#2

2 0 0
                                    

"tolong dong kenapa pipi gua harus merah pas Ze ngomong"

Sepanjang jalan Taresa memegang pipi nya yang tak kunjung berubah warna, sambil menunggu metromini Taresa merogoh saku roknya mencari ponsel dan juga earphone yang selalu ia kenakan.

"Itu tangan nanti pegel pegangin pipi mulu, sini gantian aja pake tangan gua" kekehnya benar-benar Taresa kenal.

Mata Taresa membulat jelas, melihat siapa sosok yang ada dibelakangnya.

"Mau lo itu apa? Sok kenal sok deket banget sama gue" dengus Taresa, entah kenapa sejak dulu di satukan dia selalu kesal dengan Ze.

Percaya atau tidak! Taresa dan Zeus selalu dipertemukan disekolah yang sama, hingga kini di kelas 10. Ini pertemuan di tahun ke 10, sejak SD Zeus memang tak banyak bicara namun sikap menyebalkan selalu ia tampilkan di depan Taresa seorang.

"Wes wes wes santuy dong jangan nyerocos panjang lebar dlu, kalo gada gua nanti kangen lu" Taresa mendelik

"Najis" Taresa memutar bola matanya

"Gua bakal berenti jailin elu, kalo elu udah penuhin kemauan gua" senyumnya terlihat sangat licik dimata Taresa

"Apa mau Lo?" akhirnya Taresa menyerah karena tak ingin menambah beban dihidupnya.

"Mau gua.." jari telunjuknya menopang dagunya, seolah berpikir.

"Elu" dia terkekeh sambil beranjak menaiki metromini yang sudah tiba di depan mereka.

Taresa hanya mematung ditempatnya kini berdiri. beberapa detik selanjutnya Taresa sadar bahwa dia tidak mengerti apa yang Ze maksud.

"Lah lah maksud lo Ze" teriak Taresa dari halte.

Ze tak menjawab dia hanya tertawa di balik jendela metromini sambil memandangi tingkah Taresa yang gugup.

Taresa mendecak sebal melihat tingkah Zeus yang sudah meninggalkan Taresa dengan kebingungan

VesmirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang