Rudelle membuka matanya dan merasa tubuhnya terasa remuk redam. Rasanya bahkan lebih menyiksa daripada saat dirinya terbangun dengan tubuh penuh memar. Padahal, rasa sakit yang sebelumnya saja baru sembuh, tetapi kini dirinya sudah kembali merasa sakit. Rudelle tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi tadi malam. Namun, satu hal yang bisa Rudelle pastikan adalah, ia sudah melakukan hal tergila kedua dalam hidupnya. Ia bercinta dengan Nich. Dan hal itu terjadi karena kebodohannya yang sembarangan menyentuh barang milik pria itu saat Nich pergi ke desa untuk membeli pakaian untuknya.
"Kau sudah bangun?"
Rudelle melirik pada Nich yang baru masuk ke dalam pondok dengan hanya mengenakan celana, sementara tubuh bagian atasnya terlihat jelas. Tampaknya, Nich sudah melakukan sesuatu yang sangat melelahkan, karena tubuhnya berkeringat banyak. "Apa masih terasa tidak nyaman?" tanya Nich sembari mengusap kening Rudelle.
"Sebaiknya kita mandi lebih dulu," ucap Nich lalu menggendong Rudelle dan membawanya memasuki ruangan yang baru saja Rudelle lihat. Karena sebelumnya tidak ada ruangan seperti itu. Sepertinya, tadi Nich berkeringat banyak karena membangun ruan baru di pondok tersebut. Ternyata, itu adalah ruang mandi, di mana ada bak di tengah ruangan yang tidak berukuran terlalu besar itu. Air dari gunung mengalir langsung mengisi bak mandi. Ruangan itu memang memiliki empat dinding yang tidak memungkinkan siapa pun melihat orang yang tengah mandi. Namun, belum ada atap, dan memungkinkan siapa pun yang mandi bisa mandi sembari melihat langit.
Nich melepaskan selimut yang menggulung tubuh polos Rudelle dan memasukkan Rudelle yang memerah ke dalam bak mandi. Namun hal yang mengejutkan tidak berhenti di sana. Ternyata Nich juga ikut berendam dalam bak mandi itu setelah melucuti pakaiannya sendiri. Rudelle jelas masih perlu menyadarkan dirinya dan menghubungkan potongan-potongan ingatan yang terasa sangat membingungkan untuknya. "Sekarang rilekskan tubuhmu terlebih dahulu, kita akan bicara nanti," ucap Nich sembari menarik Rudelle untuk bersandar pada dadanya.
Namun, Rudelle jelas menolak, walaupun hal itu membuatnya meringis karena sengatan rasa sakit pada bagian intimnya. Ia pun berusaha untuk menutup bagian sensitifnya dan berkata, "Ke luar. Kita tidak pantas melakukan hal ini."
"Tidak pantas? Kita bahkan sudah tidur bersama, rasanya untuk mandi bersama itu pun tidak akan masalah. Toh, kita sudah menjadi suami istri," ucap Nich membuat Rudelle terpaku dan benar-benar bingung.
"A-Apa?"
Nich tanpa disangka mencuri ciuman pada bibir Rudelle dan berkata, "Selamat, keinginanmu sudah terwujud Rudelle. Aku sudah menikahimu."
"Ta, Tapi bagaimana bisa?" tanya Rudelle.
Nich menarik Rudelle untuk kembali mendekat padanya. Ia menjawab, "Aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Tapi itu nanti. Sekarang kau perlu membuat tubuhmu merasa lebih nyaman."
***
"Jadi, kita benar-benar sudah menikah?" tanya Rudelle. Perempuan yang baru saja melepaskan status gadisnya itu tampak menawan dengan gaun sederhana dan rambut pirang yang ia biarkan terurai karena masih setengah basah.
Nich mengangguk. Ia menarik kursi dan duduk di hadpaan Rudelle yang duduk di tepi ranjang. "Benar. Secara hukum, pernikahan kita sudah diakui oleh pemilik wilayah dan tercatat di negeri ini. Aku sudah mendaftarkan pernikahan kita. Jadi, sekarang kau sudah menjadi istriku. Hanya saja, aku tidak memasukkan nama keluargamu karena aku tidak mengetahuinya. Aku belum bisa membawamu ke gereja untuk mendapatkan pemberkatan, sebelum kau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hingga kau hayut di sungai. Mungkin sebelumnya aku tidak peduli, tetapi sekarang kau adalah istriku. Aku perlu mengetahuinya untuk melindungimu," ucap Nich.
"Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku dikejar-kejar orang yang berniat jahat padaku," ucap Redelle lalu mengalihkan pandangannya. Menunjukkan secara jelas jika dirinya enggan untuk membahas hal tersebut.
Namun, Nich tidak akan membiarkan Rudelle begitu saja. Ia harus mengetahui hal yang terjadi sesungguhnya agar dirinya bisa mengambil langkah yang tepat. "Jelaskan dengan benar, Rudelle. Agar aku bisa mempertimbangkan langkah seperti apa yang harus aku ambil," ucap Nich agak mendesak. Toh sebenarnya hal ini ia lakukan demia Rudelle sendiri.
Pada akhirnya, Rudelle tidak memiliki pilihan lain, selain menceritajan apa yang terjadi pada Nich. "Ada seorang pria gila yang terus saja menyatakan cinta padaku sejak aku debutande. Setelah mengetahui bahwa ada wasiat mengenai perjodohanku, pria ini semakin gila hingga nekat menculik diriku. Pada awalnya, aku berpikir jika keluargaku akan segera menolongku, karena rasanya siapa pun pasti bisa menebak, siapa dalang dari hilangnya diriku. Tapi seminggu lamanya, aku berada dalam sekapan pria itu, tetapi aku sama sekali tidak mendengar kabar bahwa keluargaku mencariku. Saat itulah aku sadar jika aku tidak bisa mengharapkan pertolongan dari mereka, yang bahkan tidak mengharapkan kehadiranku. Mugkin mereka merasa sangat senang karena tahu jika pemiliki delapan puluh persen kekayaan mereka sudah menghilang dan tidak akan pernah kembali," ucap Rudelle membuat Nich mengernyitkan keningnya.
Rudelle pun mengangkat pandangannya dan menatap Nich. "Lalu aku berhasil melarikan diri, tepat saat aku hampir dilecehkan olehnya," ucap Rudelle membuat rahang Nich mengeras seketika.
Mungkin benar baru saja kemarin Rudelle masih berstatus sebagai orang asing baginya, tetapi kini berbeda. Rudelle adalah istrinya, seseorang yang ke depannya akan terus berada di sisinya, dan menjadi tanggung jawab yang harus Nich jaga dengan sekuat tenaga. "Lalu, dalam pelarianmu itu, kau jatuh ke dalam jurang?" tanya Nich menebak apa yang terjadi selanjutnya.
Rudelle menggeleng. Ia tersenyum dan berkata, "Bukan terjatuh, tetapi menjatuhkan diri. Aku berkata pada pria gila itu, bahwa bukan hanya dia yang bisa bertindak gila. Aku pun bisa melakukannya, bahkan bisa melakukan hal yang lebih gila daripada yang sudah ia lakukan."
Rudelle memang tidak menunjukkan rasa takut atau menangis sedikit pun saat menceritakan semua hal buruk yang sudah terjadi. Namun, Nich bisa melihat bahwa kedua tangannya bergetar hebat. Nich pun menggenggam tangannya dengan lembut dan menariknya ke dalam pelukannya. "Sekarang, kau berada di bawah perlindunganku, Rudelle. Kau tidak perlu mencemaskan apa pun," ucap Nich.
Rudelle pun memejamkan matanya dan berusaha untuk menenangkan dirinya. Untungnya, pelukan yang diberikan oleh Nich lebih dari cukup memberikan ketenangan pada Rudelle. Lalu, Rudelle pun memisahkan dirinya dari Nich saat dirinya teringat dengan sebuah pertanyaan yang ingin ia ajukan pada Nich. "Lalu kenapa kita bisa menikah? Bagaimana dengan tunanganmu?" tanya Rudelle.
"Saat aku pergi ke desa, aku mendapatkan kabar mengenainya. Ternyata dia sudah memiliki kekasih, dan memilih untuk kabur dan kawin lari dengan kekasihnya itu. Jadi, saat terjadi situasi yang tidak terduga, aku rasa mendaftarkan pernikahan kita tidak ada salahnya. Toh, kau juga tidak ingin menikah dengan tunanganmu, bukan?" tanya Nich balik. Pria itu terlihat sangat santai, seolah-olah apa yang sudah ia lakukan bukan hal yang besar.
Mendengar hal itu, Rudelle pun terdiam dalam waktu yang lama. "Jadi, apa sekarang aku benar-benar sudah menjadi Nyonya Nich?" tanya Rudelle memastikan.
"Apa mungkin kau berubah pikiran? Kau keberatan hidup menjadi istriku?" tanya balik Nich.
Senyum mengembang di wajah cantik Rudelle. Ia menggeleng dan menjawab, "Mana mungkin aku berubah pikiran dan merasa keberatan. Aku malah berterima kasih, karena kau sudah membuatku ke luar dari lingkaran setan yang terasa menyesakkan. Aku akan hidup menjadi istrimu, dan menjalani kehidupan sebagai rakyat biasa yang tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Rudelle : the Unexpected Husband
Romans[Karena mengandung unsur DEWASA maka SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Biar nyaman bacanya😄] Rudelle merasa jika usia sembilan belas tahun adalah usia yang paling sial baginya. Tahun di mana dirinya mengalami semua pengalaman ter...