengan mu Jung Sungchan?". Ia sudah tahu kalau akan sekelas lagi dengan sahabat tiang listrik nya ini karena sebelumnya Jisung sudah melihat pengumuman penempatan kelas.

Netra hitam Sungchan langsung berkaca-kaca mendengar jawaban menohok barusan. "Kau jahat sekali Jisung-ah".

Jisung memutar bola mata nya; jengah. Ia lalu berjalan mendahului Sungchan, membuat pria itu kini hanya bisa merangkul angin dengan tatapan seperti peliharaan yang di tinggal sang majikan.

Ruangan dengan papan nama kelas 2-1 sudah terpampang di depan mata nya, pintu yang sedari tadi terus terbuka membuat Jisung berjalan santai memasuki kelas.

Di ruangan itu sudah mulai terisi para siswa yang sibuk berebut tempat duduk.

Manik Jisung ikut mengedar mencari destinasi bangku favorit nya. Ia tersenyum samar; nyaris tak terlihat saat bangku paling belakang tepat di samping jendela belum terisi oleh seseorang.

Tangan kanan si pemuda terulur; meletakkan tas ransel nya di meja, kemudian mendaratkan bokong nya di kursi.

Kringg.. Kringg

Bunyi bel masuk yang berbunyi membuat satu-persatu bangku perlahan mulai terisi. Tak terkecuali pemuda manis dengan surai hitam yang berjalan ke deret kursi ketiga tepat seberang barisan kursi Jisung.

Iris jelaga si pemuda Park jelas terpaku pada sosok itu. Dan ia bersyukur karena bisa sekelas lagi dengan sang pujaan yang telah merebut hati nya sejak pertama kali menginjakkan kaki ke sekolah ini; satu tahun lalu.

'Aku merindukan mu'. Inner Jisung.


.....


Berkali-kali Jisung mencoba menahan garis bibir nya untuk tidak tersenyum. Namun sial nya selalu gagal. Dan hal itu membuat para siswa yang sedang berada di kantin memekik kegirangan melihat senyum manis dari pemuda dengan sifat sedingin kutub utara tersebut.

Mungkin bagi orang lain biasa, tapi sekali lagi. Ini adalah seorang Park Jisung yang di kenal sangat dingin dan bahkan jarang tersenyum. 

'Apa dewi fortuna sedang mengadakan give away?'. Pikir mereka konyol.

"Yak! Park Jisung!. Kau mengerikan. Apa kita harus ke rumah sakit? sepertinya ada yang salah dengan mu". Sungchan bergidik ngeri menatap sosok di depan nya.

Seolah tersadar, Jisung kembali menampilkan wajah datar dan membuat sebagian siswa mendesah kecewa. "Apa maksudmu?". Tanya Jisung seraya menyumpit lauk ayam asam manis di nampan makanan nya.

"Kau tersenyum bodoh!. Apa sebentar lagi akan kiamat?". Dalam hati Sungchan merapal, 'Jangan kiamat dulu, aku belum punya kekasih'.

"Dasar gila". Lirih Jisung. "Apa salah kalau aku tersenyum?". Lanjut nya.

Sungchan menunjuk-nunjuk wajah Jisung dengan sumpit yang berada di tangan kanan nya, "Lebih tepat nya langka. Kau bahkan tak pernah tersenyum pada ku. Apa barusan kau menang lotre?". 

Pemuda bermata sipit itu hanya mendengus kasar. Namun dalam hati ia bersyukur karena memiliki sahabat dengan tingkat kepekaan yang rendah, karena sampai saat ini Sungchan tak pernah tahu rahasia nya dan alasan kenapa sedari tadi ia terus tersenyum.

"Omong-omong kau beruntung sekali bisa satu kelompok tugas biologi dengan Zhong Chenle". Tangan Sungchan sibuk menyumpit makanan dan memasukkan nya ke dalam mulut.

Inilah alasan kenapa pemuda kutub utara itu terus tersenyum.

Belum sempat Jisung membalas, suara lembut yang menyapa indra pendengaran nya membuat ia tercekat.

"Permisi, Park Jisung. Boleh aku bicara dengan mu?". 



To Be Continued

.....

A/N :

Ide cerita ini sebenernya udah lama sih dan aku mutusin buat publish biar gak terlalu berdebu di draft. Walaupun maybe cerita kya gini udah pasaran hehe. 

Dan aku berterimakasih banget bagi yang sudah bersedia buat baca, apalagi voment.

Thank You!

I Stare At You |Chenji |Jichen [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang