Sudah nampak plang SMA Tridaya beberapa meter dari tempat Taresa kini berdiri.
Taresa harus mempersilahkan duduk seorang ibu hamil yang baru saja masuk di halte dekat sekolahnya.
"Bang kirii" teriaknya, suara yang ia miliki sangat lembut namun bisa terdengar hingga telinga supir metromini, di berhentikan lah metromini itu.
Turunlah Taresa dari metromini, berjalan masuk melewati plang yang tadi tertulis nama sekolah nya dengan langkah tergesa-gesa.
"Res" tepukan seseorang membuat Teresa menurunkan earphone di telinganya
"Eh Fidel, ko elu telat juga sih?" Taresa mulai memperlambat langkahnya menyamai langkah Fidel
"Iya gua ga buka line, jadi telat gini deh" senyum merkahnya bisa membuat siapa saja yang ada di dekatnya iri, jangankan manusia semut pun terkadang sering hinggap di pipi Fidel hanya untuk mencicipi semanis apa wajah Fidel.
"Ohh gitu ayo bareng, udah di tunggu ketua OSIS di ruang rapat"
Rapat begitu hikmat juga keputusan akhir yang sebenernya membuat Taresa kesal dengan hari ini. Selain rapat dadakan, hari ini juga membuat peluh tak kunjung surut keluar dari keningnya.
Keputusan akhir Pentas seni harus di adakan bersama Dengan organisasi lain, kolaborasi seperti ini terkadang membuat Taresa malas.
Di tambah dengan orang orang yang tak kunjung kerja saat kegiatan, entahlah hari ini sangat melelahkan.
"Eh bentaran dah, itu bukannya anak MPK" tanya Taresa bingung, kenapa harus ada anak dari organisasi lain yang hadir di rapat osis yang tertutup.
"Emang anak MPK Res, dia Sezeus Marito" jawab Fidel
"Ko bisa disini? Dia nyelundup?" dengus Taresa membuat seisi ruangan tertawa
Tak sadar orang yang dibicarakan tadi menghampiri mereka.
"Tugas gua udah beres kan? Nanti gua yang bikin pamflet pertama h-30 pensi kan?" Tanya ze berkali-kali.
Sedari tadi tangan Taresa sudah meremas roknya, menahan rasa kesalnya saat melihat Zeus.
"Tengil banget si tu muka" lagi lagi dengus Taresa membuat seisi ruangan tertawa
"Gaboleh gitu Res, nanti suka aja baru tau rasa" jawab Fidel sambil terkekeh
Ze hanya terdiam, sekilas tersenyum "Yaudah gua cabut, kasian Taresa mukanya merah kaya kepiting rebus" kemudian meninggalkan ruangan dengan keheningan
"lu semua! ngeselin banget si. Tau ah gua balik!" Taresa berdiri mengangkat tasnya kemudian menggebrak pintunya saat keluar.
AKU MASIH BELAJAR, INI PERTAMA KALINYA LAGI AKU BERANI UNTUK UPDATE APA YANG UDAH AKU TULIS SELAMA 3 TAHUN TERAKHIR. SEMOGA ADA FEEDBACK BAIK UNTUK AKU DAN KALIAN YAA HAPPY READING 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Vesmir
Novela Juvenil[ON GOING] NOTE!! Cerita ini tidak untuk dibaca! Cerita ini untuk dinikmati diwaktu senggang DON'T FORGET FOLLOW THIS ACCOUNT Tinggalkan jejak untuk menambah motivasi saya meneruskan cerita ini. Let's Check out!