07

460 84 20
                                    

Haechan mengerjap, tiba tiba saja dirinya terasa kedinginan karena udara serta tempat ia rebahan terasa dingin, sangat dingin. Dia meraba raba sekitar, tangannya menggenggam sesuatu yang terasa dingin.

Cowok itu terbangun. "Salju?! Gue di mana?" pekik Haechan panik.

Dia hanya mengenakan pakaian santai, kaos tipis serta celana pendek. Padahal tadi dia begitu yakin jika dirinya sedang berada di dalam kamar, dan tidur dengan selimut tebal membalut tubuhnya.

Ternyata, Haechan memiliki ketakutan berlebih pada salju.

Haechan dulunya memiliki adik sepupu perempuan, sayangnya dia harus mati di usia 6 tahun, Haechan benar benar tak bisa terima di usianya yang 8 tahun karena cowok itu sudah menganggapnya seperti adik kandung.

Semua berawal dari keluarga mereka yang berlibur di London, waktu itu bertepatan dengan salju yang turun di sana. Awalnya tak ada yang terjadi, hingga adik sepupu Haechan bernama Gania itu di nyatakan hilang setelah bermain di taman bermain.

Haechan waktu itu tak di sana karena dia sedang berada di pusat perbelanjaan bersama sang mama, ketika pulang dia dikejutkan oleh berita menyesakkan itu.

Seminggu berlalu, Gania ditemukan tewas karena di bunuh. Mayatnya di temukan membiru dalam bongkahan salju. Berita itu langsung saja menggemparkan khayalak ramai.

Haechan benar benar melihat jelas bagaimana tubuh Gania yang membiru serta organ tubuhnya yang terlihat membengkak membuat perutnya membesar dengan urat uratnya yang terlihat keluar.

Haechan menepis bayangan kejadian beberapa tahun silam yang mengerikan, dia berdiri dan melihat sekitar. Sepertinya, matahari yang ada tertutupi oleh tebalnya hujan salju, serta angin yang berhembus membuat sinar hangatnya tersamarkan.

Haechan memeluk dirinya sendiri, dia mulai kedinginan. Tempat itu seolah tak berisikan apa apa kecuali salju juga angin yang berhembus. Benar benar hampa.

Tidak ada tempat untuk berlindung, apa lagi berteduh. Jika itu kamu, apa yang akan kamu lakukan?

Angin semakin kencang berhembus membuatnya menggigil dalam sekejap, bahkan bulu mata hingga alis matanya terlihat sudah hampir membeku.

Sampai bercak darah di atas salju yang putih membuat Haechan terdiam. Tiba tiba angin yang berhembus berubah menjadi angin yang berhembus pelan.

Haechan berjongkok, tangannya bergerak menggali salju tersebut, melupakan dinginnya salju yang hampir membuat tangannya mati rasa.

Beberapa helai rambut ia temukan, dia terkejut dan semakin mempercepat kegiatannya menggali. Sudah setengah, dia semakin terkejut melihat mayat Gania yang malah berada di sana.

Cowok itu terduduk di salju dengan perasaan campur aduk, bahkan air matanya mulai menggenang. Angin kembali berhembus kencang, samar samar dia melihat sosok Gania itu bangkit.

Haechan yang sedang menggigil itu memaksakan diri untuk bangkit dan berlari sejauh yang dia bisa, tapi sayangnya, sebuah tangan muncul dari balik bongkahan salju dan menarik kakinya.

Haechan terjatuh dengan posisi tengkurap, dia seolah di tarik untuk masuk ke dalam. Kembali lagi, bercak darah dia lihat. Tepat di depan matanya, sepasang kaki yang terlihat berwarna biru muncul, Haechan mendongak menemukan Gania yang terlihat menyeringai lebar dengan satu mata yang tak lagi berada di tempat.

Detik selanjutnya, Haechan merasakan kepalanya di tendang keras. Darah segar meluncur di sudut bibirnya, belum sepenuhnya pulih dari rasa sakit, Haechan kembali merasakan kepalanya di pukul menggunakan tongkat besi yang langsung membuat kepalanya mengeluarkan darah.

OUIJA | 00L [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang