Hari masih pagi, tapi Mona sudah merasa lelah. Bukan karena dia sibuk, justru karena dia tidak sibuk.
Untuk menyambung hidup, Mona membuka jasa meramal dan dia cukup handal dalam hal itu, hanya saja beberapa hari ini dia tidak mendapat klien sama sekali.
Dan jelas saja persediaan mora dia sudah hampir habis.
"Ugh, perutku mulai sakit. Skip makan dari malam sepertinya bukan ide bagus," kata Mona sambil berjalan lunglai menuju sekolah.
Mona menyusuri jalan yang belum familiar untuknya, meski telah melewati jalan itu selama 3 bulan. Mungkin karena biasanya dia berjalan bersama Aether dan Lumi, tapi sejak dia dan Aether putus Mona belum bisa bertemu dengan Aether. Bahkan melihat Aether dari jauh membuat Mona berbalik arah.
"Biasanya, kalau aku memikirkan Aether—ah! Kan iya pasti Aether muncul," Aether tiba-tiba muncul dari persimpangan di depan Mona.
"Oke Mona, kamu nggak bisa terus-terusan kabur," kata Mona pada dirinya sendiri. "Kamu cukup berjalan ke sana dengan biasa, menyapa Aether dan Lumi, lalu—lalu apa?"
Mona akhirnya hanya terdiam hingga Aether berbelok ke persimpangan lain.
"Sampai kapan aku mau begini," Mona melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang semakin lesu.
Saat dia sampai di persimpangan dia menabrak seseorang.
"Ah! Maaf, aku tidak memperhatikan jalan," kata Mona meminta maaf.
Orang itu hanya diam saja sambil meratakan seragamnya yang sudah kelewat licin. Dari seragam yang dia pakai, dia pasti murid di Akademi Nasional Teyvat.
"Kalo jalan pake mata," kata orang itu dengan sorot mata yang merendahkan.
"Aku kan juga udah minta maaf."
"Hemph, nggak penting," kata orang itu sambil melangkah pergi.
"Wa—apa sih!" Teriak Mona, tapi orang itu terus berjalan. "Uhh, kenapa sial sekali aku hari ini."
Karena semua hal yang terjadi, meski Mona sudah berangkat lebih pagi dia tetap saja hampir terlambat.
"Ayo cepat, 5 menit lagi gerbang saya tutup," kata Pak Zhongli yang menjaga gerbang.
"Selamat pagi Pak," salam Mona.
"Selamat pagi. Lain kali jangan terlalu siang berangkatnya," kata Pak Zhongli saat Mona melewatinya.
"Baik Pak."
.
.
."Selamat pagi Mona," sapa Lumine saat Mona berjalan ke arah tempat duduknya di depan Lumine.
"Pagi Lumi," Mona duduk di kursinya dan lalu berputar menghadap Lumine.
"Kamu keliatan... capek?" Lumine menggenggam tangan Mona.
"Biasalah Lumi, aku masih belum dapet klien 3 hari ini," keluh Mona.
"Pasti semua akan baik-baik aja Mona, aku yakin," kata Lumine sambil menenangkan sahabatnya itu.
"Tau nggak sih Lumi, tadi pas berangkat, aku nabrak orang, kayaknya murid sini, tapi aku nggak kenal, terus ya, aku kan langsung minta maaf, eh dia malah judes banget ke aku Lumi, sebel aku serius," kata Mona mengeluarkan uneg-unegnya. Lumine tahu, ketika Mona ingin bercerita sebaiknya tidak dia sela, sayangnya bel masuk yang menyela.
"Nanti istirahat siang cerita lagi ya Mona, sekarang belajar dulu," kata Lumine sambil tersenyum, berharap Mona bisa sedikit tenang.
"Iya Lumi, makasih ya," kata Mona sambil membenarkan posisi duduknya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
FF ScaraMona
Fanficmasih satu dunia sama FF aku yg Chilumi, ini ceritanya sebelum Mona jadian sama Scaramouche, enjoy Cover art by @ichigowarano (twitter)