BAB II

772 184 180
                                    

*Aku sangat berterimakasih kalau kalian menghargai karyaku dengan cara Vote dan meninggalakan sepatah dua patah komentar. Maaf maksa, tapi aku mau lihat penilaian kalian juga. Tapi kalau ini berlebihan, abaikan saja :)

Dering alarm yang alami kini tak datang dari jam weker maupun ponsel, melainkan tangisan si kembar. Tidak, kali ini Chacha yang berulah. Jason melirik Fanny yang tidur disamping tanpa terganggu sekalipun. Perlahan ia bangun menghampiri Chacha, untungnya si Cherry masih betah terlelap, dengan cekatan Jason membawa sang kakak dalam pelukannya dan penyebab utamanya adalah dia sudah buang air besar. 

Laki-laki itu membaringkan Chacha di bawah, mengambil beberapa perlengkapan yang dibutuhkan, pintu kamar perlahan terbuka. Kepala Dissa masuk dari sela pintu. 

"Siapa yang nangis, Jas?"

"Chacha ma,,"

Dissa langsung bergabung dengan Jason, "Duuh, cucu eyang pup yaa." Jason yang ingin membersihkan sisa pup Chacha dengan tisu basah langsung disemprot sang ibu, "Jangan pakai tisu basa Jas, nanti iritasi." Dia langsung mengangkat Chacha masuk ke Toilet. Sementara Jason hanya bisa mengambil pelajaran, ia lalu mengikuti sang ibu masuk ke toilet. Ketelatenan Disaa merawat anak memang sudah tak diragukan lagi. Dalam hati, bagaimana ya dulu saat ia seusia Chacha?

Detik kemudian, kali ini giliran Cherry yang bangun. Rengekannya langsung membuat Jason segera menghampiri si adik. "Uugghh.. udah bangun ya anak papa, yaa.. Olloo olloo sayang,," Pelan-pelan diangkatnya tubuh Cherry. 

"Dikasih air putih dulu Jas, si Cherry.."

"Oke Ma..." 

---------------------------------

Satu jam berlalu sejak si kembar terbangun, Jason kembali ke kamar setelah beres-beres, dirinya juga sudah siap dengan setelan jogging. Ia menghampiri Fanny yang masih tidur, tidurnya pulas seperti bayi, alih-alih membangunkan singa betina ia lebih memilih untuk mengecup sekilas pipi istrinya dan membiarkannya tidur lebih lama. 

"Ini pasti lagi mimpi sama suami-suami koreanya, makanya susah bangun.. Hmm..." 

******************************

Sepertinya memang lumrah kalau orangtuanya enggan melepaskan si Kembar, rencananya mau ngajak Si kembar jalan bertiga, tapi kedua orangtuanya malah ikut berpartisipasi. Parahnya malah mengusir Jason untuk lari keliling kompleks dan membiarkan Si Kembar bersama mereka. Dia tau betul, Fanny pasti akan mengomelinya nanti, gadis itu sedikit sensitif kalau terus-menerus merepotkan sang mertua. Padahal Dissa dan Wigan sendiri yang paling antusias. 

Jason kembali ke area taman setelah menyelesaikan 5 putaran. Ia menarik nafasnya dan merenggangkan ototnya, 

"Semalam pulang jam berapa Jas?" Tanya Dissa.

"Hmm... 12 lewat, Ma."

"Malam banget,"

"Iya, acara makan malam begitu mana bisa kelar cepet. Apalagi semua departemen diajak. Belum lagi ngerumpinya. Kalau makan doang sejam juga kelar." Jawab Jason.

Dissa hanya mengangguk, tapi Jason menangkap ekspresi kekhawatiran dari wajah sang Mama. "Mama jangan terlalu banyak mikir yang aneh-aneh. Yang penting supportnya aja." 

"Percayakan saja semuanya sama mereka." Wigan yang sedari tadi mneyimak akhirnya buka suara. "Jason pasti punya traumanya sendiri, Ma. Pasti gak mudah juga buat dia, jangan nambahin beban anak lah."

"Iya deh, iyaa. Mama cuma takut aja. Soalnya Jason kan, juga tergolong masih muda banget buat menikah, udah jadi ayah lagi. Gejolak masa muda kan, pasti masih ada. Jujur deh, Jas. Kamu masih pengen kan, buat nongkrong sama temen-temen atau ke clubbing gitu?" 

After Wedding With Mr.JeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang