15 (end)

569 76 1
                                    

Disarankan, untuk baca ulang dari awal! Takutnya lupa haha karena kelamaan update 😩




























Sekilas, Soobin melihat Renjun dan Heejin berlari masuk ke dalam hutan. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu, walaupun Soobin tidak tahu tapi ia tetap mengulur waktu agar keduanya bisa pergi lebih jauh.

“Lo serius gak butuh senjata?” tanya Sanha terdengar meremehkan.

Soobin menatapnya tajam. “Lo pikir gue takut ngelukain lo?” Soobin tersenyum miring, mengeluarkan satu pisau dari balik seragamnya.

Sanha tersenyum remeh sekali lagi, lalu mulai bergerak mengayunkan senjata yang ia punya di kedua tangannya.

Soobin cukup terkejut dengan gerakan Sanha yang dibilang cepat, tapi Soobin memiliki keahlian menghitung pergerakan lawannya, dan selalu tepat.

Sanha berusaha menusuknya, namun Soobin dengan cepat menahannya dan melayangkan tendangan keras pada perut Sanha membuat cowok itu mundur beberapa langkah.

Soobin terus melawan Sanha dengan seluruh tenaganya. Jujur, penglihatannya di malam seperti ini sangat kurang.

“Akh!” Soobin memekik saat pergelangan tangannya tergores ujung pisau milik Sanha.

Keduanya terlihat tak menyerah sebelum lawan tumbang.

Di sisi lain, Renjun dan Heejin akhirnya bisa menemukan gubuk yang mereka cari. Heejin seperti tak bisa merasakan lagi keberadaan kakinya, lantaran mereka sama sekali tak beristirahat.

Keduanya memasuki gubuk tua itu, lalu menyusuri lebih dalam. Kemudian, manik mata Heejin teralihkan oleh tempat yang satu-satunya bercahaya di dalam sana.

Dia mendekat, lalu terlihat satu lilin dengan api kecil yang terjaga dari angin, dan tak lupa juga papan ouija hadir di sana.

“Jun,” panggil Heejin pelan, membuat Renjun yang ada dibelakangnya itu mendekatinya.

Renjun lebih dulu melangkah mendekati keberadaan papan ouija tersebut, namun dia malah seperti menabrak sesuatu.

Renjun menautkan alisnya, meletakan telapak tangannya ke depan, dan benar. Ternyata ada penghalang yang tak kasat mata.

Cowok itu berbalik badan melihat ke arah Heejin yang masih terpaku ditempatnya. “Alam, sampai permainan bergantung sama lo Jin, bahkan nyawa temen-temen.” kata Renjun langsung menyimpulkan.

“Jad–jadi, cum–cuma gue?” tanya Heejin gemetar.

Renjun menghampirinya, mengusap pucuk kepala gadis itu sebentar. “Lo bisa,” katanya pelan.

Heejin menatap Renjun ragu, lalu dia melangkah ke depan. “Gue bakal jaga, siapa tau Sanha masih hidup.”

Heejin sedikit terkejut, dia menoleh kebelakang dan tak lagi menemukan keberadaan Renjun. Dia mengambil nafas sebentar, lalu kembali melangkah.

Rupanya, dinding penghalang tak kasat mata itu bisa Heejin tembus. Dalam hitungan detik saja, tempat yang Heejin pijak berubah.

Tempat itu tak lusuh dan kotor, melainkan bersih dan rapi. Dinding penghalang tak kasat mata itu berbentuk setengah melingkar, membuat Heejin masih bisa melihat keluar, tempat yang ia pijak sebelumnya. Tempat itu masih sama seperti ia terakhir kali menginjakkan kaki di sana, lusuh dan berdebu.

Lalu, pandangannya kembali mengarah ke depan, kakinya melangkah mendekat. Memainkan papan ouija seorang diri, adalah mimpi buruk bagi seorang Heejin.

Gadis itu duduk bersila, lalu mulai meletakan jarinya di atas benda yang menjadi alat komunikasi. Setelah mengucapkan mantra, api lilin di dekatnya terlihat bertiup pelan, dan tak berselang lama beberapa orang muncul secara tiba-tiba.

OUIJA | 00L [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang